Class Review 9



The Right to be Happy for Papua
(by Desi Diana)
Kebahagiaan adalah hak.  Dan seperti semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya.  Bersama semua hak, ada tanggung jawab.  Benar sekali, seperti hari ini kita memasuki kelas writing dan berjumpa lagi dengan pembahasan Pulau Papua yang merupakan pulau terbesar di Indonesia.  Dengan banyaknya berbagai  permasalahan yang terjadi di Papua, Indonesia pun harus ikut andil dan beratanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Papua.  Pada hari ini Mr.Lala hanya konsultasi dan memeriksa outline kami tentang argumentatif esai mengenai Papua.  Kami semua harus bisa bertanggung jawab atas outline yang kami buat.

Dalam pengecekkan paper argumentatif esai yang kami kerjakan harus ada beberapa hal penting yang harus ada pada paper kami, yaitu:
1.      Reasoning
2.      Definite Evidence
3.      Working Thesis
Dalam sebuah esai argument kita harus memberikan bukti tanpa membuktikan terlalu banyak drama.  Sehingga pembaca dapat memahami dan mengerti dengan topic apa yang kita tulis.  Esai argument kami tentang Papua harus benar-benar dengan bukti yang ada.  Untuk itu Mr.Lala memberikan arahan kepada kami untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai Papua.  Mr.Lala berkata bahwa sejarah itu sebuah asset yang sangat bernilai dan berharga.
            Kita ketahui  bahwa sejarah adalah sesuatu yang sangat penting pada pembangunan Negara-negara.  Warga yang memiliki persamaan sejarah akan merasa lebih dekat dengan warga lainnya.  Dalam hal ini, bahwa sejarah Papua sangatlah berbeda dengan sejarah Indonesia.  Perjuangan masyarakat Papua dan Papua Barat (sebelumnya Irian Barat/Jaya) dalam rangka mewujudkan integrasi ke NKRI, telah menempuh proses panjang, rumit, pahit, dan berliku.  Bersama dengan masyarakat Indonesia lainnya, mereka berjuang melepaskan diri dari dominasi kolonialisme penjajah dan imperialism antara lain dari colonial Belanda (350 tahun) dan dari Jepang (3 tahun).  Bentuk perjuangan ini pun sangat beragam.
Sejarah Papua Barat Sebelum 1945
Nama lain dari Papua pada masa lalu adalah “Samudranta” yang menunjukkan bahwa daerah Papua telah dikenal oleh masyarakat pemakai bahasa sansekerta yang ada di Indonesia, baik dalam pengertian geo-politik maupun social ekonomi dan budaya dalam arti luas.  Ramanday menulis bahwa pada abad pertama Masehi pengaruh Hindu dan India telah tersebar diseluruh Nusantara saat itu tidak hanya terbatas di Jawa dan Sumatra saja tetapi juga menyebar sampai ke Timut termasuk Papua.  Bila hal ini dihubungkan dengan kerajaan Sriwijaya besar kemungkinan bahwa penamaan itu diberikan oleh kerajaan Maritim, yang merupakan indikasi bahwa pulau irian jaya telah berada dibawah kekuasaannya.  Pada abad ke-13 seorang musafir cina menulis bahwa dikepulauan Indonesia terdapat satu daerah bernama Tungki yang suatu Negara di Maluku.  Tungki adalah nama cina untuk Janggi atau Irian.
Pada masa kerajaan Majapahit (1293-1520), kitab Negara kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca juga secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari kearajaan Majapahit.  Setelah dating bangsa Eropa, yaitu pada tahun 1660, sebuah perjanjian disepakati antara Tidore dan Ternate dibawah pengawasan pemerintah Hindia Timur Belanda yang menyatakan bahwa wilayah Papua berada dibawah kekuasaan kesultanan Tidore.  Perjanjian ini membuktikan bahwa pada awalnya pemerintah Belanda sebenarnya mengakui Papua sebagia bagian dari penduduk di kepulauan Nusantara.  Sebelum perang dunia II, pemerintah Hindia Belanda menempatkan Papua dan para penduduknya dibawah provinsi Maluku dengan Ambon sebagai ibu kota pemerintahan.  Menyatunya Papua dengan wilayah lain di Nusantara dipertegas dengan Peta pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan bahwa colonial Belanda membentang dari Sumatra di sebelah barat sampai Papua disebelah timur.  Papua juga tidak pernah disebutkan terpisah dari Hindia Belanda.  Fakta ini menunjukkan bahwa Papua bagian dari Negara Indonesia.  Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan pernyataan kemerdekaan seluruh wilayah bekas Hindia Belanda menjadi Negara Indonesia, dari sabang sampai merauke.  Sejarah Papua tidak terlepas dari masa lalu Indonesia.  Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya dan sekarang dikenal Papua.  Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, dimana tercatat bahwa selama abad ke-18 masehi para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat diwilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan cina.  Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surge yang meruapakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai “Janggi”.
Apa yang Dilakukan Belanda Pada Papua?
Perjuangan diplomasi yang dilakukan bangsa Belanda selalu gagal.  Hal yang diperjuangkan bangsa Indonesia untuk merebut Papua diantaranya melakukan:
1.      Perundingan bilateral Indonesia Belanda
2.      Melalui forum PBB
3.      Dukungan negara Asia-Afrika
Setelah adanya kegagalan untuk mengembalikan Irian Barat secara bilateral, forum PBB dan dukungan Asia-Afrika.  Ada upaya Indonesia melalui jalur konfrontasi, yaitu:
1.      Pembatalan uni Indonesia belanda
2.      Pembentukan pemerintahan sementara di Maluku Utara
3.      Pemogokkan total buruh di Indonesia
4.      Nasionalisasi perusahaan Milikin Belanda, dan
5.      Pemutusan hubungan diplomatik.
KMB(Konfrensi Meja Bundar) yang dilakukan untuk mengatur kedaulatan Indonesia diwarnai dengan usaha licik Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Brat dengan alas an kesukuan.  Tetapi ternyata bukan karena kesukuannya.  Melainkan karena pada saat itu Belanda sedang mengadakan eksplorasi/ penelitian sumber daya alam di Irian dan berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan uranium terbesar di dunia.
The Role of MNC
MNC(Multinasional Corporation) atau biasa dikenal dengan perusahan multinasional merupakan perusahaan yang bertaraf internasional dengan modal yang sangat besar.  Kehadiran MNC di Indonesia, tidak serta merta membawa dampak positif saja.  Tidak berarti Negara berkembang dengan otomatif akan mendapatkan keuntungan disegala dimensi, akan tetapi ada dimensi lain yang justru tereksploitasi seperti pada dimensi SDM dan lingkungan hidup.  Perubahan itu berpengaruh pada negar-negara asia tenggara, yaitu Kamboja, Indonesia, Laos, Filipina, Thailand, dan Vietnam.  Memiliki perjanjian dalam pasar bebas dengan menggabungkan kedalam (AFTA) Asian Free Trade Agreement.  Pada tahun 2003 dan berlanjut pada (APEC).  Contoh perusahaan MNC yang ada di Indonesia, EPSON, Dunkin Donuts, KFC, LG dan lainnya.
Kesimpulan yang dapat saya ambil, bahwa suatu bangsa atau Negara pasti memiliki suatu sejarah yang sangat penting untuk pembangunan untuk Negara-negara yang lebih baik lagi.  Seperti sejarah pulau Papua yang tereksploitasi dan dimanfaatkan oleh Negara lain yang ingin berkuasa.  Pulau Papua jelas telah menjadi korban dari Negara-negara tersebut dan perusahaan besar MNC.  Untuk itu Indonesia harus lebih berhati-hati lagi, kita harus tetap menjaga alam raya ini.  Diman kita berpijak disitulah tem[at tinggal kita.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment