“Intensitas sebagai prioritas”
{DIANA}
Intensitas?” makna intensitas
disini adalah suatu alat yang menyatakan keadaan terhadap suatu hal tertentu
sebagai pencapaian priooritas keadaan yaitu dimana kedudukan intensitas itu
sangat penting sebagai tolak ukur suatu proses keadaan menjadi lebih baik.
Khususnya intensistas terhadap kualitas atau tingkat pendidikan. Untuk
memprioritaskan kualitas pendidikan itu didasarkan pada kualitas bahasa yaitu
dimana seseorang atau orang yang berpendidikan harus mampu menguasaia ilmu
bahasa yang tersusun kedalam empat skill yaitu membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara. Keempat skill itu adalah penunjang atau dasar dalam belajar bahasa yang harus dimiliki
khususnya untuk mahasiswa bahasa
.
Terkait mengenai bahasa, beberapa
para ahli memperiodisasikan tentang metode dan pendekatan, khususnya bahasa
asing yang terbagi menjadi lima yaitu sebagai berikut: pendekatan structural,
pendekatan audiolingual atau dengar ucap, pendekatan kognitif dan transformative,
pendekatan komunikatif competence, dan pendekatan literasi atau gnre- based.
Berikut penjelasan tentang macam- macam pendekatan tersebut.
Pertama, pendekatan struktural
yaitu yang memfokuskan pada dua hal yaitu penggunaan bahasa tulis dan tata
bahasa.Khususnya pada tata bahasa tradisional yang terfokus pada bentuk dengan
maksud pengidentifikasi jenis kata, unit- unit sintaksis( kata, frase, klausa)
serta cara penggabungannya. Artinya pendekatan ini lebih terfokus pada bahasa
tulis yang mempunyai struktur dan aturan tersendiri( lebih formal) dari pada
bahasa lisan. Misalnya: Ketika kita menulis kedalam bahasa inggris harus sesuai
dengan tenses dan pola yang benar berbeda dengan ketika kita berbicara(
speaking) tanpa harus sesuai dengan tenses pun jadi dan tidak masalah karena
tidak bersifat formal hanya praktiknya. Pendekatan ini bisa mengarahkan pada
siswa tentang cara bagaimana penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kedua, pendekatan audiolingual atau
dengar- ucap; dalam pendektan ini hanya memfokuskan pada pendengaran misalnya
dialog pendek yang terekam dala cd, kemudian siswa mendengarkan dan menirunya.
Akan tetapi kemampuan siswa itu cenderung terpaku pada konteks dialog itu tidak
adanya imajinasi sendiri. Hal itu akan membuat kebiasaan siwa yang bergantung
pada apa yang mereka dengar. Ketiga, pendekatan kognitif dan transformatif; pendekatan ini terfokus
pada potensi bahasa siswa dan kebutuhan
lingkungan, serta materinya berorientasi pada sinrtaksis. Misalnya: seorang
siswa yang memiliki potensi bahasanya rendah khususnya dalam speaking, sehingga
pendekatan ini dapat diterapkan pada siswa tersebut yaitu dengan melatih siswa
untuk speaking .
Keempat, pendekatan komunikatif dan
kompetensi; pendekatan ini menjadi tren 1980-1990. Tujuan dari pendekatan ini
adalah untuk melatih komunikasi bahasa yaitu dengan mempioritaskan komunikasi
secara maksimal baik itu spontan maupun alami. Namun dalam berkomunikasi
tentunya harus didasarkan pada nalar serta konteks yang benar. Misalnya kita
bisa melatih siswa dalam berbicara seperti mengadakan debate di kelas dengan
mengangkat suatu topic tertentu guna untuk melatih kemampuan berkomunikasi
serta dalam peyampaian pendapatnya pun harus sesuai dengan konteks .
Pendekatan yang terakhir yaitu literasi
atau genre based; adalah implikasi dari studi wacana yang lebih menitik
beratkan pada wacana yang sesuai dengan konteks komunikasi. Adapun wacana itu
sendiri bisa dilihat dari genre wacana tulisan maupun lisan, yang mencakup pada
empat tahapan yaitu: membangun pengetahuan, menyusun model teks, menyusun teks,
dan menciptakan teks. Misalnya: membangun pengetahuan; mengenalkan jenis- jenis
taks apakah narrative, descriptive, recount, atau lainnya. Setelah itu menyususn
model teks; kita bisa memberikan teks kepada siswa untuk mengidentifikasi genre
dari teks tersebut seperti introduction,event, re-orientation, resolution.
Tahap selanjutnya yaitu menyusun teks; kita bisa memberikan teks yang acak
kepada siswa untuk disusun menjadii teks yang padu dan benar. Tahap terakhir
yaitu menciptakan teks; kita bisa menginstruksikan pada siswa untuk membuat
teks sendiri misalnya membuat teks recount yang di ambil dari pengalaman
masing- masing siswa tersebut. Dengan begitu kemampuan siwa tersebut dapat
terlatih.
Adapun definisi literasi adalah
sebagai tren topik yang diperbincangkan oleh kalangan guru bahasa saat ini
terkait dengan genre, wacana, literasi, teks, dan konteks. Arti dari literasi
itu sendiri adalah kemampuan membaca dan menulis. Namun, nama literasi
nampaknya kurang begitu familiar dikalangan sekolah Indonesia karena hanya memakai istilah lain yaitu
pengajaran atau pembelajaran bahasa.
Terbukti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI); termasuk edisi ke-4
tidak tercantum istilah literasi melainkan literasi atau liteter.
Literasi tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan psikologis semata yang hanya berpatokan pada kemampuan mental
dan keterampilan baca- tulis saja. Akan tetapi, pada zaman sekarang para pakar telah mampu menciptakan
ilmu pengetahuan baru terkait literasi misalnya literasi computer, literasi
IPA, dan sebagianya. Literasi harus
disesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman. Dari hal itu freebody dan luke
mencetuskan model literasi sebagai berikut: memahami, pemaknaan teks,
penggunaan teks serta analisis dan mentransformasikan teks.
Keberadaan makna dan rujukan
literasi yang begitu meluas sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut rujukan
linguistic dan sastra relative konstan. Terlebih lagi dalam hal objek studi
literasi yang tertindih dengan objek studi budaya. Misalnya: terkait dengan
divisi sosial. Namun literasi ini tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Maka
dalam hal tersebut terdapat kajian lintas disiplin yang memiliki tujuh dimensi
yang saling terkait.
Jika dilihat dari segi dimensi
geografi(local, nasional, regional, dan internasional), artinya literasi ini
didasarkan pada tingkat pendidikan, jejaring sosial dan vokasionalnya. Dalam
hal ini orang yang berpendidikan tinggi dituntut berliterasi dibandingkan
dengan orang yang berpendidikan menengah atau rendah. Sedangkan jika dilihat
dari segi dimensi bidang(pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer
dan sebagainya), pada dimensi ini sangat mempengaruhi aspek lain karena dalam
setiap bidang perlu adanya faktor pendukung sebagai penunjang kualitas bidang
tersebut. Misalnya dalam pendidikan yang memerlukan alat bantu berupa teknoogi
sebagai fasilitas dalam proses pembelajaran seperti komputer dan infokus.
Adapun dalam perkantoran memerlukan computer sebagai alat untuk pembuatan data
administrasi dan laporan.
Dalam dimensi keterampilan(membaca,
menulis, menghitung, berbicara), artinya setiap orang yang berpendidikan
khususnya sarjana tentunya mengenal istilah literasi yang biasanya menajdi
makanan setiap hari karena pada hakikatnya seorang mahasiswa tidak akan pernauh
jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Akan tetapi mahasiswa lebih cenderung
hanya sebatas membaca bukan melatih kemempuan diri untuk menulis sehingga
sangat jarang mahasiswa yang bisa dikategorikan bisa menulis. Maksud dari bisa
menulis disini bukan hanya semata- mata menulis biasa seperti menulis laporan.
Akan tetapi menulis disini misalnya mahasiswa mampu membuat karya ilmiah. Sebagai
seorang pembaca harus bisa mengeksplor kemampuan membacanya kedalam menulis
supaya segala ilmu yang dia dapatkan menjadi hal yang bersifat produktif.
Selain itu harus dibarengi dengan keterampilan menghitung dan berbicara.
Dimensi fungsi, terkait pemecahan
masalah, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan,
mengembangkan potensi diri).contoh terkait dimensi ini adalah bahwa ketika
seorang mahasiswa yang suka membaca lebih cenderung bisa menyelesaikan
masalahnya karena biasanya dari hobi membacanya itu bisa disebut sebagai solusi
dari masalah. Contoh yang nyata: ketika teman saya yang mempunyai penyakit
tipes dan tak kunjung sembuh meski sudah sering berobat kedokter. Saat itu ada
seorang kakek yang berusia paruh baya ingat akan suatu hal tentang obat dari
penyakit itu. Kakek mengatakan coba minum jamu yang terbuat dari daun rambutan
yang dihaluskan, lalu diperas dan air daun itu dicampur dengan telor ayam
negeri dan madu lakukan 2x sehari. Ternyata alhasil saran dari kakek tua itu
benar dan teman saya sembuh total. Dari
kejadian itu dapat disimpulkan bahwa seorang pembaca dengan membaca bisa
menyelesaikan masalah baik untuk dirinya maupun orang lain karena manfaat ilmu
itu tidak akan pernah mati, tidak akan pernah habis terus mengalir seperti air
dan akan selalu teringat sepanjang hidupnya.
Dimensi cetak(teks, cetak, visual,
digital), bisa dikatakan bahwa di zaman era globalisasi ini untuk menjadi
literat tidaklah cukup hanya dengan kemampuan membaca dan menulis. Namun harus
dibarengi dengan kemampuan literasi lain khususnya penguasaan IT; dimana
keberadaan IT ini menjadi tolak ukur sebuah universitas yang di ukur dari
webometrics(dunia maya). Mungkin dari dimensi ini bisa kita ambil sebagai
contoh nyata yaitu salah satu universitas yang terkenal yaitu ITB karena
terkenal dengan teknologinya yang canggih .
Dimensi jumlah(satu, dua,
beberapa), dimensi ini merujuk pada variasi bahasa, peristiwa tutur, bidang
ilmu, media. Dlam hal ini bisa disebut orang multilaterat yaiutu mampu
berinteraksi dalam berbagai situasi serta didasarkan pada penguasaan
berkomunikasi yang komunikatif. Salah satu contoh tokoh pelopor Indonesia yaitu
Prof. Dr. Bj. Habibie yang mampu menguasai ±99 bahasa dan wawasannya sangat
luas sehingga ketika beliau berbicara terbilang komunikatif.
Dimensi Bahasa(etnis, local,
nasional, regional, internasional). Keberadaan kita sebagai mahasiswa bahasa
inggris bisa dikatakan sebagai orang multilaterat karena disamping mahiswa
sebagai orang sunda yang berbahasa sunda, bahasa Indonesia dan bahkan bahasa
asing. Itu adalah bahwa mahasiswa tersebut secara tidak langsung menguasai tiga
bahasa. Akan tetapi tidak boleh melupakan bahasa sendiri.
Adapun prinsip dalam basis literasi itu
terbagi menjadi tujuh, salah satunya yaitu:1. Literasi adalah kecakapan
hidup;artinya mampu memprioritaskan diri dalam hal penting khususnya yang
berkaitamn dengan profesinya. Misalnya seorang guru yanmg mampu mencerdaskan
anak bangsa dengan memberikan ilmunya.2. literasi mencakup kemampuan reseptif
dan produktif dalam upaya berwacana tulis mauopun lisan. Mampu memprioritaskan
diri untuk membuat wacana sebagai bukti kemampuan dalam berwacana.3. literasi
sebagai pemecahan masalah; misalnya terkait dengan pemahaman dan pemaknaan
teks.4. literasi sebagai refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.misalnya:
seorang pemandu wisata yang memperkenalkan hal yang terkait wisata kepada para
wisatawan luar negeri tentunya dalam penjelasannya menggunakan bahasa gestures
yang sesuai dengan wisatan supaya mudah dipahami.5. literasi sebagai refleksi
diri; dimana kita harus mampu menempatakan diri tentang dua hal yang harus di
cermati yaitu pengetahuan bahasa dan penggunaannya.misalnya: seorang pembicara
harus bisa memilih kata yang sesuai dengan kondisi ketika dia berbicara. Ketika
kita speaking dalam acara foramal dan kiata mengucapakan kata may be seharusnya
kita gunakan kata perhaps, karena kata perhaps itu lebih formal dan sesuai.
Dari serangkaian hal terkait dengan
keberdaan literasi dan pemaknaannya sangat kompleks. Dapat dipastikan kualitas
literasi Indonesia rendah dibandingkan dengan Negara lain. Hla ini terbukti
dengan adanya wacana yang berjudul” Rapor Merah Literasi Anak Negeri” kategori
rapor merah ini terbukti dari hasil prosentase jumlah dari berbagai aspek.
Salah satunya yaitu doperoleh bahwa skor prestasi membaca di Indonesia hanya sekitar 407( untuk semua siswa).
Terkaita literasi bahwa pada bidang ilmu ada
istilah yang terkenal dengan “Rekayasa literasi”. Literasi merupakan suatu wadah yang mampu
memperbaiki keadaan literasi yang rendah
menjadi lebih baik dan sistematik, yaitu dengan berpacu pada empat
dimensi:1. Linguistic atau focus teks,2. Kognitif atau focus minda,3.
Sosiokultural atau focus kelompok,4. Perkembangan atau fokus pertumbuhan.
Keempat dimensi itu secara sistematis akan berjalan aktif dan dan terintegrasi.
Dari serangakaian penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan yang menjadi intensitas terhadap
kualitas pendidikan khususnya dalam berbahasa diprioritaskan dengan adanya
literasi yaitu baca- tulis. Untuk mencapai prioritas literasi berbahasa yang
baik diperlukan adanya beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan structural,
audiolingual, komunikatif dan kompetensi, pendekatan literasi. Semua pendekatan
itu mempunyai fungsi dan dan tujuan yang berbeda. Namun pada kenyataannya
istilah literasi sangat pudar dikalangan sekolah Indonesia karena hanya
menggunakan istilah pengajaran atau pembelajaran bahasa. Keberadaan literasi
juga sangat kompleks seiring dengan perkembangan zaman yaitu dengan adanya
literasi di berbagai bidang seperti literasi matematiaka dan literasi komputer. Serta rendahnya literasi bisa ditunjang
dengan adanya dimensi dalam literasi seperti dimensi keterampilan, dimensi
fungsi.