Appetizer Essay: Virus Turun-temurun Pemusnah Bangsa


Appetizer Essay
Hadi Wibowo
VIRUS TURUN-TEMURUN PEMUSNAH BANGSA
                Menulis merupakan suatu hal yang seharusnya menjadi suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa di Indonesia. Sebagai mahasiswa yang dikenal sebagai orang yang berintelektual tinggi sekaligus secara menjadi generasi penerus bangsa, menulis menjadi ladang cocok tanam dalam penyebaran ilmu di negeri bahari ini. Dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang ada sekarang dan berjubelnya sarjana yang masih nganggur, negeri ini akan kaya dengan calon pemimpin yang berwibawa jika generasi muda sekarang mampu menghasilkan karya ilmiahnya yang bermanfaat. Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan fakta yang ada di Indonesia sekarang.
                Generasi muda jaman sekarang lebih memilih jalur simpel dengan melesat jauh dari jangkauan yang dia harus capai seharusnya. Para sarjana tidak menggunakan keahliannya untuk meneliti dan memberikan kontribusi berupa karya ilmiah, baik itu jurnal maupun buku akademik. Bahkan ketika masih menjadi mahasiswa pun banyak yang enggan untuk menulis karya ilmiah. Inilah yang disebut dengan virus yang telah turun-temurun menggerogoti bangsa ini.
                Sebagai penerus bangsa, seharusnya mahasiswa menyadari pentingnya menulis karya ilmiah. Manfaatnya bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri tapi juga untuk membantu peningkatan pendidikan di negeri ini. Oleh karenanya, benar yang dilkakukan oleh DIrjen Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negeri seberang saja, Indonesia telah tertinggal jauh dalam bidang pendidikan dan bahkan dalam bidang literasi. Namun reaksi dari mahasiswa berbeda, banyak mahasiswa yang malah kontra dengan keputusan itu.
                Inilah hal yang paling ditakutkan, mahasiswa dan mayoritas sarjana tidak bisa menulis! Dapat kilta lihat di sini kalau mminat baca-tulis di generasi sekarang sangatlah rendah. Jangkan untuk mennulis karya ilmiah, membacanya pun mereka enggan. Bagaimana bisa seseorang dapat menulis dengan baik jika dia tidak suka membaca? Lalu apa yang harus dilakukan generasi muda sekarang?
                Menanamkan minat untuk membaca dan menulis merupakan cara yang paling jitu untuk mengatasi buta literasi ini. Penanaman ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin di sekolah dasar hingga menengah agar ketika menjadi mahasiswa atau dosen akan produktif dalam menulis.
Esensi Baru
                Masalah baca-tulis ini tidak hanya melanda mahasiswa dan dosen saja namun juga murid-murid di sekolah. Mereka merasa kesulitan ketika membaca buku pelajaran atau pun bacaan lainnya. Mereka bahkan berpikir ilmu mereka belum sampai di situ, atau berada di atas kemampuan mereka.
                Siswa-siswa ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca mereka sangatlah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bahas tidak bisa membuat mereka menjadi pembaca yang handal. Guru dan dosen dianggap telah gagal mencetak peserta didiknya menguasai skill membaca ini. Padahal membaca merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan pemikiran-pemikiran kritis. Kemampuan seseorang membaca dapat menentukan kecanggihan dari tulisannya, karena pengetahuan yang kita dapat melalui membca dapat kita olah kembali melalui menulis ini sehingga dapat tercipta ilmu pengetahuan baru.
                Dapat kita lihat di negara kita ini kebanyakan sekolah hanya menekankan murid-muridnya untuk membaca saja tanpa diimbangi dengan menulis. Pendidikan di Indonesia memang lebih berbasis pada pendidikan berbasis membaca bukan pendidikan berbasis menulis. Nah inilah yang membuat siswa kita tidak dapat mengolah sesuatu bacaan dengan baik. Harusnya pendidikan di negeri ini segera dibenahi dan ditingkatkan kualitasnya.
                Kurikulum 2013 dianggap salah satu cara baru untuk peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini. Siswa sejak kecil diajarkan terlebih dahulu mengenai tingkah laku yang baik agar kelak dapat menyadari peran penting mereka sebagai generasi penerus bangsa yang berliterasi tinggi. Inilah esensi baru yang Insya Allah, akan mengubah wajah pendidikan di Indonesia ini.
Berantas ke akar-akarnya
                Kerja sama antara si pengajar dan peserta didik merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dalam proses belajar-mengajar. Apabila salah satu pihak tidak dapat bekerja sama dnegan baik maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Seperti halnya yang terjadi pada dosen-dosen di negeri kita, masih banyak dosen yang menggunakan buku terbitan luar negeri untuk mengajar, padahal dosen tersebut lulusan PT luar negeri. Hasil yang terjadi di lapangan sangat mencengangkan karena mahasiswa malha tidak dapat mengaplikasikan ilmunya dengan baik. Kesalahan seperti harusnya dapat dihindari. Dosen harusnya mengajarkan mahasiswanya berdasarkan pengalaman yang dia dapat selama belajar di luar negeri.
                Sehingga dapat kita simpulkan di sini kalau kemampuan literasi kita masih rendah, maka akan sulit untuk mengangkat bangsa ini. Dengan adanya penanaman kecintaan terhadap literasi sedini mungkin, maka  virus pemusnah bangsa ini dapat kita berantas hingga ke akar-akarnya. Sehingga Indonesia akan bebas dari buta literasi.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment