Bukan
Sekedar Rekayasa Biasa
(By:
Alifah Rohmatilah)
Di
era saat ini perkembangan ilmu teknologi sangat maju pesat. Perusahaan
elektronik luar negeri menawarkan produksi elektronik smart seperti samrtphone,
smartTV, dan smart-smart elektronik lainnya. Akan tetapi yang sangat miris
yaitu masyarakat Indonesia ini yang tidak bisa memproduksi barang canggih yang
memiliki nilai jual tinggi. Masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen saja,
kapan akan memproduksi? Semua kembali pada persoalan pendidikan di Negara
Indonesia, yang dari tahun ke tahun tidak pernah ada perubahan atau peningkatan
yang derastis. Literasi menjadi bahan patokan untuk merubah bangsa indonesia
ini menjadi lebih maju, serta mempunyai daya saing yang lebih tinggi dari
Negara-negara lain. Sudah saatnya
membutuhkan perubahan, dan “Rekayasa Literasi “ berbicara.
Literasi
menjadi perbincangan yang sangat intim, karena dunia literasi adalah dunia
penolong bagi semua bangsa. Kini akibat perkembangan zaman definisis literasi
terus bergeser mengalami perubahan dalam pembaruan makna. Buku yang berjudul
“Pokoknya Rekayasa Literasi” (Chaedar Alwasilah, 2012) definisi (lama) literasi
adalah kemampuan membaca dan menulis (7th edition oxford advanced
Learner Dictionary, 2005:898). Dalam konteks persekolahan Indonesia, istilah
literasi jarang dipakai. Istilah yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa
atau oembelajran bahasa (setiadi:20100. Dalam KBBI istilah literasi tidak
tercantu, tapi istilah yang ada adalah
literator dan literer. Akibat perkembangan zaman, pakar pendidikan dunia
memunculkan definisi baru dengan menujukkan paradigma baru dalam memaknai
literasi dan pembelajarannya. Beberapa definisi yaitu, literasi computer,
literasi virtual, literasi matemtika , literasi IPA, dan sebagainya. Seiringan
dengan perubahan paradigm literasi, Freebody & Luke menawarkan model
literasi, yaitu memahami literasi, melibati, menggunakan, menganalisis, dan
mentransformasikan teks.
Definisi-definsi
dalam rekayasa literasi sudah menjadi bahan pandangan untuk memulai literasi. Memang
definisi sudah tersedia dari beberapa tahun silam, tapi hingga saat ini upaya
pelaksanaannya belum terorganisir. Melihat rapor merah anak-anak negeri, skor
prestasi anak negeri sangat rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini mencakup
prestasi membaca dan menulis yang berada diperingkat ke-5 dari bawah. Dalam
skala internasional, literasi siswa kita belum kompetitif. Sudah terbukti bahwa
ketertinggalan anak-anak bangsa dalam pendidikan oleh Negara lain. Namun
sepertinya tidak ada salahnya merubah paradigma literasi untuk salah satu
kebijakan dalam pendidikan. Akan tetapi
jika paradigma yang hanya mengalami perubahan, sedangkan dalam aplikasinya literasi
ini tidakmengalami perubahan menuju kualitas yang lebih baik. Apakah upaya peningkatan
literasi akan terlaksana dengan paradigma yang ada?
Menurut
laporan UNESCO tahun 2006 tentang literasi dunia, memaparkan bahwa hak dasar
manusia sebagai bagian essensial dari hak pendidikan. Artinya literasi ini
kebutuhan terpenting yang harus dimiliki setiap manusia. Dengan terpenuhinya literasi memungkinkan kita
untuk mengakses pengetahuan, teknologi, memanfaatkan budaya dan daya guna
media. Ringkasnya bahwa literasi bisa menjadi tumpuan dalam upaya peningkatan
kualitas hidup manusia. Oleh karena itu literasi menjadi sorotan dalam
pendidikan.
Pokoknya
Rekayasa literasi mengupas upaya peningkatan literasi dengan
paradigma-paradigma yang terjadi sesuai tantangan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan di zaman sekarang. Segala sesuatu yang berhubungan dengan litersai
dikupas tuntas dalam buku pak Chaedar Alwasilah (2012). Beberapa paradigma tentang
literasi sebagai berikut:
· Ketertiban lembaga-lembaga social,
bahwa bahasa di sini digunakan untuk kepentingan politik, sehingga muncul
bahasa birokrat atau bahasa politik.
· Kefasihan yang relative, bertujuan
untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi seperti halnya nilai
TOEFL 550 dianggap nilai minimal untuk bisa mengikuti perkuliahan bahasa
inggris yang ada di Amerika Serikat. Namun, nilai itu tidak seimbang dengan
academy literacy di Amerika.
· Pengembangan potensi diri dan
pengetahuan, orang dibekali literasi untuk mampu
memproduksi dan mereproduksi pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari
literasi yang harus dikuasai oleh calon-calon sarjana.
· Standar dunia, dalam
persaingan global bahwa kualitas literasi bisa diukur dan dibandingkan dengan
bangsa lain.
· Kemampuan
dalam berfikir kritis, literasi menggunakan bahasa secara fasih, efektif,
dan kritis.
Paradigma
di atas menjelaskan bahwa literasi menjadi sebuah acuan yang harus ditempuh
oleh bangsa kita. Berdasarkan paradigma di atas, maka munculah prinsip-prinsip
literasi yang dipaparkan oleh pak Chaedar Alwasilah (2012) , sebagai berikut :
1. Literasi
adalah kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi
maksimal sebagai anggota masyarakat.
2. Literasi
mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis
atau pun secara lisan.
3. Literasi
adalah kemampuan memecahkan masalah. Baca-tulis adalah kegiatan mengetahui
hubungan antar kata dan antarunit bahasa dalam wacana, serta antara teks dan
dunia tanpa batas.
4. Literasi
adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
5. Literasi
adalah kegiatan refleksi diri. Penulis dan pembaca senantiasa berfikir ihwal
bahasa dan meningkatkannya dengan pengalaman subjektif.
6. Literasi
adalaha hasil kolaborasi. Baca-tulis selalu melibatkan dua pihak yaitu si
pembaca dan si penulis. Pendidikan bahasa sejak dini melatih siswa menggunakan
bahasa melalui kegiatan kolaboratif.
7. Literasi
adalah kegiatan melakukan interpretasi. Penulis menginterpretasikan alam
semesta dengan pengetahuan subjektivnya lewat kata-kata, dan pembaca memaknai interpretasi
penulis.
Dunia
literasi telah mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan
kebutuhan yang paling utama dalam literasi. Dunia pendidikan yang menjadi
prioritas utama dalam meningkatkan literasi. Oleh sebab itu rekayasa literas
menjadi salah satu rujukkan untuk menjalankan literasi. Selain itu rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja
dan sistematis utuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya secara optimal. Dalam
buku Chaedar Alwasilah (2012) “Pokoknya Rekayasa Literasi”, perbaikan rekayasa
menyangkut empat dimensi, diantaranya:
1.
Linguistic
atau focus teks.
2.
Kognitif
atau focus minda.
3.
Sosiokultural
atau focus kelompok.
4.
Perkembangan
atau focus pertumbuhan.
Rekayasa
literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi.
Membaca dan menulis memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan menguasai
sejumlah pengetahuan. Kegiatan literasi secara serenatk melibatkan ke empat
dimensi tersebut. Proses menuju literasi memang dibutuhkan pengorbanan,
kesiapan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan. Serta dibutuhkan
pendorong dalam membentuk oran-orang literat, artinya ada peran sesesorang yang
lebih penting yaitu guru. Pembentukan karakter siswa sejak dini salah satu
upaya siswa menjadi orang literat. Selain itu metode pengajaran bahasa harus
lebih intensif terutama dalam dua aspek yaitu membaca dan menulis.
Ketika
rekayasa literasi ini bisa tercapai, maka tidak akan ada keraguan lagi dalam
menyaingi Negara lain. Cukup dalam waktu ini saja mendengar kata-kata
ketertinggalan, yang ingin didengar adalah kemajuan. Rekayasa literasi, bukan
hanya sekedar rekayasa biasa, dan rekayasa literasi menjadi upaya untuk
menempuh literasi yang lebih maju.