Budaya Passive Kian Melekat (Appetizer Essay-1)



Budaya Passive Kian Melekat
(By: Alifah Rohmatilah)
Kemelut persoalan yang dihadapi bangsa indnonesia saat ini adalah melawan permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan mengalami persoalan yang tak kunjung usai, yaitu dalam bidang akademik menulis dan membaca, khususnya di perguruan tinggi Indonesia. Perguruan tinggi adalah tempat mencetak orang-orang yang memiliki kemampuan dalam menulis karya ilmiah. Sangat disayangkan pada kenyataannya menulis menjadi sesuatu hal yang terabaikan. Begitu pun dengan membaca, daya tarik membaca buku akademik sangat jarang. Miris melihat bangsa sendiri seperti sekarang ini, padahal yang dibayangkan Negara sendiri bisa maju seperti Negara lain. Akibat  lemahnya budaya menulis dan daya tarik membaca dikalangan mahasiswa Indonesia ini menjadi sangat diargukan kalau Negara Indonesia akan maju.
Kebiasaan passive menulis dan membaca membuat bangsa ini menjadi tak menentu alur hidupnya. memang tak bisa disangka lagi, sudah jelas factor dari kebiasaan passive ini berawal dari ulah manusia itu sendiri. Tingkat kesadaran manusia yang buruk menjadi akar persoalan yang dialami saat ini, serta rasa minat untuk menggasak ilmu sebanyak-banyaknya itu belum ada pada diri mereka. Salah satu contoh buruk yang mahasiswa buat, ketika mendapat tugas membuat makalah, zaman serba instan isi makalah hanya memindahkan dari internet.  Sudah tau menjiplak dan mengambil hasil karya orang itu salah, tapi tetap saja hal itu dilakukan. Kapan mereka akan menulis dan membaca? Lalu, Bagaimana caranya untuk bisa bersaing dengan Negara maju lain? sedangkan kesadaran dan minat mereka saja tidak ada. Hanya angan-angan belaka Negara Indonesia ingin maju, sementara sumber daya manusianya saja tidak pernah mau untuk maju.
Adanya pengaruh lain yang menjadi factor permasalahan ini, seperti dalam jenjang pendidikan sebelumnya. Berdasarkan pengalaman saya ketika di SD, SMP, dan SMA, murid tidak 100 % diwajibkan untuk mencatat pelajaran yang diajarkan setiap pertemuannya. Bukan hanya satu mata pelajaran hampir semuanya kegiatan mencatat itu jarang sekali, karena hampir disetiap sekolah bahan ajar yang diajarkan oleh guru hanya mengacu pada LKS. LKS memudahkan guru untuk mengajar, mudah hanya tinggal memerintah ”baca dan kerjakan latihannya”. Memang sebenarnya yang mencakup dalam kegiatan menulis dan membaca adalah mata pelajaran bahasa. Akan tetapi tidak ada kekhusyuan untuk dua kegiatan itu pada mata pelajaran bahasa sama seperti yang lainnya. Jadi tidak ada kegiatan menulis dan membaca yang intensif dalam mata pelajaran tersebut. Kebiasaan passive yang lama menjadi salah satu factor penyebab.
Gaya hidup semakin gelamor penuh dengan kemewahan didukung oleh perkembangan teknologi yang sangat canggih, hal ini menjadi sebuah penghalang bagi orang-orang yang seharusnya memikirkan pendidikan, BUKAN gaya hidup. Segala keterbatasan pengetahuan yang dimiliki anak-anak bangsa menjadi semakin terbatas, tetapi untuk hal yang tidak begitu bermanfaat ini dilaksanakan tanpa batas. Saat ini sedang gencar-gencarnya produsen elektronik yang menawarkan produk canggih salah satunya smartphone, alat ini menjadi buronan para konsumen Indonesia khususnya pelajar/mahasiswa yang senang memamerkan barang bagusnya. Katanya smartphone ini lebih canggih daripada orang-orang yang memakainya. Sebenarnya yang diharapkan sumber daya manusia Indonesia  bisa lebih pintar bahkan bisa membuat barang bagus tersebut. Namun faktanya budaya menulis dan membaca-nya saja sangat rendah dibawah rata-rata, sangat tidak mungkin bangsa Indonesia bisa menciptakan elektronik canggih.   
Bebrapa alasan diatas menunjukkan bahwa manusia di indonrsia telah terhipnotis oleh alur perkembangan zaman. Namun itu tidak menutup kemungkinan, jika mahasiswa Indonesia mengabaikan dua hal penting, yaitu menulis dan membaca. Buktinya sudah banyak sarjana yang bisa lulus. Artinya skripsi yang mereka buat adalah bukti sekaligus hasil dari menulis dan membaca. Akan tetapi bukti itu hanya sebuah tuntutan saja untuk mendapatkan gelar sarjana. Bisa jadi itu adalah sebuah karya yang  hanya bersifat sementara, maksudnya tidak ada karya-karya ilmiah lain lagi yang mereka ciptakan. Gelar hanya sebuah nama jabatan yang mungkin sudah banyak orang dapatkan, tetapi dedikasi mereka terhadap bangsa masih dibawah kesadaran. Jadi sampai kapan bangsa Indonesia akan terus dirundung oleh persoalan ini, sementara waktu seakan-akan terus mengejar mengikuti perkembangan zaman.
Ketika ketertinggalan bangsa Indonesia semakin menjadi-jadi dan peran mahasiswa semakin tidak tahu kemana arah jalur mereka.  Budaya aktif menulis dan membaca menjadi yang sangat di tunggu-tunggu, sebagai orang-orang yang berpendidik serta dipercaya sebagai orang yang bisa membangkitkan Negara yang tertinggal. Buktuikan jati dirimu sekarang, tingkatkan menulis ban membaca mulai saat ini. Tunjukkan pengabdianmu dan kesetiaanmu terhadap Negara indonesia. Kalau bukan anak-ank bangsa siapa lagi yang akan menolong Negara ini. Sebelum waktu memberhentikan jiwa dan ragamu, genggamlah penamu dan gerakkan tanganmu diatas kertas. Siapkan matamu untuk menatap dunia dan siapkan otakmu untuk meraup pengetahuan sebanyak-banyaknya. Buang jauh-jauh budaya passive-mu!





Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment