Chapter Review: Racikan Literasi Pemanis Bangsa



Racikan Literasi Pemanis Bangsa
Oleh Hadi Wibowo
            Tingkat kemajuan suatu bangsa tergantung pada tingkat literasi masyarakatnya. Negara yang tergolong maju mempunyai tingkat literasi masyakatnya tinggi, begitu pula sebaliknya. Adanya bahasa asing sebagai bahas kedua sangat mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Selain untuk dapat berkomunikasi dengan negara lain tapi juga untuk  mengadaptasi ilmu yang telah ada, sehingga dapat dikembangan menjadi lebih baik lagi. Penguasan terhadap bahasa asing menjadi masalah yang turun-temurun. Beberapa ahli mengembangan metode yang terus-menerus diperbaiki dari waktu ke waktu.
            Literasi biasanya dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pengertian tersebut berkembang menjadi konsep literasi fungsional yaitu literasi yang terkait dengan berbagai fungsi keterampilan hidup. Literasi selama bertahun-tahun dianggap sebagai persoalan psikologis yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis, padahal literasi adalah praktek kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Oleh karena itu para pakar memaknai literasi tersebut dengan definisi baru.
            Ada tujuh dimensi kajian lintas disiplin tentang literasi yang saling terkait, diantaranya adalah:
v  Dimensi Geografis
Dalam dimensi ini literasi seseorang dapat dibilang berdimensi local, nasional, regional atau internasional tergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring social dan vokasionalnya. Maksudnya adalah orang yang bisa disebut sebagai orang yang berliterasi dalam dimensi geografis yaitu tergantung seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi dan mempunyai banyak link.
v  Dimensi bidang
Dimensi bidang mencakup pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan dan militer. Literasi bangsa tampak dalam semua bidang tersebut.
v  Dimensi keterampilan (membaca, menulis, menghitung, berbicara)
Litersi seseorang tampak dalam kegiatan membaca, menuls, menghitung dan berbicara. Setiap sarjana pasti mampu membaca, tapi tidak semua sarjana mampu menulis. Kualitas tulisan bergantung pada gizi bacaan yang disantapnya. Dalam tradisi barat, ketiga keterampilan ini bisa disebut 3R yaitu reading, writing dan arithmetic.
v  Dimensi fungsi
Dalam dimensi ini isinya tentang cara memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengem bangkan pengetahuan, mengembangkan potensi diri. Orang yang literat, pendidikannya mampu memecahkan persoalan, tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan, memiliki potensi untuk mencapai tujuan hidupnya, dan gesit mengembangkan serta memproduksi ilmu pengetahuan (kepakaran).
v  Diemensi media ( teks, cetak, visual, digital)
Untuk menjadi literat pada zaman sekarang, orang tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks alphabet, melainkan juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks, cetak, visual dan digital.
v  Dimensi jumlah (satu, dua beberapa)
Jumlah dapat merujuk pada banyak hal, misalnya bahasa, variasi bahasa, peristiwa tutur, biang ilmu, media dan sebagainya. Orang yang multiliterat mampu nerinteraksi dalamberbagai situasi. Literasi seperti hanya berkomunikasi, mungkin kita sangat komunikatif dalam bahasa Indonesia, tapi kurang komunikatif dalam bahasa ibu. Demikian pula halnya literasi.
v  Dimensi bahasa (etnis, local, nasional, regional, internasional).
Ada literacy yang singular, ada juga literacies yang plural. Hal ini beranalogi ke dimensi monolingual, blingual, dan multilingual.
            Tantangan zaman yang semakin menggila dan perkembangan teknologi yang mengganas merubah paradigma literasi. Sehingga terciptalah 10 gagasan kunci tentang literasi.
1.      Ketertiban Lembaga-lembaga sosial
Melamabangkan betapa politik bercampur aduk dalam kehidupan rakyat. Sehinggga literasi lahir dari dengan ideologi yang dianut oleh lingkungan social politiknya.
2.      Tingkat kefasihan relatif
Patokan untuk dapat dianggap fasih dalam bahasa Inggris adalah nilai TOEFL dengan minimal 550. Namun apakah itu dapat menentukan academic literacy-nya? Maka lebih tepatnya tingkat kefasihan ini bersifat relative
3.      Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
Sesorang dapat mengembangankan potensi dirinya dengan literasi. Penguasaan bahasa dapat membuat seseorang memahami dan memproduksi ilmu pengetahuan.
4.      Standar Dunia
Literasi sebuah bangsa sepatutnya dapat dikembangkan ke tingkat internasional, untuk meningkatkan kemampuan warga dalam banyak bidang sehingga dapat bersaing dengan negara lainnya.
5.      Warga masyarakat demokratis
Pendidik memilki peranan besar untuk mencetak masyarakat yang demokratis yang berliterasi tinggi sehingga dapat menunjung nilai-nilai demokratis.
6.      Keragaman Lokal
Dengan kayanya budaya lokal seseorang, maka dia dapat membangun literasi dalam konteks lokal sehinga dapat mempertahankan budaya local yang semakin punah.
7.      Hubungan global
Semakin majunya zaman, semakin bertambah canggih pula teknologinya. Dengan menguasai literasi tingkat dunia yang mencakup penguasaan teknologi dan pengetahuan tinggi maka akan lebih mudah untuk dapat bersaing di tingkat dunia.
8.      Kewarganegaraan yang efektif
Warga negara yang efektif dapat mengubah diri, menggali potensi diri serta berkontribusi bagi lingkungannya, termasuk dalam demokratisasi pendidikan literasi, harus dapat menutupi defisit bahasa yang ada.
9.      Bahasa Inggris ragam dunia
Sebagai bahasa internasional bahasa inggris hampir diapdosi oleh setiap negara. Sehingga muncul baerbagai ragam bahasa inggris.
10.  Kemampuan berpikir kritis
Literasi akan semakin maju apabila seseorang dapat berpikir dengan kritis, sehingga dapat menggunakan bahasa dengan efektif.
11.  Masyarakat semiotic
Masyarakat yang mampu menguasai literasi semiotik adalah masyarakat yang mampu mengkaji budaya, dapat mengonstruksi diri mereka secara semiotik.
Pendidikan bahasa berbasis literasi seharusnya dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip berikut:
1.      Literasi adalah kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
2.      Literasi mencangkup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun secara lisan.
3.      Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
4.      Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
5.      Literasi adalah kegiatan refleks (diri).
6.      Literasi adalah hasil kolaborasi.
7.      Literasi adalah kegiatan melakukan imterpretasi.
Fakta menunjukan bahwa boleh dibilang anak-anak Indonesia tidak mengenal huruf, memang ini sudah menjadi pemandangan dalam negara ini. Bila dilihat dari posisi dibandingakan negara lain melalui riset penelitian dunia pada tahun 1999, yang dikenal pada tahun itu adalah PIRLS dalam singkatannya (Internatinal Reading Literacy Study Progress) bukti yang ditunjukkan kedua PIRLS ( International Student Assesment ) dan TIMSS yang meriset barometer membaca literasi, ilmu pengetahuan, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
Riset ini menunjukkan PIRLS yang membaca literasi siswa kelas IV tahun 2006 di Negara Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari situlah kita bisa menarik kesimpulan atas bukti bahwa Indonesia diukur dengan indeks sumber daya rumah pendidikan (HER) diantara jumlah buku, anak-anak, meja belajar sendiri, buku milik sendiri dan sumber belajar lain. Indonesia juga mengadakan 1% ( HIGH HER), sedang 62 %, 37 % rendah maka posisi tertinggi dalam DIA adalah inggris, Amerika serikat, Islandia, Norwegia, Skotlandia, Denmark, Swedia, Selandia baru, Israel, dan Kanada. Indonesia memiliki IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan terendah dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia merupakan negara dengan indicator tinggi dalam mengambil dan prosess inferencing langsung. Oleh karena itu, kesimpulan dari tujuh temuan bukti antusias tehadap sebuah tulisan (huruf) itu sangat rendah, masih sangat tertinggal bila dilihat dan dibandingkan negara lain. Indonesia belum bisa berhasil menaklukan untuk menciptakan racikan yang tepat untuk menciptakan pencinta literasi.
Membaca merupakan wahana dan penghubung kearah kelangsungan budaya ilmu dan peradaban bangsa dalam menjembatani kedepannya. Mirsinya, masyarakat di negara kita masih kurang tepat dianggap sebagai masyarakat pembaca. Di saat penguasaan informasi menjadi indikator dalam penentuan keterampilan intelektual, masyarakat yang kurang membaca akan selamanya-selamanya menjadi seperti sebuah ledakan informasi yang apabila bersaing dengan masyarakat di negara-negara maju.
Kata rekayasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan, orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Jadi, rekaya literasi adalah upaya penerapan kaidah-kaidah ilmu untuk menjadikan manusia yang terdidik dan berbudaya melalui penguasaan dan penerpan bahsa secara optimal.
Rekayasa literasi sangatlah berpengaruh untuk perkembangan jaman, terdapat 4 dimensi terhadap perbaikan rekayasa literasi, diantaranya linguistic, kogntif, sosiokultural dan perkembangan. Dari dimensi pengetahuan kita menghasilkan, sebuah ragam tulis, persamaan dan perbedaan bahasa lisan dan teks, sistem bahasa untuk membangun makna. Dimensi pengetahuan perkembangan menghasilkan pengamatan data, memakai berbagai strategi dan proses mengkonstruksi berbagai dimensi literal, bagaimana menggunakan dukungan dan mediasi dari pelaku literasi. Pemanfaatan pengetahuan yang diperoleh menghasilkan bagaimana menegoisasi makna tekstual.
Dimensi pengetahuan sosiokultural, menghasilkan fitur linguitik. Bagaimana menghasilkan literasi tertentu, kemampuan melakukan kritik teks dari berbagai kelompok social dan lembaga. Kenyataan yang memang harus kita hadapi dan memang harus kita perangi dan berupaya membuang sejauh mungkin sifat malas yang masih tertancap di sanubari. Lebih baik kita menjadi siswa yang mau dibiarkan bodoh.
Banyaknya lulusan sarjana di Indonesia akan tetapi dimana letak literasi yang ada pada sarjana itu. Literasi sudah jelas dikatakan suatu kemampuan berbaca  tulis dan untuk sebagian orang literasi merupakan orang yang kaya akan budaya baca tulis. Dalam peraturan Bahasa Asing Program  S-1 terdapat 3 komponen yaitu muatan cultural, mutan kognitif dan muatan reproduksi. Menurut pandangan  (kucer :2000) terhadap literasi yang mengandung 3 paradigma yang beragam dalam pembelajaran tentang literasi. Adanya keterampilan siswa bisa membangun siswa bisa membangun literasi dengan ajarkan terlebih dahulu dalam pengetahuan literasi yaitu bagaimana memaknai kode suatu bahasa. Decoding yaitu siswa membangun literasi dengan diajari terlebih dahulu tentang pengetahuan literasi seperti morfem dan sebuah kosa kata.
Dapat disimpulkan di sini bahwa literasi tidak terbatas pada baca tulis saja, banyak aspek yang menjungjung pemberdayaan literasi sendiri. Dengan adanya literasi maka akan menghasilkan manuisa yang mempunyai edukasi tinggi dan berbudi pekerti yang luhur. Pendidikan dengan racikan literasi yang tepat akan mengubah bangsa ini berseri kembali dan dapat bersaing dengan negara lain yang telah berlari jauh di depan.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment