Writing Versi Baru? (Class Review-1)



Writing Versi Baru?
(By: Fitriatuddiniyah)
           
            Senin, tepatnya di hari ketiga bulan Februari 2014 di ruang 44 gedung PBI mejadi saksi bisu pertemuan perdana kami warga PBI-A dengan Writing and Composition 4 di musim ke empat ini.  Dengan nyawa yang masih mencari raganya, fikiran dan hati yang masih menyesuaikan diri dengan posisi pastinya, kami mulai membuka mata mencoba menyadarkan diri dari mimpi-mimpi manis bersama mereka yang dirindukan.
0 comments

Haruskah Mahasiswa Bisa Menulis? (Appetizer Essay-1)



Haruskah Mahasiswa Bisa Menulis?
(By: Fitriatuddiniyah)
            Mahasiswa merupakan siswanya siswa, dimana mereka lebih dari hanya sekedar siswa.  Jika siswa menimba ilmu di sekolah, maka mahasiswa menyelami ilmu di perguruan tinggi.  Dimana perguruan tinggi itu semestinya merupakan sumber segala ilmu dan sumber berbagi inspirasi bagi lingkungannya.  Oleh karena itu, mahasiswa berevolusi dengan lebih aktif, kreatif dani novatif.  Bahkan pengetahuan mereka pun lebih luas dan terbaharui sesuai dengan perkembangan zaman.  Seperti halnya ilmu sosial, politik, ekonomi, science, budaya, psikologi, dan berbagai macam ilmu pendidikan lainnya yang ada dalam kehidupan, yang setidaknya mereka itu telah mengenal hal-hal tersebut.  Berbagai macam masalah pun telah mereka hadapi dan mencoba menyelesaikannya sesuai dengan cara mereka masing-masing.
0 comments

“Kebiasaan yang Mendarah Daging” (Appetizer Essay-1)



 “Kebiasaan yang Mendarah Daging”
(By: Diana)
          Wacana  merupakan sebuah media penting yang dijadikan wadah untuk mengeksplori serangkaian kejadian atau hal yang kerap terjadi di kanca kehidupan bangsa kita maupun bangsa lain. Dengan wacana segala hal baik itu masalah pendidikan, politik, ekonomi maupun aspek lainnya bias tereksplor dan tersaji dalam bentuk wacana  yang mempunyai perspektif, tujuan dan prinsip yang baik dalam membedah dibalik masalah bangsa ataupun masalah lain yang terjadi.
0 comments

“CERMIN WRITING” (Class Review-1)



 “CERMIN WRITING”
(By: Diana)
            Segala puji syukur atas rahmat tuhan yang maha kuasa yang setiap detik waktu melimpahkan jutaan nikmat kepada seluruh umat manusia. Aliran darah, detak jantung, hembusan nafas, semua itu tidak terhitung.
           Di sore hari ini dengan suasa yang mencekam, gelapnya langit, derasnya air hujan, menggelegarnya suara petir yang bertabuh menghentakkan bumi memberikan sentuhan dahsyat pada manusia yang berlindung dibawah rumah menjadikan kecemasan hati dan jiwa manusia untuk terdiam dan menyebut nama Allah SWT sebagai penenang atas segala kecemasan dalm benak manusia.
0 comments

AKADEMI FANTASI MENULIS (Class Review-1)



AKADEMI FANTASI MENULIS
(By: Ade Puadah)
Hari senin adalah hari pertama dimana semua mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon memulai aktifitasnya masing-masing di kampus. Tepat pada tgl 3 Januari pkl 08.00 WIB, aku kembali duduk di kursi tempat biasa aku belajar. Mr. Lala adalah dosen yang pertama membuka mata kuliah di hari senin. Bertemu lagi dengan beliau dalam mata kuliah writing. Seperti biasa, awal kuliah di buka dengan learning contract. Beda dengan tahun lalu, writing kali ini lebih membuat saya tercengang mendengarnya. Semester 4 ini, mau tidak mau aku harus tenggelam di Academic Writing dan berperang dengannya.
0 comments

TERSISIH JAUH (Appetizer Essay-1)



TERSISIH JAUH
(By: Ade Puadah)
Banga Indonesia adalah bangsa yang memiliki budaya tutur sangat kuat. Oleh karena itu, budaya menulis di Indonesia sangat rendah dan tersisih jauh dari negara lain di Asia. Kesadaran bangsa kita akan menulis begitu lemah, sehingga Indonesia meraih peringkat kedua terendah di 52 negara di Asia. Ketika literacy di Indonesia harus tertinggal jauh dengan Malaysia, maka apa yang harus dilakukan Indonesia untuk mengejar ketertinggalan. Kita terlalu santai mengkonsumsi hasil karya orang lain tanpa memikirkan nasib negara kita sendiri. Ironis sekali ketika mayoritas sarjana lulusan Perguruan Tinggi tidak bisa menulis, bahkan lebih ironis lagi ketika survei membuktikan bahwa mayoritas dosenpun tidak bisa menulis.
0 comments

Class Review: Writing Kembali Datang, Waspadalah!



Name   :  Dewi Patah Andi Putri
NIM    : 14121310279
Class Review-1
Writing Kembali Datang, Waspadalah!
Liburan pun kini telah usai.  Hari-hari yang biasa dilalui dengan bersantai dan bermalas-,alas an terpaksa harus dicukupkan dulu.  Kini saatnya untuk menyambut kembali tantangan yang baru.  Tantangan yang membutuhkan banyak energi, kekuatan mental serta kekreatifan.
0 comments

Appetizer Essay: Literasi di Indonesia, Miris!



Nama     : Dewi Patah Andi Putri
NIM       : 14121310279
Appetizer Essay-1
Literasi di Indonesia, Miris!
Mahasiswa dianggap sebagai figur penting yang bias memberikan kontribusinya terhadap kehidupan sosial.  Kekuatan sebagai seseorang yang mempunyai intelektual yang elit, dituntut memberikan pemikiran-pemikiran yang cemerlang yang bisa merealisasikan dalam kehidupan nyata.  Sehingga bangsa pun menyimpan harapan besar kepada mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
0 comments

Appetizer Essay: Ada Cinta dibalik Tulisan



Ada Cinta dibalik  Tulisan
Anisa
            Seseorang yang masih  sangat awam dalam membaca atau menulis. Mereka yang  tidak suka membaca ketika disodorkan teks, mereka akan merasa kecil hati bahkan sampai ada yang menyalahkan diri sendiri. Mengapa demikian, karena hampir 95 persen mahasisiwa mengemukakan bahwa mereka tidak mempunyai latar belakang cepat dalam membaca. Ungkapan tersebut telah memberikan banyak hal, yang dapat kita garis bawahi menjadi sifat fantastik dalam teks yang diciptakan dalam teks yang diciptakan oleh seorang penulis.
            Pendidikan bahasa di Negara kita telahgagal dalam mengembangkan pembaca krisis. Banyak lulusan Universias Indonesia yang sudah belajar bahasa lokal, bahasa Indonesia maupun bahasa asing  tapi tidak bisa menjadi pembaca krisis. Ketika ada ungkapan dari seseorang, bahwa dia mempuyai wawasan latar belakang yang sama itu dirinya adalah kontraktif.
            Ketika seorang pembaca mengemukakan bahwa dirinya belum mencapai tingkat tinggi dalam membaca. Itu tanpa mereka sadari mereka telah mengeritik diri sendiri dengan kurang mengetahui wawasan dalam membaca. Sebenarnya kita mampu mengevaluasi diri tapi kita tidak bisa memperbaiki diri kita. Hanya terpaku terhadap apa yang kita dapat tanpa mau mencari yang lebi. Seorang pembaca juga dituntut untuk bisa berkonsentrasi.
            Beberapa yang dapat menyelesaikan bagaimana pendidikan bahasa di Negara kita. Pertama adalah pendekata dalam membaca dan menulis. Kedua membaca datang dari menulis., ketiga yaitu seseorang yang rajin membaca tidak terlepas dari keahlian mereka dan intelektual dalam menulis. Pembaca krisis itu dia sangat percaya antara penulis dan membaca itu sama tanggung jawabnya terhadap makna dalam sebuah karya tulisa atau teks.
            Orang-orang muslim telah diingatkan pada surat An-nisa ayat 63, yang artinya untuk berbicara kepada orang lain dalam sebuah kata yang efektif untuk mencapai diri batin mereka, untuk cendekiawan muslim, kemudian dan menulis komunikatif yaitu sejalan dengan ajaran agama. Disini agama islam menganjurkan seseorang muslim untuk bisa membaca dan kemudian menulis. Tentunya sesuai dengan ajaran islam. Subkhanallah betapa besarnya budaya membaca dan menulis dalam sebuah Negara atau kehidupan.
            Sebagai seorang yang telah menngeluti dunia menulis pak Waston, lebih tepatnya dalam karyanya Pak Waston sebuah artikel kuat pembaca. Pembaca tak berguna (Jakarta Post-Januari 2014). Jika sebagai non Indonesia mampu membangun Indnesia Beliau mampu mengkeritik yang mampu membangun Indonesia untuk membaca. Sebuah pancingan yang dapat memicu kemarahan Indonesia untuk membaca. Kenapa, karena Negara kita, Negara Indonesia itu sangat lemah dan sukar untuk membaca.
            Dalam sebuah artikel kita tidak hanya bisa menarik kesimpulan dari suatu masalah tapi juga menyelesaikan  sebuah masalah. Seorang siswa diberikan sebuah teks akademik awalnya menggunakan bahasa Indonesia kemudian ditranslet kedalam bahasa Inggris. Itu pasti tidak dapat dipungkiri kalau budaya  membaca Negara kita masih sangat minim peminat dan sukar untuk mau membaca sebuah artikel, teks apalagi buku.
            Survice juga telah membuktikan, beberapa mahasiswa yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada tanggal 02 februari memberikan bukti bahwa  siswa tidak mampu mengidentifikasikan sebuah tema atau potongan prosa dalam bahasa Indonesia (prosa Indonesia). Itu dikemukakan oleh Dr. Iman, entah apa alasan Beliau melakukan ini dan buat apa. Yang pasti Beliau mencoba untuk membuat sesuatu kritikan untuk kemajuan mau membaca, dan menulis serta usaha untuk memahami sesuatu baik informasi atau apapun dari artikel atau sebuah buku.
            Disini kita dituntut untuk bisa menulis sejak dini. Sejak SMP harusnya ketika UAS atau UTS dianjurjkan untuk membuat cerpen saja agar otak mereka terbiasa untuk menulis. Sehingga di harapkan ketika mereka kuliah tidak perlu membuat Sekripsi, Tesis ataupun Sertasi. Karena mereka telah terbiasa dalam menulis jadi otak kita sudah diasa. Dengan dekian budaya menulis dalam Negara kita bisa berkembang, tapi sayangnya pendidikan membaca dan menulis tidak diberikan terhadap para siswa sesuai dengan kurikulum pendidikan.
            Bangsa indonesia dianggap sebagai bukan bangsa penulis. Surat yang dikirim oleh Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 152/E/T/2012, kepada Rector, ketua, directur perguruan tinggi swasta di seluruh Indonesia tentang karya ilmiah telah memicu pro contra dilingkungan kampus sejalan dengan pemikiran masing-masing. Asosiasi perguruan tinggi swasta (Aptisi) terang-terangan membokait aturan tersebut. Ini sungguh sangat membuat kita terpukul bak di luncurkan bom Atom di Indonesia.
            Negara kita seharusnya mengeluarkan 80 ribu judul pertahun, bukan 8 ribu pertahun. Kita lipatkan 10 kali, dari 8 ribu judul menjadi 80 ribu judul pertahun. Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah Negara kita mampu melakukan itu dan apakah kita benar-benar siap. Kemampuan menulis artikel jurnal seperti yang telah dihimbau oleh directur Jenderal Pendidikan Tinggi adalah literasi tingkat tinggi, yaitu kemampuan dalam memproduksi pengetahuan. Para Sarjana setelah membaca berbagai informasi dan melakukan penelitian harus mampu mengajukan sudut pandang baru, kesimpulan, rumus, serta teori agar dapat memperkokoh pengetahuan.
            Seberapa dalam dan canggih sebuah temuan atau penelitian bergantung pada akademinya S1, S2, S3 selamanya itu untuk kelulusan. Mahasiswa dituntut untuk menulis skrisi, tesis, atau sertasi dengan kekhasaan dalam bidang masing-masing. Disini kita dituntut sangat kersa untuk membuat karya ilmiah. Jadi sekripsi, tesis dan disertasi adalah bagian dari genre tulisan akademik (academic writing). Secara garis besar dengan menulis sekripsi mahasiswa mampu belajar menulis akademik, dengan menulis tesis mahasiswa belajar meneliti, dan dengan disertasi mahasiswa membangun teori atau rumus baru. Semuanya melaporkan hasil telaahan, pengamatan, atau eksperimen.
            Jadi kita mulai dari sekarang budayakan menulis, cintai menulis, dan biasakan menulis. Karena dengan  menulis bisa menggenggam dunia dan tentunya mempunyai wawasan yang luas. Disemester 2 kita dituntut untuk membaca. Semester sekarang kita dituntut untuk membiasakan menulis
Kesimpulan
            Kita dituntut keras untuk bisa menulis dan membuat orang mau menulis. Karena menulis itu juga mempunyai pengaruh terhadap citra Negara kita yang dianggap bukan bangsa penulis. Kita harus membuktikan bahwa Negara kita, bangsa kita kita mampu menulis. Tentunya dengan rumus dan metode yang benar. Selain menulis kita juga harus membaca dan jadilah pembaca yang krisis. Mampu memberikan argumen-argumen terhadap tulisan yang menurut kita kurang bagus. Agar ketika kita disodorkan dan menyuruh meresume atau yang baru tidak semerta-merta melainkan melalui prosedur. Agar tidak terciptapelecehan intelektual.
           
Budayakan menulis dari dini atau SMP dengan cara memberikan soal untuk membuat cerpen bukan materi-materi lagi. Selain siswa merasa jenuh, wawasan mereka juga hanya terpaku pada soal materi-materi saja. Ini bertujuan agar para murid terbiasa untuk menulis. Dengan harapan ketika mereka kuliah nanti tidak ada sekripsi, tesis, atau disertasi. Kenapa, karena para mahasiswa telah mampu menulis. Jadi tidak perlu menulis sekripsi, tesis ataupun disertasi yang hal itu asalnya termasuk kedalam academic writing dan curiculume pendidikan.      
0 comments

Prioritas Academic Writing bagi Seorang Penulis Hebat (Class Review-1)



Prioritas Academic Writing bagi Seorang Penulis Hebat
(By: Hanifatus Sholihah)
            Good Morning J.. Welcome back with Mr.Lala Bumela dalam mata kuliah yang berbeda dari semester sebelumnya yaitu Writing & Composition 4 di semester empat ini. Pada pertemuan pertama, tepatnya Senin, 03 Februari 2014 pukul 07.30 (walaupun jadwal sebenarnya jam 09.10) kita disambut dengan tangisan langit (gerimis) sehingga membuat matahari enggan untuk menampakkan diri. Tetapi alhamdulillah pagi ini saya berangkat ontime karena saat saya masuk kelas, Mr.Lala belum datang.
0 comments

Kemajuan Berbanding Lurus dengan Literasi (Appertizer Essay 1)



Kemajuan Berbanding Lurus dengan Literasi
Author: Dwi Arianti

Sebuah bangsa yang maju tidak bisa dibangun dengan hanya mengandalkan kekayaan alam yang berlimpah atau pengelolaan sebuah negara yang baik. Akan tetapi didapat dari paradaban tulisan atau peradaban literasi yang dapat menjembatani peradaban dari generasi ke generasi lainnya. Sudah sangat jelas bahwa peradaban literasi atau budaya literasi sangatlah penting bagi sebuah bangsa yang maju.
0 comments

Wake up and Move on (Class Review 1)



Wake up and Move on
Author: Dwi Arianti

Terlelap dalam tidur yang panjang ini, waktu kini memaksa saya untuk bangun. Bangun dari tidur panjang dan semua mimpi yang ada. Sulit rasanya tapi semuanya harus dipaksa. Paksaan untuk bangun dari tidur dan mimpi ini. Ayo bangun!
0 comments

(Bukan) Bangsa Penulis (Appetizer Essay-1)



(Bukan) Bangsa Penulis
(By: Hanifatus Sholihah)
            Surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 1 52/E/T/2012, tertanggal 27 Januari 2012 kepada para rektor, ketua, direktur perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia tentang karya ilmiah telah memicu pro dan kontra di lingkungan kampus sejalan dengan sudut pandang dan peran masing-masing. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) terang-terangan memboikot aturan tersebut.
0 comments

Budaya Passive Kian Melekat (Appetizer Essay-1)



Budaya Passive Kian Melekat
(By: Alifah Rohmatilah)
Kemelut persoalan yang dihadapi bangsa indnonesia saat ini adalah melawan permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan mengalami persoalan yang tak kunjung usai, yaitu dalam bidang akademik menulis dan membaca, khususnya di perguruan tinggi Indonesia. Perguruan tinggi adalah tempat mencetak orang-orang yang memiliki kemampuan dalam menulis karya ilmiah. Sangat disayangkan pada kenyataannya menulis menjadi sesuatu hal yang terabaikan. Begitu pun dengan membaca, daya tarik membaca buku akademik sangat jarang. Miris melihat bangsa sendiri seperti sekarang ini, padahal yang dibayangkan Negara sendiri bisa maju seperti Negara lain. Akibat  lemahnya budaya menulis dan daya tarik membaca dikalangan mahasiswa Indonesia ini menjadi sangat diargukan kalau Negara Indonesia akan maju.
0 comments

Jangan Biarkan Tanganmu Mengeras seperti Batu! (Class Review-1)



Jangan Biarkan Tanganmu Mengeras seperti Batu!
(By: Alifah Rohmatilah)
Coretan class review satu (1) menjadi pembuka log book writing 4. Senin kemarin menjadi bahan catatan log book pertama untuk class review satu (1). Ada timbul rasa kaku, ketika akan menuliskan serangkaian kata. Akibat liburan yang terlalu panjang mengakibatkan rasa kaku dalam berpikir. Bahkan alat penggerak pena pun sedikit kaku, karena tak lama bersentuhan dengan kertas-kertas kosong.  
0 comments

Gejolak Baru Writing (Class Review-1)



Gejolak Baru Writing
(By. Aneu Fuji Lestarie)
            Ada cahaya setelah gelap, penerang dikala gulita.  Ada pelangi setelah hujan, pencerah dikala gelap.  Ada juga kata libur setelah kata lelah, penghibur dikala bosan.  Ingin rasanya aku menghentikan massa dimana kata libur itu terus tersa hingga terlontar kata lelah dan aku pun akan terbuai asa.  Namun tak ada yang abadi, kata libur itu pun perlahan-lahan menghilang dan aku pun kembali ke massa kelelahan dimana aku harus siap menghadapi rintangan dan bangkit untuk melawannya sampai aku mendapatkan kata libur itu kembali dengan sebuah pencapaian yang indah.
0 comments

Appetizer Essay: Virus Turun-temurun Pemusnah Bangsa


Appetizer Essay
Hadi Wibowo
VIRUS TURUN-TEMURUN PEMUSNAH BANGSA
                Menulis merupakan suatu hal yang seharusnya menjadi suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa di Indonesia. Sebagai mahasiswa yang dikenal sebagai orang yang berintelektual tinggi sekaligus secara menjadi generasi penerus bangsa, menulis menjadi ladang cocok tanam dalam penyebaran ilmu di negeri bahari ini. Dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang ada sekarang dan berjubelnya sarjana yang masih nganggur, negeri ini akan kaya dengan calon pemimpin yang berwibawa jika generasi muda sekarang mampu menghasilkan karya ilmiahnya yang bermanfaat. Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan fakta yang ada di Indonesia sekarang.
0 comments

Class Review 1: The New Masterpiece



Class Review 1
3 Februari 2014
Oleh Hadi Wibowo
The New Masterpiece
                Semester telah berganti lagi. Tak terasa perjalanan mencari ilmu di Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon ini telah menuju babak baru, semester 4. Semester genap di tahun kedua perkuliahan saya di IAIN ini. Pengalaman di semester 3 yang cukup memukul membuat semester ini akan mejadi lahan “pembalasan dendam” yang seru.
0 comments

Appetizer essay: Membuat Garis Besar yang Detail



Appetizer essay 1
Membuat Garis Besar yang Detail
(by: Iiz Lailatus Saidah)
            Sepanjang perjalanan yang ditempuh, telah kita ketahui kebanhyakan mahasiswa di Indonesia tidak mampu untuk menulis dan minimnya minat untuk membaca. Pdahal hubungn antara menulis dan membaca sangatlah berkaitan, seperti artikel Pa Chaidar dan C W Watson kemukakan, saya hanya bisa mengambil penyebab umum bahwa kita harus sama-sama bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas membaca dan menulis.
0 comments

Literasi, Do it More,,,!!! (Appetizer Essay-1)



Literasi, Do it More,,,!!!
(By: Aneu Fujie Lestarie)
            Bangsa Indonesia mempunyai masalah yang sangat besar yaitu rendahnya budaya literasi di negara kita.  Rendahnya literasi di Indonesia ini membuat Indonesia jatuh dan mudah diperdaya oleh negara lain.  Sebenarnya masyarakat di Indonesia itu bukan tidak mampu untuk menulis dan membaca, akan tetapi mereka tidak mau untuk membudayakan literasi tersebut.  Padahal, berliterasi itu dapat mengasah otak kita agar lebih berwawasan luas.
0 comments

Class Review 1: Yuk Menulis........!!!!!


1st Class review
Yuk Menulis........!!!!!
(By : Erni Nuro)
          Kembali bersemangat untuk menuju titik penghabisan. Tetap semangat dan terus semangat melawan virus-virus malas. Segera persiapkan alat tempur kita dengan penuh pengharapan semoga diberi kesuksesan. Pertempuran pertama memberikan kesan yang menegangkan bagi saya, tetapi hal itu yang membuat saya penasaran. Penasaran dan rasa keingin tahuan tentang bagaimana menulis yang baik dan benar membuat saya harus dituntut untuk semangat. Semangat-semangat dan tetap semangat pantang menyerah, karena menulis itu adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian orang yang pandai merangkai kata. Sebagian orang juga mengaggap dirinya tidak mampu merangkai kata. Sebagian orang juga mengaggap dirinya tidak mampu merangkai kata serta mengembangkannya, mereka biasanya enggan untuk menulis kecuali mereka dituntut.
0 comments

Class Review: Sambut Writing dengan Semangat Baru



Class Review 1
Sambut Writing dengan Semangat Baru
(By: Iiz Laila)
Welcome writing…
Pagi itu aku langkahkan kaki dengan semangat baru menuju kampus tercinta, karena hari itu adalah awal pertama masuk kuliah disemester 4 ini. Senin,  03 februauri 2014 disambut dengan writing 4, jam 07.30 adlah pertemuan pertama dengannya. Kembali kami anak –anak PBI-A dipertemukan dengan Mr. Lala Bumela yang sudah tidak asing lagi bagi kami. Sudah tiga semester ini beliau selalu memberikan gebrakan baru untuk kami. Di semester 2 beliau memegang mata kuliah Writing class yang penuh dengan tantangan, apalagi di semester 3 kemarin, beliau memeganga mata kuliah English Phonology, yang sama sekali kita tidak tahu akan belajar apa didalamnya, akan tetapi dengan gebrakan-gebrakan beliau kami bisa sedikit demi sedikit memahaminya.
0 comments

Appetizer Essay: Virus Menulis dari Kebiasaan Membaca


1stEppetizer Essay
Virus Menulis dari Kebiasaan Membaca
(By : Erni Nuro)
Rendahnya minat atau bakat menulis dari bangsa kita masih dalam posisi yang sangat rendah. Memang benar pendapat yang dilontarkan oleh Dirjen Pendidikan. Sebenarnya, kebudayaan menjiplak yang menyebabkan mahasiswa malas untuk menulis. Kebiasaan itu membuat mahasiswa menganggap sepele menulis dan sama sekali tidak menghargai karya orang lain. Tidak ada lagi kesadaran untuk belajar menulis dan membuat analisis sendiri. Apalagi saat tugas banyak dan harus dikumpulkan besok. Maka jalan yang ditempuh adalah menjiplak pekerjaan teman atau dari internet. Itu yang menyebabkan mental menulis mahasiswa kita rendah. Selain itu penulis-penulis kita merasa kurang dihargai karyanya, itu pula yang menyebabkan penulis malas untuk membuat suatu karya. Menurut survei PERC 1.285 Manajer Asing, perlindungan hak cipta “Di Indonesia menempati posisi teratas negara paling buruk dalam perlindungan HKI untuk tingkat ASIA” (Kompas.com 25 Agustus 2011)
0 comments

Appetizer Essay: Alasan di Balik Tirai “Tidak Mampu Menulis”



Appetizer Essay 1
Alasan di Balik Tirai “Tidak Mampu Menulis”
Author: Ida Fauziyah

Menulis merupakan suatu proses mengekspresikan diri. Menulis juga merupakan suatu jalan untuk mengetahui sesuatu, jalan untuk menghdirkan ulang sesuatu, jalan untuk untuk memproduksi sesuatu. Menulis juga merupakan salah satu skill yang harus dimiliki seorang mahasiswa. Namun, apabila mahasiswa tidak mampu menulis itu salah siapa? Siapa yang harus disalahkan? Mahasiswa ataukah dosen? Akan tetapi, adakah orang yang ingin disalahkan?
0 comments

Appetizer Essay: TERLALU SULIT UNTUK MERUBAH BANGSA INI



APPETIZER ESSAY
Oleh Ahmad Khoerul Mustaqim
PBI A/Semester 4
TERLALU SULIT UNTUK MERUBAH BANGSA INI
Keproduktifan bangsa kita akan karya ilmiyah sangatlah minim, karena pada masa sekarang para mahasiswa kebanyakan tidak mampu atau bisa dibilang kesulitan untuk mengekpresikan pengetahuannya dengan membuat laporan penelitian, essay, apalagi dibentuk dalam sebuah artikel jurnal, memang seperti yang dikatakan Direktur jendral pendidikan menulis artikel jurnal adalah literasi tingkat tinggi. Makanya tidak salah jika Direktur Jendral pendidikan “jengkel” karena mayoritas sarjana lulusan PT kita tidak bisa menulis. Bahkan dosennya pun mayoritas tidak bisa menulis.
0 comments

Appetizer Essay : BUDAYA MENULIS DAN MEMBACA


BUDAYA MENULIS DAN MEMBACA
(By: Dian Eka Indriyani)
            Setelah saya membaca ke-3 artikel itu saya dapat menyimpulkan: pada artikel yang pertama yaitu tentang “Bukan Bangsa Penulis” itu aa sedikit pro dan kontra dalam hati saya, sebab pada kenyataannya jika dibilang bukan bangsa penulis masih banyak penulis yang aktif namun jika bicara kita bangsa penulis mungkin itu juga kurang, sebab disadari atau tidak jumlah penulis yang ada sekarang prosentasenya masih kalah dengan negara tetangga kita. Padahal diindonesia sendiri jumlah mahasiswanya masih terhitung banyak nau sulit untuk menulis dan jangankan masiswa dosennya pun ssama halnya masih sulit untuk untuk menulis. Jadi harus bagaimana jika sudah demikian?
            Semua itu mungkin suatu kewajaran bagi kita, karena saya sendiri merasakan dalam hal ini untuk menulis suatu tugas saja saya masih sulit, apalagi nanti bila harus menulis jurnal dan harisnya budaya menulis memang di ajarkan sejak kita masuk dibangku SMA agar nantinya kita tinggal melanjutkan pengetahuan kita dalam menulis dan agar tidak terlalu kaget serta jauh tertinggal ketika harus dihadapkan dengan dunia tulis menulis, karena diperkirakan setiap tahun ada 800 ribu mahasiswa yang diwisuda jadi mahasiswa, tetapi untuk menulis dirasa kemampuannya masih kurang memenuhi. Jadi mungkin memang benar jika lulusan s1 disini masih kurang memenuhi jika harus dibanding negara lain yang memang mahasiswanya sudah dituntut keras untuk mampu menulis.
            Kemudian artikel yang ke-2 ini membahas tentang “Penulis kuat dan Pembaca Putus asa, mengapa demkian? Setelah saya membaca dan menyimpulkannya memang benar dinegara kita, banyak yang menulis namun banyak pula yang sukar untuk membaca. Seorang pelajar atau mahasiswa saja minat untuk membacanya masih kurang jadi bagaimana seorang dikatakan pembaca yang kritis bila minat membacanya saja masih kurang.
            Bila dilihat, pembaca yang kritis dia akan mengembangkan dia tentang bentuk isi konteks. Dia akan lebih kritis menyikapi apa yang dia baca perkatanya, sedangkan kita sangat sulit untuk melakukan hal tersebut sebab untuk  membaca pengetahuan saja kita merasa jenuh bahkan ketika baru melihatnya saja mungkin rasa itu sudah hadir. Itu terbukti ketika seorang membaca mengatakan “ saya belum mencapai tingkat itu” atau “retorikanya terlalu tinggi bagi saya” mereka mengevaluasi diri mereka seolah-olah mereka tidak memiliki kemampuan tersebut, ataupun bagi seorang siswa kurang berkosnentrasi ketika ia membaca.
            Jika dilihat dari itu semua sebenrnya berbeda pada ketika mereka membaca, seberapa banyak minat mereka untuk membaca, karena bukan bagaimana ketika kita berkonsentrasi saja bila dia hanya itu yang dia pahami. Tetapi sumber ilmu bukan hanya pada buku itu saja, ketika kita sambil bersantai saja setidaknya luangkan waktu untuk membaca maka sekecil apapun pasti akan ada yang ditangkap oleh memorinya. Maka bukan hanya terletak pada konsentrasi saja disini justru minat bacalah yang nantinya menjadikan kita sebagai pembaca yang kritis. Bukan bagaimana juga membaca adalah sumber ilmu bukan hanya sekedar melihat, mendengar dan menulis saja, tulisanpun ketika kita enggan untuk membacanya maka untuk apa tulisan itu? Jadi, jangan sampai kita menjadi pembaca yang pasif, belajar untuk mengkritisi setiap bacaan yang ada dan kita mulai belajar untuk mengembangkan kesadaran kritis bahasa. Yaitu sensitivitas kekuasaan dan ideologi yang mendasari penggunaan bahasa. Jadi ketika kita tidak memahami teks yang dibaca, maka kita mampu menjawab alasan mengapa kata-kata itu sulit untuk kita pahami artinya.
            Kemudian pada artikel yang terakhir yaitu lebih pada “Belajar dan Proses Mengajar: lebih tentang pembaca dan penulis”. Disini menyatakan bahwa siswa menghadapi kesulitan dalam membaca teks akademis, baik tertulis awalnya bahasa indonesia atau diterjemahkan dalam bahasa indonesia atau disajikan dalam bahasa inggris yang mungkin lebih sulit lagi untuk dipahami. Pada dasarnya penulis dan pembaca itu ada pada pengetahuannya, semakin banyak ia membaca maka semakin banyak ilmu yang dia miliki begitu pula untuk menulis semakin banyak pengetahuan dia ketika membaca dan menulis maka semakin mudah pengetahuan yang dia akan dapatkan.
            Setiap orang mungkin berbeda dalam setiap hal, namun untuk pengetahuan bacaan dan tulisan yang bisa dijadikan sumber bagi apa yang dia cari dan mulai membuka jendela pengetahuan yang lebih luas dari sebelumnya. Menulis bukan hanya dituangkan dalam bahasa pelajaran, untuk memulainya mungkin bisa melalui cerpen atau puisi, di awali dengan bahasa yang mudah dipahami terlebih dahulu agar nanti didepan tidak terlalu sulit untuk membaca pada tingkat yang lebih tinggi, karena sekarang ini masih sangat diperlukan penulis dan pembaca kritis di Indonesia. Sebab begitu banyak siswa atau mahasiswa kita masih kurang minatnya untuk membaca jadi jangankan untuk menulis untuk mulai membaca saja masih dirasa sukar olehnya.
            Dari ketiga artikel itu pada dasarnya membahas tentang budaya membaca dan menulis yang dirasa memang masih sangat kurang peminatnta, ketika yang menulis saja masih dirasa kurang untuk memadai, apalagi minat pembaca yang kurang disini. Alhasil pada pengetahuan masih banyak yang tertinggal, mungkin harusnya kita sudah mulai berbenah diri, mulai belajar dengan serius untuk menulis, sebisa mungkin usahakan untuk menulis agar nantinya mampu hasilkan tulisan yang baik. Begitu pula dalam membaca, cobalah untuk memulai jadi pembaca yang kritis bukan hanya sekear membaca namun mengkritisi setiap apa yang ada dalam bacaan tersebut.
            Seperti yang sudah saya paparkan juga tadi, bahwa manusia mungkin berbeda-beda dalam memahami dalam segala yang ada dan pasti mereka juga berbeda-beda dalam menyikapinya, tapi tidak untuk pengetahuan kita semua dituntut untuk mampu membaca dan menulis tidak hanya untuk mendengarkannya saja, jadi usakan untuk menulis dalam setiap kesempatan waktu yang ada dan belajar untuk mulai menyukai budan membaca, karena sebenarnya kita memiliki kemampuan yang sama dan tergantung bagaimana kita mengolah kemampuan yang ada dalam diri kita.
0 comments