CRITICAL REVIEW: MENGUNGKAP SEJARAH LEWAT TULISAN (Class Review 7)


CRITICAL REVIEW:
MENGUNGKAP SEJARAH LEWAT TULISAN
Author : Dwi Arianti

Seorang penulis tidak akan sembarangan dalam menciptakan sebuah tulisan. Penulis memiliki tugas tertentu dalam menciptakan tulisan ataupun karangan. Salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap pemahaman kemungkinan- kemungkinan baru atau ceruk-ceruk baru dalam tulisannya. Pemahaman kemungkinan atau ceruk baru yang dituliskan tentu tidaklah mudah untuk dituliskan. Ada tiga tahapan penting yang harus dilalui penulis untuk menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman. Tiga tahapan tersebut yaitu meniru (endale) – menemukan (discover) – menciptakan (create). Ketiga tahapan ini memiliki hubungan yang dekat. Hal ini karena meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan.

Meniru dimulai dari memahami affordances dan meaning potential tanda-tanda yang terserak dari teori yang telah dibaca. Menciptakan affordances dan mengeksplorasi potensi makna inilah yang merupakan masalah menulis. Affordance ini merupakan resource bagi penulis atau kaum ie literate. Menulis juga merupakan sebuah semogenesis. Semogenesis adalah cara untuk memahami dan memaknai tulisan. Oleh karena itu, tentunya sebagai seorang penulis harus dapat menciptakan affordances dan mengeksplorasi potensi makna serta memahami dan memaknai tulisan tersebut.
Menulis atau literasi sangat berhubungan dengan sejarah. Menulis sebuah sejarah bagaikan menulis sebuah puisi. Oleh karena itu, sejarawan itu sama dengan seorang penulis. Menurut Milan Kundera (di L' Art duroman, 1986), menulis berarti untuk penyair diman untuk menghancurkan dinding di belakang yang sesuatu yang “selalu ada” kulit. Dalam hal ini, tugas penyair tidak berbeda dari karya sejarah, yang juga menemukan daripada menciptakan “Sejarah”. Penyair mengungkapkan dalam situasi yang selalu baru yang masih tersembunyi.
Sejarah merupakan misi untuk penyair. Untuk dapat mencapai misi tersebut, penyair harus menolak melayani kebenaran diketahui sebelumnya. Hal ini berarti peyair (penulis) harus mengungkapkan kebenaran yang jelas dan sebenar-benarnya. Hal ini karena sejarah adalah proses tanpa akhir penciptaan manusia, itu bukan karena alasan atau cara yang sama dari proses tak berujung manusia penemuan diri.
Sejarah yang dituliskan dalam sebuah buku ataupun artikel memiliki perbedaan. Perbedaan ini terjadi karena adanya sudut pandang atau ideologi penulis yang berbeda. Dari perbedaan sejarah akibat adanya sudut pandang penulis yang berbeda tentu pembaca dapat mengkritik mengenai buku atau artikel tersebut. Cara untuk mengkritiknya dapat diungkapkan melalui sebuah tulisan. Tulisan mengenai kritikan pembaca mengenai artikel atau buku tersebut dapat disebut dengan CRITICAL REVIEW.
CRITICAL REVIEW
Tujuan dari critical review adalah untuk me-review, mengulas atau mengevaluasi secara kritis sebuah buku atau artikel. Ada beberapa aturan yang harus diterapkan dalam menulis critical review. Aturan tersebut adalah generic structure. Generic structure ini berfungsi sebagai  pengatur irama penulisan agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada. Generic stucture dari critical review diantaranya adalah:
1.      Introduction
Introduction merupakan pengenalan masalah yang akan dibahas dalam paper tersebut. Bagian ini terdiri dari:
Ø Judul artikel atau buku yang akan dikritik.
Ø Penulis
Ø Penggambaran dari artikel atau buku yang menyatakan tujuannya dan mengidentifikasi argumen dari tujuan.
Ø Tanggapan kamu terhadap artikel tersebut  (positif, negatif,  keduannya)
Introduction untuk  mereview sebuah artikel harus sekitar satu paragraf, sedangkan buku harus sekitar dua  sampai tiga paragraf.
Contoh kalimat pembuka dalam introduction:
This paper offers a critical insight/perspective on Howard Zinn’s article entitled “Speaking Truth to Power with Books”
2.      Summary
Pada bagian ini berisi ringkasan poin-poin utama dan argumen-argumen yang ada dalam artikel atau buku. Bagian ini harus tidak lebih dari setengah review (hanya sepertiga). Dalam meringkas atau merangkum poin utama didalam buku atau artikel, penulis harus menggunakan transition (first, second, third,...) untuk memudahkan pembaca dalam membaca poin utama artikel atau buku tersebut.
Contoh summary:
There are several basic points that Zinn wrote on Columbus, whom we ridicolusly percieve as the hero/the discoverer of America.
First.....
Second....
Third.....

3.      Critique
Bagian critique dapat juga disebut dengan main body dari artikel atau buku yang dire-view. Ada beberapa poin yang dapat diguanakan dalam memberi komentar atau kritikan. Komentar kritis pada teks tersebut dapat meliputi:
1.      Diskusi tentang poin poin.
2.      Mempertanyakan argumen.
3.      Mengungkapkan kesepakatan / ketidaksepakatan.
4.      Mempertimbangkan kesepakatan / ketidaksepakatan.
5.      Penilaian positif dan / atau negatif pada ide-ide penulis, metode, argumen,
ekspresi, organisasi dan lain sebagainya.
6.      Saran terhadap teks tersebut.

Pada bagian ini, penulis juga harus menggunakan transition seperti halnya bagian summary. Hal ini juga untuk memudahkan pembaca untuk mengetahui kritikan apa saja yang ada dalam paper.
Contoh critique
There are four points on Columbus that are neglected in Zinn’s article.  First....
Second...
Third...
Fourth.....

4.      Conclusion
Bagian ini berisi pernyataan kembali semua opini yang ada dalam paper yang telah ditulis penulis. Disini, penulis dapat menyajikan rekomendasi ataupun saran penulis secara ringkas terhadap artikel atau buku tersebut.
Contoh conclusion:
There are two basic points that can be concluded from Zinn’s article......

5.      Referensi
Bagian ini berisi daftar sumber-sumber yang digunakan penulis untuk mendukung pernyataan atau kritik yang dibangunnya.
Seorang penulis memiliki tugas tertentu dalam menciptakan tulisan ataupun karangan. Salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap pemahaman kemungkinan- kemungkinan baru atau ceruk-ceruk baru dalam tulisannya. Ada tiga tahapan penting yang harus dilalui penulis untuk menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman. Tiga tahapan tersebut yaitu meniru (endale) – menemukan (discover) – menciptakan (create). Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan. Meniru dimulai dari memahami affordances dan meaning potential tanda-tanda yang terserak dari teori yang telah dibaca. Affordance ini merupakan resource bagi penulis atau kaum ie literate.
Sejarah dan literasi atau menulis sangatlah berhubungan erat. Sejarah tentunya  perlu dituliskan. Dari penulisan mengenai sejrah inilah pembaca dapat mengkritik mengenai buku atau artikel tersebut. Cara untuk mengkritiknya dapat diungkapkan melalui sebuah tulisan. Tulisan mengenai kritikan pembaca mengenai artikel atau buku tersebut dapat disebut dengan CRITICAL REVIEW. Ada beberapa aturan yang harus diterapkan dalam menulis critical review. Aturan atau generic structure ini meliputi introduction, summary, critique atau main body, conclusion dan referensi. oleh karena itu, sebagai penulis dari critical review harus mengikuti generic structure tersebut untuk mengatur irama penulisan agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada.


Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment