The Right to be Happy for Papua
(by Desi Diana)
Kebahagiaan adalah
hak. Dan seperti semua hak, kitalah yang
diharapkan datang menjemputnya. Bersama
semua hak, ada tanggung jawab. Benar
sekali, seperti hari ini kita memasuki kelas writing dan berjumpa lagi dengan pembahasan Pulau Papua yang merupakan pulau terbesar di Indonesia. Dengan banyaknya berbagai permasalahan yang terjadi di Papua, Indonesia
pun harus ikut andil dan beratanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada di Papua. Pada hari ini Mr.Lala
hanya konsultasi dan memeriksa outline kami tentang argumentatif esai mengenai
Papua. Kami semua harus bisa bertanggung
jawab atas outline yang kami buat.
Dalam pengecekkan
paper argumentatif esai yang kami kerjakan harus ada beberapa hal penting yang
harus ada pada paper kami, yaitu:
1.
Reasoning
2.
Definite Evidence
3.
Working Thesis
Dalam sebuah esai
argument kita harus memberikan bukti tanpa membuktikan terlalu banyak
drama. Sehingga pembaca dapat memahami
dan mengerti dengan topic apa yang kita tulis.
Esai argument kami tentang Papua harus benar-benar dengan bukti yang
ada. Untuk itu Mr.Lala memberikan arahan
kepada kami untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai Papua. Mr.Lala berkata bahwa sejarah itu sebuah
asset yang sangat bernilai dan berharga.
Kita ketahui bahwa sejarah adalah sesuatu yang sangat
penting pada pembangunan Negara-negara.
Warga yang memiliki persamaan sejarah akan merasa lebih dekat dengan
warga lainnya. Dalam hal ini, bahwa
sejarah Papua sangatlah berbeda dengan sejarah Indonesia. Perjuangan masyarakat Papua dan Papua Barat
(sebelumnya Irian Barat/Jaya) dalam rangka mewujudkan integrasi ke NKRI, telah
menempuh proses panjang, rumit, pahit, dan berliku. Bersama dengan masyarakat Indonesia lainnya,
mereka berjuang melepaskan diri dari dominasi kolonialisme penjajah dan
imperialism antara lain dari colonial Belanda (350 tahun) dan dari Jepang (3
tahun). Bentuk perjuangan ini pun sangat
beragam.
Sejarah Papua Barat Sebelum 1945
Nama lain dari
Papua pada masa lalu adalah “Samudranta” yang menunjukkan bahwa daerah Papua
telah dikenal oleh masyarakat pemakai bahasa sansekerta yang ada di Indonesia,
baik dalam pengertian geo-politik maupun social ekonomi dan budaya dalam arti
luas. Ramanday menulis bahwa pada abad
pertama Masehi pengaruh Hindu dan India telah tersebar diseluruh Nusantara saat
itu tidak hanya terbatas di Jawa dan Sumatra saja tetapi juga menyebar sampai
ke Timut termasuk Papua. Bila hal ini
dihubungkan dengan kerajaan Sriwijaya besar kemungkinan bahwa penamaan itu
diberikan oleh kerajaan Maritim, yang merupakan indikasi bahwa pulau irian jaya
telah berada dibawah kekuasaannya. Pada
abad ke-13 seorang musafir cina menulis bahwa dikepulauan Indonesia terdapat
satu daerah bernama Tungki yang suatu Negara di Maluku. Tungki adalah nama cina untuk Janggi atau
Irian.
Pada masa kerajaan
Majapahit (1293-1520), kitab Negara kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca
juga secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari kearajaan
Majapahit. Setelah dating bangsa Eropa,
yaitu pada tahun 1660, sebuah perjanjian disepakati antara Tidore dan Ternate
dibawah pengawasan pemerintah Hindia Timur Belanda yang menyatakan bahwa
wilayah Papua berada dibawah kekuasaan kesultanan Tidore. Perjanjian ini membuktikan bahwa pada awalnya
pemerintah Belanda sebenarnya mengakui Papua sebagia bagian dari penduduk di
kepulauan Nusantara. Sebelum perang
dunia II, pemerintah Hindia Belanda menempatkan Papua dan para penduduknya
dibawah provinsi Maluku dengan Ambon sebagai ibu kota pemerintahan. Menyatunya Papua dengan wilayah lain di
Nusantara dipertegas dengan Peta pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan
bahwa colonial Belanda membentang dari Sumatra di sebelah barat sampai Papua
disebelah timur. Papua juga tidak pernah
disebutkan terpisah dari Hindia Belanda.
Fakta ini menunjukkan bahwa Papua bagian dari Negara Indonesia. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan pernyataan kemerdekaan seluruh wilayah
bekas Hindia Belanda menjadi Negara Indonesia, dari sabang sampai merauke. Sejarah Papua tidak terlepas dari masa lalu
Indonesia. Sekitar 47% wilayah pulau
Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland
New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya dan sekarang dikenal
Papua. Papua sendiri menggambarkan
sejarah masa lalu Indonesia, dimana tercatat bahwa selama abad ke-18 masehi
para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat diwilayah yang sekarang
dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan, mengirimkan persembahan kepada
kerajaan cina. Di dalam persembahan itu
terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari
taman surge yang meruapakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal
sebagai “Janggi”.
Apa yang Dilakukan Belanda Pada Papua?
Perjuangan
diplomasi yang dilakukan bangsa Belanda selalu gagal. Hal yang diperjuangkan bangsa Indonesia untuk
merebut Papua diantaranya melakukan:
1.
Perundingan bilateral Indonesia Belanda
2.
Melalui forum PBB
3.
Dukungan negara Asia-Afrika
Setelah adanya
kegagalan untuk mengembalikan Irian Barat secara bilateral, forum PBB dan
dukungan Asia-Afrika. Ada upaya
Indonesia melalui jalur konfrontasi, yaitu:
1.
Pembatalan uni Indonesia belanda
2.
Pembentukan pemerintahan sementara di Maluku Utara
3.
Pemogokkan total buruh di Indonesia
4.
Nasionalisasi perusahaan Milikin Belanda, dan
5.
Pemutusan hubungan diplomatik.
KMB(Konfrensi Meja
Bundar) yang dilakukan untuk mengatur kedaulatan Indonesia diwarnai dengan
usaha licik Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Brat dengan alas an
kesukuan. Tetapi ternyata bukan karena
kesukuannya. Melainkan karena pada saat
itu Belanda sedang mengadakan eksplorasi/ penelitian sumber daya alam di Irian
dan berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan
uranium terbesar di dunia.
The Role of MNC
MNC(Multinasional
Corporation) atau biasa dikenal dengan perusahan multinasional merupakan
perusahaan yang bertaraf internasional dengan modal yang sangat besar. Kehadiran MNC di Indonesia, tidak serta merta
membawa dampak positif saja. Tidak
berarti Negara berkembang dengan otomatif akan mendapatkan keuntungan disegala
dimensi, akan tetapi ada dimensi lain yang justru tereksploitasi seperti pada
dimensi SDM dan lingkungan hidup.
Perubahan itu berpengaruh pada negar-negara asia tenggara, yaitu
Kamboja, Indonesia, Laos, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Memiliki perjanjian dalam pasar bebas dengan
menggabungkan kedalam (AFTA) Asian Free Trade Agreement. Pada tahun 2003 dan berlanjut pada
(APEC). Contoh perusahaan MNC yang ada
di Indonesia, EPSON, Dunkin Donuts, KFC, LG dan lainnya.
Kesimpulan yang
dapat saya ambil, bahwa suatu bangsa atau Negara pasti memiliki suatu sejarah
yang sangat penting untuk pembangunan untuk Negara-negara yang lebih baik
lagi. Seperti sejarah pulau Papua yang
tereksploitasi dan dimanfaatkan oleh Negara lain yang ingin berkuasa. Pulau Papua jelas telah menjadi korban dari
Negara-negara tersebut dan perusahaan besar MNC. Untuk itu Indonesia harus lebih berhati-hati
lagi, kita harus tetap menjaga alam raya ini.
Diman kita berpijak disitulah tem[at tinggal kita.