Nama : Dewi Patah Andi
Putri
NIM : 14121310279
Appetizer Essay-1
Literasi di
Indonesia, Miris!
Mahasiswa dianggap sebagai figur
penting yang bias memberikan kontribusinya terhadap kehidupan sosial. Kekuatan sebagai seseorang yang mempunyai
intelektual yang elit, dituntut memberikan pemikiran-pemikiran yang cemerlang
yang bisa merealisasikan dalam kehidupan nyata.
Sehingga bangsa pun menyimpan harapan besar kepada mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa.
Ada tiga budaya yang menjadi ciri
khas dan ini tidak boleh ditinggalkan dari kegiatan mahasiswa ketiga budaya
tersebut yaitu membaca, menulis dan berbicara.
Dalam bahasa ini sering disebut sebagai budaya literasi. Budaya literasi merupakan ciri khas penting
yang menunjukan bahwa mahasiswa itu seorang elit intelektual. Dengan membaca, mahasiswa bias menambah
wawasan dunia, dengan menulis juga mahasiswa bias berkarya menyampaikan wacana
serta dengan berbicara mahasiswa bias berfikir krisis. (///G:/ mahasiswa dan
budaya literasi) htm.
Lalu apakah sekarang budaya literasi
ada dalam diri mahasiswa Indonesia?
Jawaban untuk
pertanyaan tersebut yaitu, mahasiswa Indonesia belum sepenuhnya memiliki jiwa
literasi. Bahkan Indonesia masih jauh
untuk menjadi Negara yang berliterasi.
kesadaran baca tulis masyarakat Indonesia masih sangat jauh jika dibandingkan
dengan negara AS dan Australia. Bahkan
ada juga yang menyebutkan bahwa mutu pendidikan dan literasi di Indonesia
terendah di dunia, miris!
Rendahnya literasi di Indonesia,
yang pertama ditandai dengan minimnya minat baca masyarakat Indonesia khususnya
mahasiswa atau pelajar di Indonesia.
Tingkat baca mahasiswa atu pelajar Indonesia sngat kurang sekali. Untuk membaca bacaan yang ada di papan
informasi pun mereka enggan untuk membacanya.
Keadaan seperti ini sangat berbeda sekali dengan pelajar di negara-negara
Eropa. Mereka bisa menghabiskan beribu
halaman dalam perminggu. Kurangnya minat
baca seperti ini sudah menjamur di indoneisa, khususnya pada pelajar di
Indonesia.
Selain itu juga minimnya kemampuan membaca
Indonesia ditandai dengan tingginya masyarakat yang masih tidak bias membaca
(buta huruf). Misalnya saja terjadi pada
masyarakat pedaleman, dia mengisolirkan dirinya dengan orang lain, maka mereka
tidak mendapatkan pendidian formal layaknya masyarakat pada umumnya.
Kondisi yang berlawanan dengan mudah
kita jumpai ketika kita menengok budaya literasi Negara tetangga kita. Budaya literasi meraka jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kita. Pada Negara mereka budayai membaca itu
ditekankan sejak dini.
Di Finlandia PAUD sangat ditekankan,
bahkan budaya membaca pun sudah ditekankan.
PAUD merupakan kunci dasar untuk membangun karakter manusia yang
sesungguhnya, sehingga dengan dengan ini diharapakn akan tercipta manusia yang
berkualitas. (//G:/ Mengintip Negara dengan sistem terbaik di dunia. htm)
Lalu apakah pemerintah Indonesia sudah melakukan hal seperti ini?
Sebenarnya kesalahan seperti ini,
tidak hanya kepada mahasiswa atau pelajar.
Melainkan pengajaran pendidikannya pun masih tergolong dalam literasi
rendah. Tidak sedikit pengajar dari bangsa
kita yang memiliki literasi rendah.
Mereka tidak menguasai study yang diajarkannya, mereka tidak
professional dan juga tidak bias memahami karakter siswanya. Maka tak heran jika banyak pengajar dari
kita, ketika mengajar dia hanya memberikan tugas tanpa adanya arahan yang jelas
selayaknya pengajar yang seharusnya beliau lakukan.
Tidak hanya itu faktor lain yang
mendominasi rendahnya literasi di Indonesia yaitu, menulis. Berbicara dengan menulis, ini sangat
sensitive dengna mahasiswa. Karena apa? karena
setiap mahasiswa wajib mempunyai tulisan syarat untuk menyelesaikan
studynya. Namun, disinilah lemahnya
literasi Indonesia. Mereka enggan sekali
untuk menulis. Tidak jarang dari mereka
membuat paper dengan mengcopy paste atau juga menyuruh orang untuk membuatkan
papernya. Tak heran jika banyak sarjana
dari kita khususnya para pendidik kita yang tidak mau menulis. Jika pendidiknya saja tidak mau menulis, lalu
bagaimana dengan peserta didiknya?
Salah ini media social pun menjadi
ajang untuk kecurangan. Karena dengan
mudah kita bisa mengcopy paste paper yang seharusnya kita buat. Sehingga ini pun mempengaruhi rendahnya
budanya literasi bangsa kita. Coba kita
bandingkan dengan Negara-negara di Eropa semuanya akan berbanding terbalik
bagaikan bumi dan langit.
Semua akademis yang ada di Eropa
mempunyai pedoman ataupun jargon khusus dalam menulis yaitu semua akademis
sama, sampai ia menilis sebuah buku.
Artinya semua akademik baik para pengajar ataupun mahasiswa semuanya akan
dipandang sama, tak peduli sampai tingkat professor apabila ia belum menulis
buku. (//G:/ mahasiswa dan budaya literasi.htm)
Yang paling terpedas yaitu mutu
pendidikan dan literasi Indonesia terendah di dunia. Jika seperti ini terus bangsa kita akan
menjadi bangsa yang mengharukan dan bangsa yang terbelakang. Mau dibawa kemanabangsa kita kalau sudah
seprti ini?? Budaya litrasi kita masih
tertinggal jauh dengan Negara-negara maju, itu semua bagaikan bumi dan langit.
Literasi baca Negara-negara Eropa
sudah ditekankan mulai dari dini. Dalam
PAUD pun literasi baca mulai ditekankan karena untuk membentuk kepribadian yang
berliterasi. Dengan demikian mereka
terlatih untuk sering membaca. sehingga
membaca merupakan rutinitas sehari-hari mereka. Berbeda dengan di Indonesia,
pemerintah Indonesia belum memberlakukan literasi sejak dini. Terbukti dengan adanya kemiskinan pendidikan
di Indonesia.
Untuk itu mulai dari sekarang, mari
kita tingkatkan minat baca dan tulis kita untuk menjadikan bangsa kita menjadi
bangsa yang berliterasi, bangsa yang mampu bersaing dengan Negara-negara
Eropa. Sehingga bangsa kita tidak
terjajah oleh kebodohan. Sampai kapan
kita menjadi Negara yang tidak berliterasi??
Ayo selamatkan Negara kita!