Lagi-lagi Literasi
By : Anisa
Tak
terasa waktu berjalan sangat begitu cepat. Mataku mengarah keseluruh penjuru
kampus. Terlihat orang berlalu lalang dengan keperluannya masing-masing, begitu
pula dengan diriku. Entah mengapa aku merasa hari ini begitu berbeda dengan
hari-hari rabu yang lain. Sepertinya jawabannya adalah writing seharusnya
berada pada hari senin di jam pertama.
Senin
lalu ada kejadian diluar dugaan kami. Sehinnga pengajaran tak berjalan secara
efektif. Dan sebagai pengantinya, kita
membutuhkan hari lain untuk memperbaiki kekurangan kemaren. Dihari inilah kami
berjumpa lagi dengan pak Lala dalam kurun dua pertemuan dalam satu minggu. Mata
kuliah hari ini begitu penuh sekali, sampai aku tak bisa membayangan bagaimana
aku menjalani hari ini. Diluar dengan aku tidak masuk kuliah writing pada hari
ini.
Aku tak
tau setan apa yang telah merasukiku. Sehingga membuatku tidak mengikuti
perkuliahan writing. Walaupun begitu yang namanya kewajiban, yah kewajiban
tetap harus dijalani. Tidak bertemu pak Lala tak membuat nyaliku lantas
menciut. Yang namanya pasword class review harus terus berjalan. Dan aku akan
mengulaskan kembali apa yang dibicarakan di sebuah class PBI.A/4.
Membagikan
teks satu dengan yang lain setiap hari membuka pintu menuju sukses. Menjelajahi
tantangan dalam kelas tradisional dan pengaturan online menarik. Menjelajahi
cara yang berbeda untuk bertukar informasi, mempertahankan pengetahuan dan
menganalisa ide-ide dalam beberapa genre memunculkan inovasi dan kreatifitas
dalam mengajar (Danica Hubbard). Sungguh ungkapan yang sangat bijak dan
berwawasan tinggi.
Pada
abad ke-21, standar kelas dunia akan menuntut bangsa untuk setiap orang
mengetahui sebuah huruf, bisa berhitung, baik informasi, mampu belajar
terus-menerus dan percaya diri mampu memainkan peran mereka sebagai warga
masyarakat yang demokratis (dikutip dari Al wasilah (2012). Tentu di jaman
sekarang juga masih diperlukan bukan apa-apa ini untuk menjunjung standar
pendidikan.
Mischael
Barbes berpendapat bahwa sebuah appetizer untuk menulis elemen akademik harus
mencangkup hal-hal sebagai berikut, yaitu: kohesi, gerakan harus atau “aliran”
antara kalimat dan paragraf. Kejelasan, makna dari apa yang ada berniat untuk
berkomunikasi secara jelas. Urutan logis, mengacu pada urusan logis dari
informasi. Dalam penulis angka demik, dan penulisan cenderung bergerak dari
umum ke khusus.
Kosistensi
yaitu mengacu kepada keseragaman gaya penulisan. Uniti, pada sederhana mengacu
pada inforamsi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas
dalam paragraf tertentu. Adapun keringakasan adalah ekonomi dalam pengunaan
kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ketitik dan menghilangkan
kata yang tidak diperlukan dan tidak perlu adanya sebuah pengulangan
(Cedundacy, atau “kayu mati.”) pengecualian dari informasi yang tidak perlu
mempromosikan persatuan dan kesatuan.
Kemudian
kelengkapan, sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu dihilangkan,
penulisan memiliki cara untuk memberikan informasi penting mengenal suatu topik
tertentu. Misalnya, dalam definisi cacar air, pembaca akan mengetahui bahwa
cacar air adalah penyakit anak-anak yang ditandai dengan ruam. Ada juga ragam
yaitu varieti yang membantu pembaca dengan menambahkan beberapa “bumbu’ pada
teks. Formalitas, akademik menulis adalah formal dalam nada dan terakhir adalah
satuan pembuka lebih yaitu evaluasi krisis.
Adapun poin penting dalam literasi rekayasa
literasi. Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan artikel baru tentang
persoalan silsilah politik jelasnya negara baru “zaman edan” sehingga tuntutan
mengenal perubahan reguler tidak bisa dihindari. Model literasi ala Freebody
dan lukar (2003). Memecah kode teks, berpartisipasi dalam makna teks, menggunakan
teks fungsional, kritik menganalisis sebuah teks dan mengubah teks. Prof.
Awasial meringkas 5 ayat diatas menjadi: memahami, melibati, menggunakan,
menganalisis, dan yang terakhir mentransfer.
Rujukan
literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguisti putar relatif konstan.
Studi literasi tumpang tindih (overlapping) artikel baru objek studi
menjabarkan budaya (cultural studies) artikel baru yang berdimensi. Barisan
artitmetik pendidikan yang berkualitas tinggi pasti menghasilkan literasi yang
berkualitas tinggi pula, ada juga sebaliknya. Membaca, menulis, berhitung dan
penalaran adalah modal hidup.
Orang
yang multiret mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Masyarakat reguler
yang tidak literat tidak mampu memahami bagaimana hemegomi itu diwacakan lewat
media masa. Pengajaran dalam bahasa juga harus mengajarkan cara untuk berfikir
krisis. Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan artiker fitur:
komitmen profesional, peka terhadap komitmen etis, pengembangan stategi
analisis dan reflektif, efekasi diri, pengetahuan kepemilikan model study
pembelajaran/penjabaran, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan
1994 dikutip bahasa dari Alwasilah 2012). Empat dimensi rekayasa literasi:
linguistik, kognitif, sosiacultur, dan perkembangan.
Kesimpulan:
Membagikan
teks yang lain setiap hari sama saja membuka pintu menuju sukses. Dunia akan
menuntut setiap orang untuk mengetahui atau mengenal huruf. Mischael Barber,
berpendapat bahwa menulis elemen akademik harusnya mencangkup: kohesi,
kejelasan, urutan logis, konsistensi, uniti, keringkasan, kelengkapan, dan
terakhir satu pembuka lebih.
Literasi
adalah praktik kultural yang berkaitan artikel baru yang berhubungan dengan
persoalan politik. Literasi terus menjamur sesuai dengan artikel baru “zaman
edan.” Ujung tombak pendidikan adalah
guru yang memiliki: komitmen profesional, peka terhadap komitmen etis,
pengembangan strategi analisis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan
kepemilikan, modal study pengajaran, serta keterampialan literasi dan numerasi.