appetizer: Wake up Our Literacy



Appetizer
                                                                                                                                           Eva Khodijah
                                                                                                                                           PBI-A/IV
                                                                                                                                           Writing and Composition 4
Wake up Our Literacy
Menjelajahi tiga wacana menarik dari A.Chaedar Alwasilah yang termasuk dalam bukunya di bab 6 ‘Pokoknya Rekayasa Literasi’ 2012. Wacana pertama berjudul (Bukan) Bangsa Penulis, Powerful writers and Helpless Readers, dan Learning and Teaching Process: More about Readers and Writers. Ketiga wacana ini memiliki jenis yang sama, semuanya menggagas mengenai fakta dan perkembangan baca-tulis di negara kita, Indonesia. Ketiga wacana ini memberikan wawasan yang lebih untuk pembaca. Banyak hal yang membuat tercengang karena fakta-fakta yang tidak mengenakan mengenai literasi di Indonesia.
Permasalahan yang menjadi inti adalah kurangnya minat baca-tulis  masyarakat Indonesia. Semuanya bisa dilihat dari produktifitas karya masyarakat kita. Seperti yang tertera di wacana (Bukan) Bangsa Penulis, pada paragraf ketiga bahwa jumlah karya ilmiah dari perguruan tinggi di Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, yakni sekitar sepertujuh. Jelas sekali, inilah hal yang membuat saya tercengang. Bagaimna tidak, jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang jauh lebih besar dibanding Malaysia, hal ini yang sangat mengecewakan dan memalukan bangsa. Sama halnya yang dijelaskan di wacana kedua bahwa ketika penulis tersebut telah mencapai high quality, namun tidak pada pembacanya yang masih pasif dan tidak tergugah untuk merespon apa yang ia baca. Inilah faktor yang membuat literasi kita rendah.
Jumlah karya ilmiah yang tidak banyak itu menunjukkan bahwa minat membaca seorang pun minim. Hal itu karena menulis berawal dari membaca. Penulis akan mengerahkan ide dan pengetahuan yang ia dapat dari bacaannya ke tulisannya. Karya ilmiah seorang merupakan realisasi dari minatnya membaca dan akan terlihat kualitas membacanya di tulisannya.
Pembuatan skripsi, tesis dan disertasi memang hasil karya yang akan membuktikan tingkat kualitas tulisannya. Pada wacana pun dijelaskan bahwa diperkirakan setiap tahunnya ada 800 ribu mahasiswa yang diwisuda menjadi sarjana di 3.150 kampus swasta dibawah Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi). namun, yang masih saya ragukan kualitasnya adalah kemiripan judul skripsi dari setiap mahasiswa. Hal ini seperti berdasarkan album Wisuda 7 IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2013, tidak sedikit mahasiswa yang memiliki kemiripan jenis penelitian dalam skripsinya. Seperti pada daftar judul skripsi PBI, kebanyakan judul mereka itu sama. Contohnya The Influence of Audio Visual Aid Application on Students English Speaking Skill at The Eight grade student of Mts An-nur Cirebon by M.r Hedi Nurhaedi S.Pd.i. judul ini memiliki kemiripan dengan M.s Kurniawati S.Pd.i dengan skripsi yang berjudul The Influence of  Video Tutorial Application on the Students Competence in procedure text Comprehension at the Tenth Grade Student of  MA Al-Hidayah Cirebon. Di sini hanya berbeda subject dan object saja. Dari keseluruhan, judul-judul skripsi sangat monoton. Masih banyak yang menggunakan aplikasi keempat skill bahasa inggris dan jarang sekali mereka yang mengambil tema sastra atau linguistik dalam pendidikan. Hal ini menjadi pekerjaan besar bagi mahasiswa yang harus merefresh lagi ide-ide yang akan ia kembangkan.
Mengenai Powerful Writers and Helpless Reader. Menurut sudut pandang saya, di lihat dari sekarang ini masyarakat Indonesia sudah mulai banyak mengkritik. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya opini dan kritikan yang bermunculan di media sosial seperti di detik.com Kompas, dan sebagainya. Setiap ada berita yang muncul mereka geli untuk berkomentar. Namun, perlu diketahui respon mereka memang tidak semuanya baik. Ada respon negative ada juga respon yang membangun dan beragumen berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Sebaliknya, media seperti itu harus lebih membenahi respon-respon yang ia dapat.
Di wacana pertama yang dipermasalahkan ialah mengapa jurnal-jurnal dari mahasiswa sangat minim padahal skripsi atau tesis mereka pun bisa di realisasikan menjadi jurnal. Menurut saya, mereka sudah enggan menulis ilmiah. Mereka lebih senang menulis ke arah informal dan personal. Hal ini di buktikan dengan banyaknya blogging yang nonformal.
Dari ketiga wacana tersebut, banyak sekali yang harus kita benahi sebaiknya kita sebagai mahasiswa harus meningkatkan minat membaca dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas dan bukan sembarang karya. Kita harus mengutamakan kualitas kontent tulisan bukan kuantitas.
Mengubah mind set kita adalah awal untuk wake up dari keterpurukan baca-tulis kita. Banyak membaca dan menjelajahi wawasan juga termasuk langkah awal. selanjutnya kita mencoba untuk mengolah wawasan kita dan menggabungkannya dengan ide-ide kita. Satukan ide dan wawasan kita menjadi sebuah karya yang baik untuk kita. Bertahap dari menulis ilmiah dan lain sebagainya.
Jadi, bangkitkanlah literasi kita dengan berawal dari membaca kritis dan berkarya berdasarkan ide dan wawasan kita. Cetuskanlah crazy idea kita ke karya kita. Bangun the great literacy untuk kita persembahkan ke bangsa ini. Berikan karya tulis yang menerobos jalur international.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment