“Kehidupan
Layak yang dirindukan Si Hitam dan Keriting”
(By : Hanifatus
Sholihah)
Mentari
pagi, bersinar lagi. Menampakkan cahayanya yang mampu menerangi dunia,
menghangatkan seluruh jiwa-jiwa manusia yang berada dalam suasana suka maupun
duka. Satu statement yang bisa saya katakan untuk saat ini adalah “welcome
back, welcome again.” Setelah sekian lama kelas kita vakum dari mata kuliah
Writing and Comprehension 4, setelah sekian lama tertidur lelap,
terpenjara, terjebak dalam mulut ikan paus serta setelah sekian lama dirundung
kegalauan, akhirnya kita bisa berkumpul, belajar dan bersua dan mengeksplor
diri bersama Mr Lala Bumela lagi.
Pagi
hari ini, tepatnya tanggal 25 April 2014 pada hari jum’at pukul 06.00 WIB, kami
seperti orang yang mati suri (sekian lama tidur, lalu terbangun) dan bagaikan
seorang bayi yang baru saja dilahirkan ke muka bumi ini, yaitu dalam keadaan
suci, fresh dan tanpa dosa, kita mulai lagi berpetualang, bertarung melawan
segala bentuk rintangan yang menghadang bersama master kita, Mr Lala Bumela.
Kita
mulai bekerja keras, bergelut dalam dunia yang banyak sekali tantangan yang
mengahadang didepan, dan bagaimana caranya kita bisa survive dan bisa
selamat setelah adanya seleksi alam.
Pada
hari ini, saya harus banyak membuka buku, banyak searching informasi
mengenai Papua, aspek-aspek yang bersangkutan dengan yang terjadi di Papua,
konflik-konflik Papua, serta keterkaitan Papua dengan artikel Eben Kirksey yang berjudul “Don’t Use
Your Data As a Pillow”. Berdiskusi
bersama kelompok saya (Alifah, Astri, Eva, dan Evi).
Dalam kelompok saya, membahas bersama-sama apa sih
Papua itu, Mengapa Papua sempat berubah nama menjadi Irian Jaya, apa
hubungannya Papua dengan “British Petroleum”, NKRI, PEPERA, Agresi Militer
Belanda 1 dan 2, TRIKORA, dan lain-lain.
0
comments