3rd Class Review : I am Proud To Be Here


I am Proud To Be Here
(Author : Asy Syifa Rahmah Ihsani)

Rabu, 19 Februari 2014
Saya masih bertahan di Writing 4 ini.  jari – jari yang lelah, mata menghitam dan isi kepala yang terus – terusan diperas.  Do you give up?  jelas saya akan menjawab pertanyaan itu dengan lantang No I don’t!  justru di writing 4 inilah saya merasa dimanusiakan, saya merasa benar –benar menjadi mAHAsiswa dan yang lebih hebat writing 4 ini membuat saya bangga mengenyam pendidikan Bahasa inggris di sini (baca The State institute For islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon).
Ini sudah menginjak minggu ke tiga saya dan teman –teman seperjuangan saya (PBI A) mejalani kehidupan di semester 4 ini.  Tiga minggu begitu berarti karena adanya mwriting 4 ini.  Tiga minggu kami tidak sama seperti tiga minggunya mahasiswa jurusan Bahasa inggris dari universitas lainnya.  Tiga minggu kami bisa dibilang sangat bermanfaat dan spektakuler.  Sudah tercipta setidaknya empat karya tulis (amatiran) yang kami ciptakan dengan jari tangan dan fikiran kami sendiri.  kami tidak hanya menulisnya untuk sekedar disimpan tapi kami membaginya, membiarkan semua orang bisa membaca tulisan kami.  Dengan meampangkan tulisan – tulisan kai di ‘’perpustakaan net’’ kami, yaitu Craft master A. 
Dengan berbagi teks ataupun tulisan kita akan mendapat satu kebaikan yang sangat bermanfaat.  Seperti kata Danica Hubbard ang dijadikan quote of the day hari ini :
‘’Sharing text with one another on a daily basis opens doors to succes Navigating Challenges  in traditional classroom and online setting is exciting.  Exploring different ways to exchange information, retain knowledge and analyze ideas within multiple genres brings out innovation and creativity in teaching’’.
Iintinya berbagi teks satu sama lain setiap hari itu membuka pintu kesuksesan.  menjelajahi tantangan dalam ruang kelas tradisional dan media online itu menarik.  mencari cara yang berbeda untuk bertukar informasi, mempertahankan pengetahuan dan menganalisa ide – ide dalam beberapa genre memunculkan inovasi dan kreativitas dalam mengajar.  karena kami mahasiswa tarbiyah maka kami harus lebih intens lagi menulis dan membagi tulisan kami pada yang lainnya.
Dari minggu ke minggu di writing 4 ini saya merasa menggilai literasi, I really adore you ! (Literacy).  Setelah membaca beberapa artikel dan buku saya sadar bahwa wow literasi itu penting.  literasi harus diibaratkan udara oleh kita semua.  Tanpa literasi we will be die.
Benar saja demikian, karena literacy is something we do (Ken Hyland : 2006 ).  Tidak percaya?  Saya orang yang selalu mengecek tanggal kadaluarsa suatu produk entah itu makanan atau lainnya.  Saya yakin banyak orang – orang di luar sana yang melakukan hal yang sama.  itulah literasi yang tanpa sadar kita lakukan.
Lain lagi dengan pendapat Barton dan Hamilton (1998 : 3) mereka menganggap bahwa literasi adalah suatu kegiatan terletak pada interaksi antara orang.  karena literasi merupakan bagian integral dari konteksnya, lebih mudah mengenali heterogenitas disiplin yang mencirikan universitas modern.  Dari sudut pandang mahasiswa fitur dominan praktek pendidikan literasi adalah kebutuhan untuk beralih antara satu praktek ke yang lainnya, untuk mengontrol berbagai genre yang sesuai bagi setiap pengaturannya, dan untuk menangani makna dan identitas yang membangkitkan satu sama lain.
Hyland further argues ‘’academic literacy emphasizes that  the ways in we use language, referred to as literacy practices, are patterned by social institution and power relationship’’.  Sejujurnya saya masih belum paham maksud dari pendapat tersebut.  Tapi jika diterjemahkan ke dalam Bahasa indonesia menjadi seperti ini :
‘’pendidikan leterasi menekankan cara kita dalam mengunakan bahasa, yang disebut praktek literasi yang dibentuk oleh lembaga sosial dan hubungan kekuasaan’’  Hyland juga mengatakan bahwa keberhasian akademis berarti mewakili diri anda sendiri dengan cara dihargai oleh disiplin diri anda, mengadopsi nilai – nilai, keyakinan, dan identitas yang mewujudkan wacana akademik.
mengenai chapter review yang kami buat dari chapter Rekayasa literasi prof Chaedar ada beberapa crucial points di dalamnya, yaitu : literasi adalah praktek kultural yang berkaitan dengan persoalan politik.  kedua tentang definisi literasi yang berkembang sesuai dengan tuntutan ‘’zaman edan’’ sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari.  ketiga mengenai model literasi ala Frebody dan Luke (2003) “breaking the codes of texts : participating in the meanings of texts – using text functionally – critically analysing and trasforming texts”.  Prof Alwasilah menyingkat lima ayat diatas menjadi memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi.  Serta masih banyak point - point yang lainnya. 
Rekayasa literasi, apanya yang direkayasa?  Satu pertanyaan yang membuat saya geram.  Saya merasa kesal pada diri saya sendiri.  Saya sudah membaca bolak – balik chapter tersebut dan bahkan berusaha menulis sepuluh halaman tentang chapter tersebut.  pertanyaan yang seharusnya saya jawab dengan mudah tapi saya malah tidak bisa menjawabnya.  ternyata jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut adalah merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi, dimensi texys, minda, growth dan sociocultural.
Seperti yang sudah saya paparkan diawal bahwa saya menggilai lterasi semanjak semenjak saya menyelami samudera academi writing .  Saya yang dulunya hampir tidak pernah membaca sekarang saya jadi suka membaca, karena sekarang saya mengetahuui bahwa literasi itu sangatlah penting.
Jadi saya fikir walaupun awalnya dipaksakan tapi lama kelamaan terbiasa.  Oleh karena itu lets move on! Kita buat bangsa kita menjadi bangsa yang memiliki tingkat literasi yang tinggi.  Cobalah untuk menengok bagaimana rendahnya literasi kita, maka dari situlah hati kita aka tergugah dan tergerak untuk membaca dan menulis.  Aza –aza fighting!!
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment