Berliterasi yang Benar itu Seperti Apa?
Author: Daroni
Kamis,
19 Februari 2014 pukul 1 siang, mata kuliah “writing” dimulai. Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa mata
kuliah “writing” masuk hari rabu.
Yeups . . . karena Senin, 17 februari 2014, Mr. Elbi hanya masuk
sebentar lalu keluar kembali. Beliau
merasa kelas kita telah terjadi konflik.
Dan memang benar adanya seperti itu.
Entah mengapa beliau bisa mengetahui apa yang tengah terjadi.
Kala
itu, dari pagi kondisi tubuhku sudah tidak fit, tapi aku paksa pergi
kuliah. Pada akhirnya aku hanya bisa
mengikuti perkuliahan di pagi hari saja, tepatnya pukul 7.30-9.10 dalam mata
kuliah “Listening & Speaking”.
Kondisi ku yang memaksa aku untuk tidak mengikuti perkuliahan di hari rabu
kemarin. Di saat ku memaksakan tuk
mengikuti perkuliahan “Writing”, kepala sudah tidak sanggup lagi menanggung
beban pusing dan tubuhku pun begitu lemas.
Akhirnya aku pun menyerah dengan keadaan ku kala itu.
Sungguh
ku menyesal tidak bisa mengikuti perkuliahan mata kuliah “Writing”. Tibalah kini ku bingung mau membahas class
review tentang apa. Karena ketidakberdayaan ku, aku hanya bisa menuliskan class review dari hasil wawancara yang
aku peroleh dari teman-temanku yang mengikuti perkuliahan mata kuliah “Writing”. Bukan aku memanjakan sakit yang ku rasakan
kemarin, tapi aku sungguh tak berdaya.
Bukan juga aku malas, tapi kenyataannya aku benar-benar tak sanggup
menanggung beban sakit kepala.
Mereka
hanya mengetahui aku sebagai mahasiswa yang malas, tapi mereka tidak tahu
setiap malam aku begadang mengerjakan tugas “Writing” agar selesai lebih
awal. Mereka juga hanya tahu aku sebagai
seorang mahasiswa yang pasif dan pendiam, tapi mereka tidak mau tahu tentang
alasan dibalik peristiwa yang ku jalani selama ini. Mereka lebih mengedepankan hasil, sedangkan
saya lebih mengedepankan proses. Saya
juga tidak suka berdebat. Dalam hadits
diterangkan bahwa “Berbahagialah orang yang dapat
menjaga lisannya, merasa betah di rumahnya (untuk beribadah), dan menangisi dosanya”. (HR.Thabrani). Dalam hadits lain pun disebutkan bahwa “Janganlah
saling memarahi, jangan saling membelakangi, jangan saling menyaingi, tetapi jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
(HR.Muslim).
Baiklah,
ku rasa sudah cukup ku mencurahkan isi hatiku.
Sekarang kita beralih ke pembahasan class review. Class review kali ini beliau merekomondasikan
buku yang harus dibaca. Buku-buku itu karya
Hylan, di antaranya teaching and researching writing, second language writing,
dan english for academic purposes. Di sini
saya akan membahas literasi dan praktek, study skill or academic literacy, dan
specific or general academic purposes.
Menurut
ken Hyland (2006), literasi adalah sesuatu yang kita lakukan. Sedangkan Hamilton (1998), seperti dikutip
dalam Hyland (2006: 21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak di
interaksi antara manusia. Hyland Furhter
berpendapat: literasi akademik menekankan bahwa cara kita menggunakan bahasa,
disebut praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial dan hubungan
kekuasaan. Keberhasilan akademis berarti
perwakilan diri anda dengan cara dihargai oleh disiplin anda mengadopsi
nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang mewujudkan tulisan akademik. Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru.
Bagian-bagian
yang menjadi fokus tulisan akademik adalah:
1.
Peran
wacana dalam kontruksi sosial pengetahuan dan argumen.
2.
Konsep
masyarakat, budaya, dan pengaruh mereka terhadap tulisan akademik.
3.
Penggunaan
analitis beraliran linguistik dalam pemahaman lisan dan teks tertulis.
4.
Pentingnya
memahami bahasa dalam kaitannya dengan konteks penggunaan.
Gagasan Bahasa Inggris untuk keperluan
akademik spesifik, dan penekanannya pada
kemahiran disiplin berbasis, mendorong kita untuk berpikir tentang wacana yang berbeda
dan praktek-praktek yang dinilai dalam bidang isi yang berbeda. Sementara disiplin sering
dibedakan dengan daerah mereka khusus subjek, topik yang beragam, metodologi
dan cara melihat dunia yang mencirikan mereka juga berarti bahwa mereka memiliki
wacana yang berbeda. pemahaman variasi disiplin dalam wacana lisan cenderung
ditingkatkan di tahun-tahun mendatang dan bahan ajar tertentu akan menjadi semakin lama semakin tersedia. Variasi Disiplin menimbulkan sejumlah isu kunci tentang apa
artinya berinteraksi dalam disiplin, hubungan antara pengetahuan dan
wacana, dan pengaruh masyarakat dan budaya pada komunikasi.
kemahiran disiplin berbasis, mendorong kita untuk berpikir tentang wacana yang berbeda
dan praktek-praktek yang dinilai dalam bidang isi yang berbeda. Sementara disiplin sering
dibedakan dengan daerah mereka khusus subjek, topik yang beragam, metodologi
dan cara melihat dunia yang mencirikan mereka juga berarti bahwa mereka memiliki
wacana yang berbeda. pemahaman variasi disiplin dalam wacana lisan cenderung
ditingkatkan di tahun-tahun mendatang dan bahan ajar tertentu akan menjadi semakin lama semakin tersedia. Variasi Disiplin menimbulkan sejumlah isu kunci tentang apa
artinya berinteraksi dalam disiplin, hubungan antara pengetahuan dan
wacana, dan pengaruh masyarakat dan budaya pada komunikasi.
Poin penting dalam “Rekayasa literasi” bahwa Literasi adalah praktik kultural
yang berkaitan dengan artikel baru tentang persoalan politik sosial. Jelasnya Negara literasi
terus menjamur sesuai
artikel baru tuntutan “Zaman edan” sehingga
tuntutan mengenai perubahan pengajaran regular pun tidak bisa dihindari. Model literasi ala
Freebody dan Lukas (2003): memecahkan kode teks, berpartisipasi dalam makna teks, menggunakan
teks fungsional, kritis
menganalisis dan mengubah teks. Prof
Alwasilah meringkas lima ayat tersebut
menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis,
mentransformasi.
Ku
rasa hanya itu yang mampu ku tuliskan.
Dengan materi yang tidak memadai dan tidak mengikuti perkulian mata
kuliah “Writing” membuatku kewalahan membuat ulasan kelas. Menyesal memang datang di akhir, tapi apa
boleh dikata. Kemarin saya sungguh tidak
berdaya mengikuti perkulian tersebut.
Kesehatan itu sangat mahal, ungkapan itu sungguh benar adanya. Buktinya saya tidak bisa memutar kembali
waktu yang ku lewatkan dan mengabaikan mata kuliah “writing”.
Kesimpulan
Di
era edan ini, tidak hanya para pelajar yang dituntut untuk berliterasi, tapi
juga semua kalangan harus bisa berliterasi pula. Literasi sangat penting untuk menghadapi
zaman sekarang. Orang berliterasi pun
harus lebih cerdas untuk berfikir kritis, menulis kritis, dan menyaring bacaan
yang mereka baca. Dari masa ke masa IPTEK sangat berkembang
pesat. Begitu banyak karya-karya yang
dibuat, tapi di sisi lain juga banyak manusia yang tertindas oleh zaman dan
terjajah oleh karya-karya manusia itu sendiri.
Sampai
sekrang saya masih bingung, berliterasi yang baik dan benar itu bagaimana? Kenyataannya masih banyak saja orang yang
berpendidikan tinggi berbicara seolah-olah dirinya paling baik dan benar,
apalagi remaja zaman sekarang slalu mengikuti arus zaman.