Appetizer Essay: 3S (S1, S2, S3) Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Literasi di Indonesia



3S (S1, S2, S3) Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Literasi di Indonesia (Appetizer-1)
(Karya: Fitria Dewi)

Seharusnya 3s (s1, s2,s3) itu bisa mempengaruhi dan bisa memperbanyak kontribusi terhadap perkembangan literasi di Indonesia, tapi masalahnya adalah mereka yang lulusan s1, s2 dan s3 sekarang ini masih sangat jauh dalam meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.  Sebenarnya banyak sekali orang-orang yang pintar dan berpendidikan tinggi di negeri kita ini, tetapi banyaknya orang yang berpendidikan tinggi dan pintar ini tidak pandai dalam menulis, mungkin karena mereka hanya terbiasa menulis jurnal seperti skripsi, tesis dan disertasi saja di akhir pendidikan yang mereka jalani saja tanpa sering membuat tulisan yang lainnya.  Sayangnya bangsa yang maju itu tidak hanya di lihat dari banyaknya orang-orang yang 3s itu dan kekayan sumber daya alamnya saja, tetapi bangsa yang maju juga di lihat dari tulisan yang diproduksi atau dihasilkan juga yang akan mempengaruhi tingkat literasi di negaranya.
Tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah sekali, ini dibuktikan dengan jumlah karya ilmiah dari perguruan tinggi di Indonesia secara total masih rendah sekali jika di bandingkan dengan Malaysia, yaitu sekitar sepertujuhnya saja dari Malaysia.  Jadi jika di rata-ratakan jumlah terbitan buku di Indonesia hanya sekitar 8 ribu judul pertahunnya, sedangkan Malaysia 10 ribu judul, sebenarnya kita bisa mengimbangi Malaysia tetapi dengan syarat kita harus menerbitkan 80 ribu judul pertahunnya.
Tapi apakah bisa? Itulah pertanyaannya sekarang.  Apakah Indonesia bisa menghasilkan buku dengan jumlah yang begitu banyak, sedangkan yang lulusan 3s-nya saja masih banyak yang tidak bisa menulis.  Tetapi seharusnya bangsa kita ini mampu melakukannya, karena di negeri kita ini banyak sekali orang-orang pintar dan kreatif, hanya saja mereka kurang mampu dalam mengapresiasikannya kedalam bentuk tulisan.
Sebenarnya Indonesia itu harus mampu meningkatkan tingkat literasinya, agar negara kita ini bisa di sebut negara yang maju dalam literasinya karena meskipun negara kita ini negara yang kaya akan sumber daya alamnya, itu tidak cukup untuk membuat negara kita ini maju, kita harus bisa meningkatkan tingkat literasi di negara kita ini yang masih sangat rendah sekali ini.
            Hal itu juga didukung oleh kajian yang di adakan oleh OECD, yang mengatakan bahwa Indonesia itu berada dalam posisi yang ke 402 dari 493 negara di dunia untuk tingkat menulisnya, angka yang sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan negara-negara yang maju dalam memproduksi tulisan yang lainnya.  Tetapi itulah tingkat literasi bangsa Indonesia yang terlihat sangat rendah sekali di mata dunia, akan tetapi hal itu bisa kita rubah jika saja kita bisa di biasakan budaya menulis, apalagi untuk para sarjana yang sudah pernah menulis skripsi, tesis atau disertasi itu.  Para sarjana itu harusnya bisa lebih memproduksi tulisan mereka lagi, karena tulisan-tulisan merekalah yang akan membantu negara kita ini agar tingkat literasinya bisa meningkat.
Selain dari tingkat literasi yang masih sangat rendah, tetapi tingkat membacadan cara pengajarannya juga masih sangat kurang sekali.  Menurut penelitian yang pernah dilakukan pada anak sekolah dasar (SD)/MI, tingkat membaca di Indonesia ini menunjukan urutan 4 dari bawahdari 45 negara di dunia.
Tingkat literasi yang rendah pada para sarjana yang lulusan dari 3s ini, selain dapat mempengaruhi tingkat literasi di negara kita ini, juga dapat mempengaruhi cara membaca dan pengajarannya dikelas karena ke tiganya itu saling berhubungan.  Apalagi jika ia menjadi seorang guru, itu sangat mungkin mempengaruhi tingkat kemampuan membaca anak didiknya, terutama jika ia menjadi guru bahasa, selain bahasa pertamanya yang mereka kuasai.
Sebenarnya tingkat literasi kita rendah itu, bisa dipengaruhi oleh kurang percaya dirinya masyarakat untuk menghasilkan sebuah karya tulis, sehingga menyebabkan mereka tidak mau untuk menulis dan hal itu juga yang mengakibatkan rendahnya tingkat literasi kita ini.  Guru-guru ang tidak percaya diri bahwa dirinya bisa menulis, ia tidak akan pernah mencoba untuk menulis, ia tidak sadar bahwa tulisan-tulisannya itu bisa mempengaruhi tingkat literasi di negara kita ini dan dapat mempengaruhi cara belajar siswanya, mungkin saja karena gurunya tidak merasa percaya diri, maka ia tidak mengajarkan menulis sebuah karya pada peserta didiknya sehingga itu makin mempengaruhi rendahnya literasi di negara ini.
Kebudayaan di masyarakat kita ini banyak yang hanya mengandalkan informasi dari orang lain saja atau lebih suka mendengar dari orang lain saja tanpa ingin membaca sendiri.  Kebanyakan masyarakat di Indonesia hanya ingin membaca bacaan yang mereka sukai, jika mereka tidak menyukainya mereka tidak mau mambacanya.  Hasilnya banyak buku karya ilmiah dan tulisan-tulisan yang terbit begitu saja tanpa ada yang membaca, karena pembacanya masih jauh dari harapan yang di inginkan.
Kebanyakan masyarakat kita lebih menyukai hal-hal yang praktis saja, mereka tidak mau bersusah payah membaca dan menulis sebuah informasi yang mereka dapatkan.  Seperti contohnya mahasiswa, kebanyakan mahasiswa lebih suka mengerjakan tugasnya melalui searching di internet lalu mengcopy-nya.  Mereka tidak mau bersusah payah membawa buku atau karya ilmiah lainnya, sehingga minat pembaca atau karya ilmiah dan sejenisnya itu berkurang dan tentu saja itu mengurangi tingkat literasi negara kita ini, padahal kita tahu tingkat literasi di negara kita itu sudah sangat rendah sekali tapi mereka tidak mau membiasakan untuk membaca.
Ada 3 hal yang sangat berpengaruh sekali pada literasi, yaitu kebiasaan menulis, membaca kemudian cara belajarnya.  Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena ketiganya saling berhubungan, jika kita tidak di biasakan untuk membaca kita akan tidak terbiasa menulis karena membacalah kuncinya.  Membacalah, karena dengan membaca kita bisa menulis apapun yang kita inginkan, karena jika kita ingin menulis sebuah karya ilmiah tapi kita tidak mengerti cara membuatnya kita bisa membaca contoh-contoh karya ilmiah terdahulu, maka dari itu mambacalah kuncinya.  Kemudian keduanya juga bisa mempengaruhi cara pengajaran guru karena jika guru tidak terbiasa membaca dan menulis maka siswanya juga akan seperti itu, dan hal itu yang menyebabkan rendahnya tingkat literasi di negara kita ini.
Jadi sebenarnya budaya literasi (membaca-menulis) harus kita terapkan dari sejak kecil dan mulai harus dibiasakan sejak kecil karena supaya nantinya jika sudah mampu atau sudah menjadi sarjana atau dosen, kita mampu menghasilkan tulisan kita sendiri, bisa dalam bentuk karya ilmiah atau juga tulisan lainnya.  Hal itu juga dapat mengasah otak kita agar dapat berfikir kritis dan semua itu dapat mempengaruhi tingkat literasi, karena ke tiganya itu sangat berkaitan satu sama lain, dan dan negara kita bisa di anggap maju tidak hanya dengan kekayaan sumber daya alam dan kebudayaannya saja, tetapi juga dilihat dari produktifitas yang dihasilkan dalam tulisan.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment