Literasi : Tulang Punggung Kemajuan Bangsa
(By: Ade Puadah)
Melihat sejarah peradaban umat manusia, bahwa bangsa yang maju tak
hanya dibangun dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah atau pengelolaan
sebuah negara yang baik. Tetapi, negara maju bisa didapat dari peradaban
tulisan atau penguasaan literasi yang dapat menjembatani peradaban dari
generasi ke generasi lainnya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
kebudayaannya, sumber daya alam, suku bangsa dan sumber daya manusia. Tetapi
mengapa Indonesia sangat miskin? Beberapa fakta menyebutkan bahwa budaya
menulis dan membaca di Indonesia sangat rendah. Oleh karena itu, literasi
menjadi salah satu faktor penyebab negara Indonesia tidak maju.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
literasi adalah sesuatu yang berhubungan dengan tulis menulis. Tetapi, literasi
juga bisa berarti melek teknologi, politik, berfikir kritis dan peduli terhadap
lingkungan sekitar (Abdul Hamid Salman: 2003). Artinya, kita dapat memahami
semua peraturan yang ada di sekitar kita
dan mematuhinya. Seperti buang sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan,
mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan lain sebagainya. Literasi bukan hanya
kegiatan membaca dan menulis, tetapi mencakup bagaimana berkomunikasi dengan
masyarakat dengan baik terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya.
Sejarah Islam mengatakan
bahwa sebuah ilmu lama kelamaan akan berangsur memudar dan menghilang dari /ingatan
manusia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi agar ilmu tidak hilang begitu
saja, manusia diperlukan untuk menulis. Hal ini mengingatkan bahwa Islam telah
membudayakan literasi sejak dulu. Sejak sahabat Usman bin Affan menyusun naskah
ayat-ayat suci Al-quran dan menulisnya hingga menjadi mushaf. Tapi mengapa
Indonesia meraih peringkat terendah dalam berliterasi. Bukankah bangsa kita adalah
mayoritas Islam. Hal ini harus menjadi perhatian khusus dari semua bangsa
Indonesia karena ini merupakan kasus penting yang harus diselesaikan.
Seiring berkembangnya
zaman, seperti dikutip dalam “Pokoknya Rekayasa Literasi” bahwa literasi tak
hanya dimaknai dengan membaca dan menulis. Melainkan para pakar pendidikan
mendefinisikan dengan berbagai literasi, seperti: literasi komputer, literasi
matematika, literasi IPA, literasi semiotik dan adapula literasi media.
Literasi komputer merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi secara efisien. Sebagai mahasiswa, kita
merupakan pengguna literasi komputer jika kita menggunakan komputer sebagai
sarana untuk belajar. Selain itu, literasi media juga merupakan salah satu
literasi yang ada dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari media. Media merupakan unsur penting
dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Masyarakat tidak bisa lepas dari media
masa setiap harinya. Baik televisi, komputer, internet dan sebagainya. Namun,
saat ini banyak media yang memberitakan berbagai kasus menakutkan seperti
pencurian, kekerasan, seksual dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam menyikapi
pengaruh media massa, berkembanglah literasi media. Secara umum, literasi media
adalah kemampuan seseorang untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan
memberitahukan pesan dalam berbagai bentuk medium (sonia Livingstone: 2003). Hal
ini merupakan gerakan penting di kalangan negara maju untuk mengendalikan
kepentingan media massa dalam kehidupan keluarga dan masyaraakat serta membantu
kita merancang tindakan dalam menangani pengaruh tersebut. Sehingga masyarakat
tahu mana yang bagus untuk di tonton di media.
Saat ini, literasi terus
berevolusi dan maknanya semakin luas dan kompleks (A. Chaedar). Seperti dalam
penjelasan “Pokoknya Rekayasa Literasi” bahwa literasi bertumpang tindih dengan
objek studi budaya yang berfokus pada hubungan sosial. Dengan tujuh disiplin literasi yang saling
berkaitan. Salah satunya adalah dimensi media teks, cetak, visual dan digital. Untuk
menjadi orang yang berliteracy, manusia tidak bisa hanya mengandalkan
keterampilan membaca dan menulis. Tetapi, dunia visual dan gambar memiliki
peran sentral dalam budaya modern. Oleh karena itu, penting pula semua orang
berliteracy dalam media visual dan sebagainya.
Namun, literacy menulis dan
membaca dirasa lebih penting karena tulisan merupakan sejarah yang bisa membuat
seseorang terasa abadi meskipun sudah tiada. Tulisan juga dirasa lebih leluasa
daripada bahasa lisan karena si penulis
bebas untuk mengekspresikan sesuatu dan mencatat sejarah manusia. Tulisan juga
merupakan cerminan dari taraf pengetahuan dan kemampuan bahasa penulisnya. Jadi,
baik buruknya seseorang atau sejarah dapat dilihat dari tulisan yang mencatat
sejarahnya.
Sederet nama seperti Khoirul Anwar, Quraisy Shihab,
Pramoedya dan Buya Hamka adalah para intelektual yang menduniakan gagasannya
lewat tulisan. Itu menandakan bahwa mereka adalah para intelektual yang
membudayakan literasi. Wajar saja nama mereka masih tercium wangi dan tertulis
rapi dalam sejarah perjalanannya.
Literasi merupakan persaingan
penting untuk mencapai negara maju. Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
merupakan salah satu faktor untuk dapat berliterasi. Literasi membekali
kemampuan orang untuk mengembangkan segala potensi dirinya dan ilmu
pengetahuannya (Rekayasa Literasi:164). Guna menemukan generasi yang memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam literasi, diperlukan cara yang strategis yang
bisa dilakukan untuk menopang peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi persoalan yang kerapkali menjadi
penghambat kemajuan pendidikan nasional di Indonesia untuk bersaing di dunia
internasional.
Selain itu, warga
masyarakat yang demokratis, keragaman lokal, hubungan global, kewarganegaraan
yang efektif, bahasa Inggris ragam dunia, kemampuan berfikir kritis dan
masyarakat semiotik. Merupakan kunci untuk mencapai negara yang berliterasi.
(Rekayasa Literasi:165). Tentu saja semua merupakan kunci berliterasi, karena
semua merupakan peranan penting untuk memajukan negara lewat berliterasi. Jika
budaya dan bahasa beragam dan kita menyadari akan ragam budaya kita dan bisa
membangun literasi didalamnya. Kemudian tidak melupakan bahasa kita sendiri
dengan menjunjung tinggi bahasa ibu sendiri. Maka, Indonesia adalah negara yang
berliterasi.
Kunci
literasi salah satunya adalah masyarakat yang demokratis. Masyarakat yang
demokratis berarti masyarakat yang dapat berlaku santun dalam hubungan
interaksi sosial dengan tidak melihat suku, ras dan agama (Azyumardi
Azra:2003). Selain itu, masyarakat yang literasi berarti memahami bagaimana
hegemoni itu diwacanakan. Hegemoni merupakan kemampuan seseorang dalam
memandang dunia luar dan menunjukkkan dominasi dalam kontrol ekonomi dan
politik.
Berbagai
paradigma mengenai pembelajaran literasi di Indonesia, sudah seharusnya dibenahi
dengan baik. Pemerintah harus menentukan antara belajar ihwal literasi, belajar
literasi dan belajar melalui literasi. Adanya paradigma tersebut, sudah
seharusnya anak-anak Indonesia dilatih lebih giat untuk berliterasi. Mereka
yang tidak rajin membaca dan tidak menulis merupakan salah satu tantangan untuk
para pendidik agar segera melatih dengan baik dan menjadikannya cinta akan
membaca dan menulis. Mereka yang bahasanya kurang bagus dan retorikanya kurang
sudah saatnya dilatih dengan benar-benar agar mampu menguasai bahasa dan
memanfaatkannya. Mereka yang kurang terlatih dalam memberikan sebuah makna
dalam berbgai simbol atau kosa kata, sudah saatnya dilatih dengan benar dan
baik.
Dari
paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa rendahnya budaya literasi di Indonesia
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya tutur sangat kuat dan telah
mengabaikan budaya membaca dan menulis. Tidak bisa dipungkiri bahwa literasi
merupakan tulang punggung kemajuan sebuah bangsa. Kurangnya pengajaran literasi sejak usia dini
menyebabkan peserta didik tidak mampu berliterasi. Oleh karena itu, budaya
literasi perlu ditanamkan sejak usia dini. Dengan melatih siswa untuk membaca
dan menulis, itu merupakan salah satu awal untuk membangun literasi di
Indonesia. Memberi arahan tentang alat teknologi informasi dan komunikasi juga
merupakan bentuk menuju Indonesia berliterasi dan mematuhi setiap peraturan
yang telah ditetapkan merupakan salah satu bentuk berliterasi. Mari menuju
Indonesia yang berliterasi!