Appetizer Essay: TERLALU SULIT UNTUK MERUBAH BANGSA INI



APPETIZER ESSAY
Oleh Ahmad Khoerul Mustaqim
PBI A/Semester 4
TERLALU SULIT UNTUK MERUBAH BANGSA INI
Keproduktifan bangsa kita akan karya ilmiyah sangatlah minim, karena pada masa sekarang para mahasiswa kebanyakan tidak mampu atau bisa dibilang kesulitan untuk mengekpresikan pengetahuannya dengan membuat laporan penelitian, essay, apalagi dibentuk dalam sebuah artikel jurnal, memang seperti yang dikatakan Direktur jendral pendidikan menulis artikel jurnal adalah literasi tingkat tinggi. Makanya tidak salah jika Direktur Jendral pendidikan “jengkel” karena mayoritas sarjana lulusan PT kita tidak bisa menulis. Bahkan dosennya pun mayoritas tidak bisa menulis.
Banyak PT maupun PTN membantah jika diadakannya tugas menulis artiket jurnal ataupun karya ilmiyah lainnya, karena mereka berpikir menulis skripsi saja susahnya minta ampun apalagi disuruh menulis lagi karya ilmiyah lainnya. Jika kita bandingkan padahal semua Perguruan tinggi di AS memaksa mahasiswanya untuk banyak menulis essay seperti laporan observasi, reviu buku, dan sebagainya. Tugas-tugas itu lalu  dikembalikan dengan adanya komentar dan kritikan dari dosennya, dan otomatis para mahasiswanya dalam menulis sudah sangat terasah.
Salah satu dari maju tertinggalnya suatu bangsa bisa diketahui dengan literasinya, maksudnya sedikit atau banyaknya masyarakat akan minat baca-tulis. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bangsa kita adalah bukan bangsa yang maju, melainkan bangsa berkembang. Bahkan dibandingkan dengan negara  malaysia kita masih tertinggal, jumlah karya ilmiyah di malaysia lebih banyak dibandingkan indonesia. Itu baru hanya dalam hal baca-tulis, belum lagi dari segi pendidikannya dan lainnya, indonesia sangat jauh tertinggal olehnya.
Kesulitan para mahasiswa untuk menulis ini sangat jelas disebabkan oleh minimnya minat membaca dari mahasiswanya, karena kedua kegiatan ini saling mempengaruhi. Membaca itu referensi untuk menulis. Oleh karena itu mahasiswa kita sangat kesulitan untuk menulis. Bagaimana bisa seseorang menulis jika tidak suka membaca, jangan kan baca artiket atau jurnal, baca koran saja mahasiswa indonesia ini sangat enggan. Remaja sekarang ini lebih memilih hal-hal yang simpel, menarik dan menyenangkan. Sangat susah sekali rasanya jika ingin membangkitkan minat baca para mahasiswa sedangkan mahasiswanya itu sendiri tidak suka membaca serta tidak menyadari akan manfaat dari membaca.
Hasil peneliian krashen (1984) di perguruan tinggi AS menunjukan bahwa para penulis produktif dewasa adalah mereka yang sewaktu di SMA-nya, antara lain, banyak membaca karya sastra, berlangganan koran atau majalah, dan di rumahnya ada perpustakaan. Sejak sedini mungkin mereka dijejali bacaan yang begitu banyak. Pastinya tidak akan kesulitan dalam menulis, karena mereka sudah banyak memiliki kosa kata, mampu mendiksi kata, serta mampu menata kata-kata untuk merangkai sebuah tulisan tersebut. Itu adalah pengaruh dari banyaknya bacaan yang pernah mereka baca. Mungkin itu masalah yang mahasiswa kita rasakan ketika menulis. Mereka tidak mampu mengolah kata dan merangkainya menjadi sebuah tulisan yang berkwalitas.
Oleh karenanya bapak A Chaedar mengatakan bahwa tidak realistis mewajibkannya menulis artikel jurnal bagi lulusan S1  dan S2 rasanya tidak mungkin, malah nantinya akan menyebabkan penumpukan mahasiswa di akhir program yang pastinya akan menuntut biaya hidup, spp, dan biaya-biaya lainnya yang seharusnya tidak keluar. Yang realistis adalah mewajibkan para dosen menulis artikel jurnal atau buku teks lain setiap akhir tahunnya. Sampai-sampai beliau mengatakan sebaiknya yang tidak bisa menulis jangan bermimpi jadi dosen.
Sulitnya memilih kata dan menemukan makna yang sesuai dengan apa yang ingin di ungkapkan oleh akal ini, atau mungkin sebenarnya hati dan akal ini memang sedang tidak mau mengungkapkan apapun, namun keinginan memaksanya untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada dengan tulisan, sehingga akal dan hati ini mengarang suatu perasaan yang sebenarnya tidak ingin mereka rasakan, itulah yang disebut dengan pemaksaan kreatifitas. Mungkin juga itu merupakan salah satu faktor mengapa mahasiswa kita tidak suka atau tidak mau menulis.
Memang menulis adalah bukan pekerjaan yang gampang, namun kenapa banyak orang yang menyepelekannya contohnya seperti mahasiswa yang sedang menyusun skripsi yang sebentar lagi akan wisuda biasanya mereka mengatakan “ tinggal menyelesaikan skripsi . . .” Tatkala  mengaku bahwa skripsi belum selesai, sebenarnya juga belum tentu yang bersangkutan sehari-hari menulis. Mereka menulis manakala ada inspirasi atau kemauan menulis. Sedangkan kemauan itu belum tentu segera datang, walaupun seharusnya berasal dari dirinya sendiri. Memang aneh, mendorong dirinya sendiri saja kadangkala gagal. Akibatnya, karya ilmiah yang seharusnya segera selesai,  terpaksa tertunda-tunda.  
Kesulitan menulis dan membaca juga dirasakan oleh para siswa-siswa di negara kita, jangankan siswa mahasiswa dan dosennya pun merasa kesulitan apalagi siswa. Mereka beranggapan bahwa bacaan yang mereka baca itu terlalu tinggi dan ilmu mereka belum ampe kesana, pembahasannya terlalu jauh yang akhirnya membuat mereka enggan membaca.
Para siswa sulit mencerna apa yang dimaksudkan penulis. Oleh karena itu  kepada guru maupun dosen sebaiknya terlebih dahulu memberikan cara kepada siswanya bagaimana cara membaca yang baik dan benar, sehingga mampu menjiwai makna dari tulisan sang penulis dan para siswa bisa merasakan dan mencerna tulisan dengan baik.
Kemampuan membaca merupakan modal pokok untuk menciptakan sebuah karya tulis yang bagus karena membaca adalah referensi menulis. Setelah siswa maupun mahasiswa mampu membaca maka secara langsung pasti ia akan bisa menulis.
Jika kita mengandalkan membaca saja itu tidak cukup. Makanya para siswa seharusnya ditekankan untuk menulis juga agar bisa mengembangkan bacaan yang mereka baca. Namun kalau dilihat di indonesia ini baru hanya menekankan membca saja tanpa ada pemngembangan dengan bentuk tulisan. Makanya para siswanya pun belum bisa mencerna suatu bacaan dikarenakan kurang mengolahnya menjadi sebuah tulisan.
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa kurangnya minat baca-tulis di negara kita ini karena kesulitannya membaca dan menulis, artinya para siswa tidak tahu cara membaca dan menulis yang baik. Namun sebenarnya tidak hanya itu mungkin juga karena kurangnya mengembangkan sebuah bacaan menjadi tulisan. Oleh karena itu dosen dan guru harus mampu memberikan cara muridnya membaca yang benar serta menekankan kepada muridnya untuk mengembangkan bacaan yang telah mereka baca.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment