CRITICAL REVIEW:
MENGUNGKAP SEJARAH
LEWAT TULISAN
Author
: Dwi Arianti
Seorang
penulis tidak akan sembarangan dalam menciptakan sebuah tulisan. Penulis memiliki
tugas tertentu dalam menciptakan tulisan ataupun karangan. Salah satu tugas
utama penulis adalah untuk mengungkap pemahaman kemungkinan- kemungkinan baru
atau ceruk-ceruk baru dalam tulisannya. Pemahaman kemungkinan atau ceruk baru
yang dituliskan tentu tidaklah mudah untuk dituliskan. Ada tiga tahapan penting
yang harus dilalui penulis untuk menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman. Tiga
tahapan tersebut yaitu meniru (endale) – menemukan (discover) – menciptakan
(create). Ketiga tahapan ini memiliki hubungan yang dekat. Hal ini karena
meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan.
Meniru
dimulai dari memahami affordances dan meaning potential tanda-tanda yang
terserak dari teori yang telah dibaca. Menciptakan affordances dan
mengeksplorasi potensi makna inilah yang merupakan masalah menulis. Affordance ini
merupakan resource bagi penulis atau kaum ie literate. Menulis juga
merupakan sebuah semogenesis. Semogenesis adalah cara untuk memahami dan
memaknai tulisan. Oleh karena itu, tentunya sebagai seorang penulis harus dapat
menciptakan affordances dan mengeksplorasi potensi makna serta memahami dan
memaknai tulisan tersebut.
Menulis
atau literasi sangat berhubungan dengan sejarah. Menulis sebuah sejarah
bagaikan menulis sebuah puisi. Oleh karena itu, sejarawan itu sama dengan
seorang penulis. Menurut Milan Kundera (di L' Art duroman, 1986), menulis berarti
untuk penyair diman untuk menghancurkan dinding di belakang yang sesuatu yang
“selalu ada” kulit. Dalam hal ini, tugas penyair tidak berbeda dari karya
sejarah, yang juga menemukan daripada menciptakan “Sejarah”. Penyair mengungkapkan
dalam situasi yang selalu baru yang masih tersembunyi.
Sejarah
merupakan misi untuk penyair. Untuk dapat mencapai misi tersebut, penyair harus
menolak melayani kebenaran diketahui sebelumnya. Hal ini berarti peyair
(penulis) harus mengungkapkan kebenaran yang jelas dan sebenar-benarnya. Hal ini
karena sejarah adalah proses tanpa akhir penciptaan manusia, itu bukan karena
alasan atau cara yang sama dari proses tak berujung manusia penemuan diri.
Sejarah
yang dituliskan dalam sebuah buku ataupun artikel memiliki perbedaan. Perbedaan
ini terjadi karena adanya sudut pandang atau ideologi penulis yang berbeda. Dari
perbedaan sejarah akibat adanya sudut pandang penulis yang berbeda tentu
pembaca dapat mengkritik mengenai buku atau artikel tersebut. Cara untuk
mengkritiknya dapat diungkapkan melalui sebuah tulisan. Tulisan mengenai
kritikan pembaca mengenai artikel atau buku tersebut dapat disebut dengan
CRITICAL REVIEW.
CRITICAL
REVIEW
Tujuan
dari critical review adalah untuk me-review, mengulas atau mengevaluasi secara
kritis sebuah buku atau artikel. Ada beberapa aturan yang harus diterapkan
dalam menulis critical review. Aturan tersebut adalah generic structure. Generic
structure ini berfungsi sebagai pengatur
irama penulisan agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada. Generic
stucture dari critical review diantaranya adalah:
1.
Introduction
Introduction
merupakan pengenalan masalah yang akan dibahas dalam paper tersebut. Bagian ini
terdiri dari:
Ø Judul
artikel atau buku yang akan dikritik.
Ø Penulis
Ø Penggambaran
dari artikel atau buku yang menyatakan tujuannya dan mengidentifikasi argumen
dari tujuan.
Ø Tanggapan
kamu terhadap artikel tersebut (positif, negatif, keduannya)
Introduction
untuk mereview sebuah
artikel harus sekitar satu
paragraf, sedangkan buku harus
sekitar dua sampai tiga paragraf.
Contoh
kalimat pembuka dalam introduction:
This paper offers a
critical insight/perspective on Howard Zinn’s article entitled “Speaking Truth
to Power with Books”
2. Summary
Pada bagian
ini berisi ringkasan poin-poin utama dan argumen-argumen yang ada dalam artikel
atau buku. Bagian ini harus tidak lebih dari setengah review (hanya sepertiga).
Dalam meringkas atau merangkum poin utama didalam buku atau artikel, penulis
harus menggunakan transition (first, second, third,...) untuk memudahkan
pembaca dalam membaca poin utama artikel atau buku tersebut.
Contoh
summary:
There are several basic points that
Zinn wrote on Columbus, whom we ridicolusly percieve as the hero/the discoverer
of America.
First.....
Second....
Third.....
3. Critique
Bagian critique dapat juga disebut
dengan main body dari artikel atau buku yang dire-view. Ada beberapa poin yang
dapat diguanakan dalam memberi komentar atau kritikan. Komentar kritis pada teks
tersebut dapat meliputi:
1. Diskusi tentang poin poin.
2. Mempertanyakan argumen.
3. Mengungkapkan kesepakatan / ketidaksepakatan.
4. Mempertimbangkan kesepakatan / ketidaksepakatan.
5. Penilaian positif dan / atau negatif
pada ide-ide penulis, metode, argumen,
ekspresi, organisasi dan lain sebagainya.
ekspresi, organisasi dan lain sebagainya.
6.
Saran
terhadap teks tersebut.
Pada
bagian ini, penulis juga harus menggunakan transition seperti halnya bagian
summary. Hal ini juga untuk memudahkan pembaca untuk mengetahui kritikan apa
saja yang ada dalam paper.
Contoh
critique
There are four points on Columbus
that are neglected in Zinn’s article.
First....
Second...
Third...
Fourth.....
4. Conclusion
Bagian
ini berisi pernyataan kembali semua opini yang ada dalam paper yang telah
ditulis penulis. Disini, penulis dapat menyajikan rekomendasi ataupun saran
penulis secara ringkas terhadap artikel atau buku tersebut.
Contoh
conclusion:
There are two basic points that can
be concluded from Zinn’s article......
5.
Referensi
Bagian
ini berisi daftar sumber-sumber yang digunakan penulis untuk mendukung
pernyataan atau kritik yang dibangunnya.
Seorang
penulis memiliki tugas tertentu dalam menciptakan tulisan ataupun karangan. Salah
satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap pemahaman kemungkinan-
kemungkinan baru atau ceruk-ceruk baru dalam tulisannya. Ada tiga tahapan
penting yang harus dilalui penulis untuk menjangkau bentuk-bentuk baru dari
pemahaman. Tiga tahapan tersebut yaitu meniru (endale) – menemukan (discover) –
menciptakan (create). Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan.
Meniru dimulai dari memahami affordances dan meaning potential tanda-tanda yang
terserak dari teori yang telah dibaca. Affordance ini merupakan resource bagi
penulis atau kaum ie literate.
Sejarah
dan literasi atau menulis sangatlah berhubungan erat. Sejarah tentunya perlu dituliskan. Dari penulisan mengenai
sejrah inilah pembaca dapat mengkritik mengenai buku atau artikel tersebut. Cara
untuk mengkritiknya dapat diungkapkan melalui sebuah tulisan. Tulisan mengenai
kritikan pembaca mengenai artikel atau buku tersebut dapat disebut dengan
CRITICAL REVIEW. Ada beberapa aturan yang harus diterapkan dalam menulis critical
review. Aturan atau generic structure ini meliputi introduction, summary,
critique atau main body, conclusion dan referensi. oleh karena itu, sebagai
penulis dari critical review harus mengikuti generic structure tersebut untuk mengatur
irama penulisan agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada.