IDHAM KHOLID
14121310301
PBI-A 4th semester
writing and composition 4
CORETAN
ILMIAH OLEH PARA ‘GENERASI PENERUS BANGSA’ (KATANYA)
Indonesia
tercatat sebagai negara yang memiliki sistem pendidikan terbesar keempat di dunia,
namun sayangnya Indonesia menempati urutan terakhir dalam laporan
pendidikan yang dievaluasi dari 50 negara lainnya. Bahkan negara satu
serumpun Indonesia yaitu Malaysia dengan pola pendidikannya yang sangat
sistematis sudah sangat jauh meninggalkan Indonesia. Sebenarnya sangat ironis
bagi Bangsa Indonesia yang sudah memiliki kestabilan ekonomi dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi sekitar 5 sampai 6 persen, dan oleh Bank Dunia
pun sudah ditetapkan sebagai Negara dengan pendapatan menengah, namun gagal
dalam sistem pendidikan. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apakah akar masalah itu
ada pada pemerintah atau memang para penerus bangsa ini yang tidak ingin dibuat
repot memikirkan hal tersebut. Kemana larinya mereka sebagai generasi penerus
bangsa ini yang ditargetkan untuk membenahi Indonesia yang baru yang disegani
oleh bangsa lain?
Para
pelaku pendidikan di Indonesia mayoritas lebih cenderung menyukai menghafal apa
yang telah mereka baca dibandingkan untuk menulis hal baru yang telah didapat
tersebut untuk kemudian dikembangkan lagi lebih jauh melalui penelitian dengan
perhitungan yang terperinci serta mengambil referensi-referensi dari sumber
yang lain untuk menciptakan suatu masterpiece berupa karya ilmiah. Sistem
membaca tanpa menindak lanjuti atau menghafal suatu bacaan merupakan hal yang
kurang tepat karena suatu saat otak kita akan lupa dan tidak ada bukti yang
kuat jika suatu hari nanti diminta pertanggung jawaban atas kebenaran dari apa
yang telah kita hafal, bahwa ilmu yang telah kita dapat itu sumbernya dari mana
dan oleh siapa, atau penemuan pengetahuan baru yang kita ciptakan sendiri, maka
untuk itulah gunanya menulis agar tidak ada klaim dari pihak lain karena
mempunyai bukti kuat berupa tulisan kita dan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Islam pun mengajarkan kita untuk membaca dan menulis, terbukti bahwa wahyu
Allah SWT yang pertama adalah iqra’ yang
artinya bacalah ! yang turun beberapa
abad yang lalu untuk menyuruh kita membaca. Kenapa harus membaca tidak menulis?
Alasan kenapa membaca ini sebenarnya sangat mudah untuk dijawab karena tidak
mungkin ada bacaan jika tidak ada tulisan. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT
menyuruh umat manusia untuk membaca dan menulis.
Sebuah
Bangsa bisa dikatakan berhasil ialah mereka yang mempunyai peradaban maju serta
mampu menciptakan sesuatu yang dapat mengubah dunia lewat apapun baik berupa
teknologi maupun karya-karya ilmiah yang terkenal. Indonesia merupakan Negara
yang mempunyai kekuatan geografis begitu besar, akan tetapi Indonesia masih
bergantung dengan pihak-pihak dari Bangsa lain yang lebih dominan dalam sektor
apapun dan sumber daya lokal yang ada tidak bisa masuk untuk berperan utuh di
dalamnya. Ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Negara yang konon katanya
tanah surga ini.
Ketidak
efektifan pemerintah dalam mengelola dan menjalankan kewenangannya banyak
disesali oleh banyak pihak kenapa hal tersebut bisa terjadi. Dampaknya sangat
besar ketika sumber daya manusia yang ada tidak dimaksimalkan semaksimal
mungkin maka secara tidak langsung hal demikian akan memusnakan peradaban suatu
Bangsa itu sendiri. Istilah simpelnya ialah kita semua warga Negara Indonesia
harus legowo menjadi tamu di Negara kita sendiri.
Berbagai
cara telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia melalui
peraturan perundang-undangan yang telah disepakati bersama untuk menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas khususnya untuk seluruh mahasiswa maupun
dosen di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta untuk mewajibkan membuat
karya ilmiah untuk menciptakan pengetahuan pengetahuan baru yang diciptakan oleh sumber daya manusia Indonesia
yang nantinya akan bermanfaat bagi semua orang. Ini sangat menarik karena
potensi anak bangsa akan tereksplorasi
dengan pemikiran-pemikiran yang mereka kemukakan.
Namun
program dari pemerintah ini tidak semuanya berjalan lancar, Dirjen Perguruan
Tinggi sering dibuat jengkel oleh mahasiswa dan bahkan sekaliber dosennya pun
tidak bisa menulis. Ia bahkan menuduh ketika lulusan mahasiswa yang berada di
bawah bendera Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta yang meluluskan sekitar 800 ribu mahasiswa setiap tahun dari
3.150 kampus swasta di Indonesia bahwa ketika mereka menerbitkan artikel
jurnal, mereka tidak memikirkan siapa target pembacanya dan dipastikan bakal
jadi fenomena ‘asal terbit jurnal-jurnalan’, ujar Prof. Chaedar lewat
tulisannya yang berjudul Rekayasa
Literasi.
Ketika
seseorang ingin membuat suatu karya ilmiah, maka mereka harus memprediksi apa
saja yang dibutuhkan dalam karyanya serta tulisan kita harus jelas apa dan
untuk siapa karya ilmiah kita ini dibaca. Karena karya kita tidak melulu selalu
diterima oleh kalangan pembaca, di kalangan pembaca pasti akan menemukan sikap
pro dan kontra karena menyangkut mengenai perbedaan selera mereka masing-masing
dalam menyikapi sebuah bacaan. Terlepas dari sikap pembaca yang pro maupun
kontra kita harus mengambil hikmah berupa sisi baik darinya karena momen ini
sebenarnya ajang yang sangat baik untuk memperbaiki kekurangan kita agar lebih
baik lagi bukan malah membenci para kaum pembaca yang kontra dengan karya
ilmiah kita, justru karena adanya pembaca kontra ini ampuh untuk merevisi hasil
tulisam kita karena sudah mendapatkan informasi yang cukup mengenai kekurangan
dan kelebihan dari kita.
Hubungan
antara pembaca dan penulis ini dan pembaca ini sangat erat sekali karena sudah manjadi satu kesatuan yang padu
dan susah untuk dipisahkan. Namun terkadang ketika pemikiran Sang penulis
begitu luar biasa hebat, akan tetapi maksud dari penulis tidak tersampaikan
dengan baik oleh pembaca. Entah penulisnya yang hebat sampai pembaca tidak
mampu menangkap maksud dari penulis atau memang level pembaca yang di bawah
rata-rata tidak bisa memahami teks dengan baik.
Hal yang
elementer inilah yang semestinya diperhatikan oleh pemerintah agar warga
Indonesia khususnya untuk kalangan mahasiswa maupun dosen untuk lebih
menggalakkan lagi semangat untuk membuat sebanyak mungkin karya ilmiah dan
menargetkan pembaca sebanyak mungkin agar lebih efektif dan efisien dalam
pembuatan karya ilmiah, karena jika tidak ada pembaca maka suatu teks atau
bacaan akan terkubur karena tidak ada yang membaca. Pembaca bisa dikatakan qualified
readers jika mampu menangkap dengan cepat teks yang dimaksud dan juga
sangat kritis dan teliti.
Jika di
Indonesia terdapat banyak qualified readers, maka hal ini nantinya akan
menciptakan suatu kompetisi dalam bidang literasi yang sangat sengit dan panas
dikalangan pelaku pendidikan perguruan tinggi di Indonesia untuk bersaing
menciptakan karya-karya ilmiah lebih banyak lagi. Adanya kompetisi ini ini pada
akhirnya akan memunculkan pemikiran-pemikiran baru yang baik untuk penambahan
sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas yang nantinya akan menjadi
penerus bangsa yang berpengetahuan luas
dan pada dasarnya baik sekali untuk kemajuan Republik Indonesia kedepan.
Kualitas
belajar dan mengajar dalam suatu sistem pendidikan yang ada di Indonesia juga
harus ada evaluasi menyeluruh dari pemerintah melalui dinas terkait apakah
proses yang berlangsung pada saat praktek di lapangan efektif atau justru
sebaliknya malah tidak berpengaruh sama sekali dalam penerapannya karena
terkadang praktek di lapangan akan berbeda dengan tujuan awal yang diinginkan
sebelumnya.
Jadi
bisa disimpulkan bahwa pada dasarnya masalah yang sering terjadi ialah
bagaimana mengubah kebiasaan buruk yang melekat pada generasi penerus Bangsa
Indonesia ini terutama para pelaku pendidikan di Indonesia yang masih malas
untuk menulis suatu karya ilmiah. Karena
suatu Negara akan dipandang bagus oleh dunia luar ialah mereka yang mempunyai
peradaban literasi yang baik karena mampu menerbitkan karya-karya ilmiah yang
banyak dan lebih variatif yang pada akhirnya akan mengangakat nama besar Negara
itu sendiri di mata internasional berkat karya ilmiah yang mampu memukau dan
membius perhatian mata dunia. Untuk itulah Sang master perubahan PBI Mr. Lala
Bumela mengajak semua elemen mahasiswa yang berada di bawah bendera Pendidikan
Bahasa Inggris IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk lebih mencintai menulis,
mengingat bahwa tujuan di dalam Academic
Writing mahasiswa diwajibkan untuk menulis karya ilmiah yang diharapkan
menjadi suatu Masterpiece.