Class Review 2: Menulis yang Super dan Berbudaya



“Menulis yang Super dan Berbudaya”
(by Hanifatus Sholihah)
            Hari ini tepatnya tanggal 10 Februari 2014 merupakan perjumpaan kedua dengan Mr.Lala. Hari ini masih membahas mengenai Academic Writing pada second language writing. Sebelum membahas mengenai hal penting diatas, Mr.Lala mengingatkan agar mendownload buku-buku referensi yang ada di silabus.
            Second Language Writing adalah sebutan atau nama yang diberikan untuk belajar writing yang ditampilkan oleh non-native speaker / writer of a language sebagai atau dengan bahasa kedua (bahasa asing).
            Pada orientasi mengajar (Teaching Orientation) terbagi menjadi tiga, yaitu :  writing, Academic writing dan critical writing. Secara umum, Writing itu adalah sebagai berikut: - a way of knowing something, - a way of representing something and  – a way of reproducing something.
Writing adalah keahlian yang memerlukan banyak konteks sepanjang hidup. Kedua academic writing adalah bentuk dari penjelasan dan perdebatan prosa yang digunakan untuk mahasiswa dan peneliti atau periset untuk menyampaikan pokok suatu informasi tentang persoalan fakta. Secara umum, academic writing adalah harapan untuk menjadi lebih teliti, semi-resmi bukan perseorangan dan tepat sasaran (objektif). Sifat-sifat dari academic writing yang telah saya peroleh adalah :
1.      Rigid (kaku)
Bahasa yang digunakan saat membuat academic writing adalah kaku, maksudnya berbahasa ilmiah bukan untuk menghibur saat dibaca.
2.      Formal (resmi)
Resmi disini adalah penggunaan kosakata dibuat se-resmi mungkin agar bisa dibedakan dengan saat membuat tulisan lain, seperti cerpen, novel dan lain-lain.
3.      Impersonal
Impersonal adalah tulisan kita itu bukan perseorangan atau tidak mengenai orang tertentu.
4.      Evidence – based
Academic writing yang akan diproduksi oleh seseorang, khususnya mahasiswa yaitu harus berdasarkan fakta-fakta dan penelitian yang kuat tidak sesuatu yang mengada-ada.
5.      Objective
Tulisan yang dihasilkan seseorang harus tepat sasaran (apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh penulis)
6.      Systematic
Systematic adalah teratur. Maksudnya bentuk academic writing harus berurutan atau dengan susunan yang teratur.
7.      Precise
Academic writing harus berdasarkan ketepatan. Harus sesuai dengan fakta dan harus berdasarkan penelitian dari para periset.
8.      Analytical
Tulisan yang dibuat harus berdasarkan analisa / pemeriksaan yang teliti.
            Ketiga, yaitu Critical Writing adalah berfikir kritis. Seseorang yang ingin menjadi academic writer yang hebat dia harus mempunyai pemikiran kritis, dimana ia selalu mencari tahu informasi yang sudah didapatkan dan mempunyai pemikiran dari mana informasi tersebut, untuk apa atau digunakan sebagai apa tulisan itu dan bagaimana menjadi sesuatu yang menarik bagi orang lain, walaupun tulisan tersebut menggunakan bahasa ilmiah yang kenyataannya tidak sedikit orang yang enggan untuk mengkonsumsinya (membacanya). Ada tiga aspek yang membangun critical writing yaitu:
¬ you will take a text for granted, yaitu kita tidak akan menulis hanya untuk membenarkan (harus dengan cara dan prosedur yang jelas dan tepat).
¬ relating to other texts, yaitu suatu teks harus berkenaan atau berkesinambungan dengan teks yang lainnya.
¬ using rich point of you, yaitu bentuk dari pemikiran kritis itu menggunakan segi pandangan yang kaya dari orang yang akan menghasilkan academic writing.
            Setelah tiga point itu terpenuhi, maka kita akan mendapatkan apa yang kita cari (information). Setelah informasi tersebut maka kita sudah mendapatkan pengetahuan (knowledge). Apabila pengetahuan yang kita miliki sudah bisa kita bagi kepada orang lain, maka itu sudah menjadi pengalaman (experience) bagi kita. Dari ketiga hal tersebut, yang paling penting tentu saja pengalaman karena apabila kita tidak mempunyai informasi dan pengetahuan bagaimana kita akan mempunyai suatu pengalaman.
Pada hakikatnya :
·         Apabila kita mempunyai aturan dari praktek mungkin akan terorganisir selama memberikan struktur atau susunan yang formal yang mana untuk memberikan atau menghadirkan ide-ide, sebagai tambahan untuk memastikan bahwa ide-ide itu harus didukung oleh kutipan penulis pada setiap literatur atau kesusasteraan.
·         Sangat berbeda atau kontras dengan keadaan personal writing, academic writing berbeda karena itu berhubungan berdasarkan teori-teori dan proses-proses penyebab aturan dan praktek setiap hari, sekaligus menyelidiki penjelasan-penjelasan terpilih untuk peristiwa itu.
·         Academic writing diikuti sebuah fakta-fakta “bunyi” dan bertahan pada kaidah dari punctuation, grammar and speling.
Structure
            Dibutuhkan beberapa macam struktur, seperti sebuah permulaan, pertengahan dan akhiran. Struktur paling mudah adalah ciri khas dari susunan sebuah essay, sebaik tugas lain pada tugas menulis, yangmana mungkin tidak sejenis struktur pelafalan. Ciri khas academic writing diikuti dengan struktur yang resmi, acapkali lebih formal dibandingkan dengan personal writing.
Referencing
            Perbedaan yang paling signifikan (penting) antara academic writing dengan aliran-aliran tulisan yang lain adalah berdasarkan pada kutipan (citation) dan referensi dari penerbitan seorang penulis.
Referensi dan kutipan
·         Jika kamu membuat keputusan terhadap sesuatu pada academic writing ada sebuah harapan yang akan mendukung pendapat kamu dengan menghubungkannya kepada apa yang author publikasikan sudah tertulis sebelumnya tentang pokok persoalan.
·         Menyebutkan pekerjaan dari penulis lain adalah pusat dari academic writing karena itu ditampilkan kepada kamu untuk membaca kesusasteraan, memahami tentang ide-ide (pikiran utama) dan dapat menyatupadukan isu-isu ini dan presfektif yang bermacam-macam kedalam suatu tugas.
·         Pentingnya sebuah tempat atau ruang berkenaan dengan author lain pada pekerjaanmu dapat dicerminkan pada persetujuan kerumitan referensi yang telah terbuat dengan ketertiban berbeda, seperti pada APA (american psychological assosiation) yangmana digunakan ada psikologi, pendidikan, beberapa ilmu pengetahuan khusus, sebaik untuk urusan (bisnis).
Abstract Thought
            Biasanya, topik-topik akademis mempunyai fokus pada sesuatu yang abstrak, seperti ide-ide dan konsep-konsep yang mana tidak dapat, perlu, diberikan pada sebuah yang kongkrit atau bentuk fisik.
            Oleh sebab itu, ketika menulis bertemu menit atau penutup huruf-huruf dari CVs draw pada fisik, praktis dan fungsi dari tugas-tugas academic writing seringkali lebih seperti fokus pada proses yang abstrak dan berhubungan.
            Meskipun abstrak, struktur non-material dari beberapa topik akademik, kamu mungkin dapat meminjam orientasi kata kongkret dan fisik untuk menjelaskan ide-ide abstrak dan hubungan diantara mereka.
·         Secara khas, academic writing memerlukan kita untuk menjelaskan secara gamblang mengenai bentuk-bentuk abstrak dan bagian-bagian yang sebagai pelengkap mereka, mereka menghubungkan dengan istilah abstrak lainnya sebaik dimana posisi mereka hubungan dengan hal umum, sistem keseluruhan.
·         Walaupun jika menyetujui dengan orientasi topik seperti ekonomi, pengetahuan komputer, penampungan, perawat atau pengajar, akademik praktis saat belajar mengenai hal-hal ini yang akan digaris bawahi kembali memberikan kamu untuk menyelidiki atau mempelajari kedalam teori-teori, filosofis, konsep dan ide-ide abstrak lainnya yang praktis saat konsentrasi dalam melakukan sesuatu.
·         Untuk itu, menulis akademik sangat alami ini juga berbeda dari orientasi praktis atau orientasi praktis atau orientasi sosial dalam tugas menulis. Ini dikarenakan tugas academic writing memberikan kamu untuk melihat yang dibawah atau permukaan prinsip-prinsip dasar, teori-teori serta konsep-konsep yang dapat menawarkan tendensi sebaik sebagai penjelasan-penjelasan alternatif untuk praktis yang lazim, proses dan prosedur.
Academic tone
            Seperti semua variasi-variasi dalam menulis, academic writing mempunyai bunyinya tersendiri yang mana diktasis perubahan dari kata-kata dan frasa.
Academic writing bertujuan untuk menjadi:
a.       Objective (contohnya : termasuk penggunaan bahasa)
b.      Concise (ringkas)
c.       Formal (contohnya : avoiding slang, exclamation marks, contractions)
Sifat dari academic writing dapat juga berubah-ubah dengan mantap tergantung pada area subjek dan the academic discipline yang kamu tulis. Membaca buku pelajaran dan pedoman belajar untuk mata pelajaran kamu memperlihatkan pada kamu apa bunyi atau sifat suatu paper. Jadi, mereka mempunyai gaya belajar secara hati-hati.
The Audience
            Ini adalah penting untuk diingat untuk siapa kamu menulis. Menjadi sadar bahwa sifat akademik mensugestikan bahwa kamu sadar akan para pendengar dan mematuhi asosiasi formalitas secara normal dengan academic writing.
            Ketika menulis secara akademik, kamu harus menargetkan lebih umum mengenai para audience daripada hanya dosen atau pembuatnya. Kamu harus mengasumsikan bahwa pembaca akan menjadi orang yang berfikiran cerdas, tetapi tidak memberi tahu secara spesifik topik yang dibahas. Jangan menduga bahwa pembaca mengetahui semua istilah dan hubungan konsep-konsep dengan pekerjaan yang kamu buat atau lakukan.
Punctuation and Grammar
            Dalam academic writing kamu harus selalu mengikuti aturan mengenai tanda baca dan tata bahasa, khususnya sebagai pengguna terakhir atau konsumen dari tulisan kamu, tidak seperti seorang teman, kemungkinan sangat berbeda dari kita dan tidak akan tahu apa yang menjadi referensi. Oleh sebab itu, ini jelas sangat penting. Tanda baca dan kaidah grammar (tata bahasa) adalah bersifat universal, mengenal sistem (dengan budaya berbicara dengan bahasa Inggris) yang mana memelihara kemurnian dan menghindari ekspresi-ekspresi yang ambigu.
Lalu lakukanlah observasi-observasi, agar menghasilkan:
·         Central values of academic writing
“Ketika kita menulis makalah universitas, kamu harus mengingat bahwa situasi kita dalam lingkup komunitas akademik dengan harapan yang jelas apa yang harus kamu lakukan dengan paper kita dan bagaimana orang lain bisa melihatnya. Ketika kamu tidak dapat mempelajari bagian-bagian dari metode dan bagian dari setiap disiplin, kamu akan sadar dengan nilai sentral yang anggotanya menganut :
-          Truth .. makalah perguruan tinggi yang berhasil akan didemonstrasikan yang mana jika penulisnya menggunakan pengetahuan dan metode-metode yang tepat yang sudah diberikan untuk menyatakan suatu kebenaran.
-          Evidence. Mahasiswa pada semua mata pelajaran menggunakan petunjuk yang dapat dipercaya untuk mendukung kebenaran yang mereka temukan. Selalu membuktikan kebenaran suatu sumber untuk petunjuk ini.
-          Balance. Ketentuan akademik mensugestikan agar kamu menyajikan suatu kesimpulan, pernyataan yang tegas, dan argumen yang murni, serius, tidak dengan bahasa yang emosional dan berlaku adil terhadap segala hal yang bertentangan.
(Toby Fulwiler and Alan Hayakawa, The Blair Handbook. Prentice Hall, 2003)
·         Methods of Academic Writing : “They say / I say”
Pada pandangan kita, the best academic writing mempunyai salah satu fitur yang harus digarisbawahi : sangat dalam menggunakan beberapa cara dengan pandangan orang lain. Terlalu sering bagaimanapun academic writing mengajarkan proses berkata “true” dan “smart”, sebagaimana jika mungkin untuk efektif argumen tanpa adanya percakapan dengan oranglain. Jika kamu telah mengajarkan tradisi menulis essay lima paragraf, contohnya kamu telah mempelajari betapa berkembangnya sebuah tesis dan mendukungnya dengan bukti. Ini adalah berita baik sejauh mana kita pergi, tetapi kita meninggalkan fakta penting di dunia nyata kita tidak membuat suatu argumen tanpa adanya hasudan. Malahan, kita membuat argumen karena seseorang berkata atau melakukan sesuatu (atau mungkin tidak menyatakan atau melakukan sesuatu) dan kita membutuhkan respon: “I can’t see why you like the Lakers so much”; saya setuju : Itu adalah film yang luar biasa. Argumen itu dibantah. “Jika itu tidak untuk oranglain dan kita membutuhkan tantangan, persetujuan, atau respon sebaliknya kepada mereka, tidak akan ada jawaban dari semua perdebatan.
            “Untuk membuat pengaruh sebagai seorang penulis, kita butuh perlakuan lebih daripada membuat pernyataan yang masuk akal, didukung dengan baik, dan konsisten, kamu juga harus menemukan jalan masuk pada percakapan dengan pandangan yang lain dengan berkata “they say” kemudian akan diikuti,... itu adalah argumen sendiri pada tesis atau “I say” saat kamu menulis harus selalu direspon dengan argumen lainnya. (Gerald Graff and Cathy Barkenstein, “They say / I say” : the makes that matter in academic writing, 2nd e.d.w.w.Norton, 2010).

·         Purposes of Academic Writing
“[Marilyn S.] Sternglass (1977) saat meringkaskan belajar longitudinal dari 53 perkembangan tulisan mahasiswa, mengenal empat tujuan umum dalam menulis di mata kuliah perguruan tinggi : untuk membuat sadar pengetahuan, untuk membantu mengingat fakta-fakta, untuk menganalis konsep dan untuk membangun pengetahuan baru... khususnya [students] menggunakan menulis sebagai konsep penerjemah kedalam bahasa mereka sendiri, pindah dari fakta-fakta yang berkumpul untuk menganalisis mereka dan menyelesaikan tugas mereka sendiri atas permintaan mata kuliah khusus dan suatu medan”.
(Alister H. Cumming, Goals for Academic Writing, John Benjamms, 2006)
Seseorang yang baik saat berbicara, benar saat menulis dan juga benar saat membaca, itu bisa mengarahkan kepada academic writing. Harapan Mr.Lala adalah kita menjadi seorang academic writers. Dalam prespektif Mr.Lala adalah seorang Multilingual Writers yang mana lebih sering menulis dalam dua bahasa, menjadi seorang pembaca yang menggunakan dua bahasa serta merubah dirinya dari mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa penulis yang daat menentukan pilihan dalam hidupnya dan juga seseorang yang dapat merubah dunia.
Menurut seorang Hyland (2004 : 4), “menulis adalah sebuah praktek berdasarkan dugaan: perubahan penafsiran seorang pembaca terhadap tujuan penulis meningkan jika penulis membawa masalah untuk merasakan kekuatan dan harapan apa yang dirasa pembaca berdasarkan previous texts dia yang telah membaca pada bentuk yang sama”.
Menurut Hoey (2001) dikutip dari Hyland (2004) mengibaratkan para pembaca dan penulis menjadi seorang penari yang saling mengikuti langkah satu sama lain, setiap rasa yang tersusun dari teks dengan mengantisipasi kemungkinan apa yang akan dilakukan dengan membuat koneksi pada suatu teks. Dengan kata lain, bagi saya hubungan yang dibuat antara penulis dan pembaca terjadi suatu kemistri satu sama lain yang bertujuan ingin memuaskan satu sama lain. Selain itu, tujuan dari pembaca dan penulis adalah untuk memperoleh meaning dari teks serta konteks yang telah mereka jamah. Pada kenyataannya, menurut Benjamin (1936) pembaca selalu bersedia menjadi seorang penulis. Ada pula perbedaan antara menyimak dan membaca, menyimak adalah menerima informasi dari kegiatan belajar berbicara (sumber lisan), sedangkan membaca adalah menerima informasi dari kegiatan menulis.
Pada dekade terakhir terlihat peningkatan perhatian pada dugaan gaya sastera dan aplikasi pada belajar dan mengajar bahasa. Ini sangat menarik karena mempunyai dua tujuan. Pertama, ada sebuah hasrat untuk memahami hubungan antara bahasa dan konteks penggunaan yaitu bagaimana seseorang menggunakan bahasa untuk mengarahkan ke penafsiran situasi komunikatif tertentu dan cara menggunakannya, berubah dari waktu ke waktu. Kedua, melengkapi penelitian dalam studi literasi baru, yang menganggap keaksaraan / literasi sebagai praktek sosial (Barton & Hamilton, 1998; Gee 1996), dan mendorong kita untuk mengeksporasi bahasa dan pedagoigi dengan cara yang bergerak diluar pemahaman formal yang terbatas dan paradigma kognitif. Menurut Ken Hyland, genre itu abstrak, cara yang diakui secara sosial menggunakan bahasa. Analisis genre terdiri berdasarkan dua buah asumsi : bahwa fitur kelompok yang sama atau serupa teks bergantung pada konteks sosial pencitaan dan penggunaannya, dan bahwa fitur tersebut dapat digambarkan dengan cara yang berhubungan dengan teks orang lain seperti itu serta pilihan dan pada perlakuan pembuat teks.
Fakta bahwa kualitas fisik dan semiotik yang saling terkait dalam teks. Teks itu ada yang makhluk fisik tetapi ada yang berbentuk makhluk semiotik. Sebaliknya, teks dapat berbentuk makhluk semiotik hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik. Berkenaan dengan sisi fisik mereka kita dapat berfikir bahwa teks dapat berupa artefak komunikatif, dengan kata lain, instrumen manusia menghasilkan komunikasi.
Teks diciptakan oleh teknologi yang meninggalkan jejak mereka (manusia purba). Pada konsepsi “teks” yang berlaku dalam budaya kita. Teknologi yang lebih baru meskipun telah diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain. The oxford English Dictionary and the Collected Works dari William Shakespeare yang tersedia dalam bentuk CD-ROM dan Encyclopedia Britannica dapat dibaca di internet. Tak satupun dari bentuk-bentuk ini memerlukan kertas dan tinta. Masing-masing dari mereka menuntut keterampilan khusus dan pengetahuan yang melampaui keaksaraan biasa.
Dalam pemikiran tradisional tentang teks dan konteks, konteks dilihat sebagai “latar belakang” terpisah dari teks, yang dalam peran jenis tertentu menjadi informasi tambahan dapat menjadi bantuan dalam memahami teks itu sendiri. Pengertian konteks semacam ini, jatuh pada pembaca yang menjadi penerima pasif. Teks menyerupai teka teki silang dengan hanya satu solusi, dan konteks pada gilirannya ibarat sejumlah buku referensi yang dapat digunakan sebagai pemecah teka-teki, berkonsultasi untuk menemukan solusi yang tepat.
Namun, sebelumnya telah mencoba untuk beragumen bahwa teks pada kenyataannya sama sekali tidak seperti semacam teka-teki yang harus dipecahkan. Selain itu, pembaca tidak pernah menemukan teks mereka sendiri : selalu ada teks lain dan adanya faktor dalam interaksi antara teks dan pembaca. Jadi, context tidak ada sebelum adanya penulis ataupun teks, baik itu ada diluar mereka.
Mengenai pembaca, pembaca secara bersamaan hidup tumpang tindih beberapa kali serta tempat-tempat yang bagaimanapun tidak selalu menentukan satu sama lain. Mereka hidup bersamaan seolah-olah mereka memiliki beberapa kehidupan, seperti kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kemungkinan masa kerja, kehidupan rekreasi, kehidupan bangsa mereka, kehidupan teks yang berbeda dan sebagainya. Bahkan mereka tetap stabil secara fisik, mereka bergerak sebagai subjek. Namun subjek dapat dipahami dalam dua cara, baik dalam pasif atau aktif. Secara tradisional, subjektifitas pembaca telah dipahami sebagai kualitas pasif : mereka berfikir hanya untuk memenuhi posisi teks sebelum dibuat untuk mereka. Dalam hal ini, pengertian teks sebagai mampu menentukan cara membaca yang mereka telah maksudkan dilatar belakang. Namun, ada validitas dengan pandangan yang disajikan dalam dua bab sebelumnya, bertentangan dengan pandangan tradisional ada alasan untuk menekankan aktivitas pembaca, agensi mereka, kemampuan mereka untuk menciptakan makna mereka sendiri bukan sekedar beradaptasi dengan diberi makna.
Penuturan Lehtonen (2000 :74) pada Barthes : dimana bahasa  Saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan itu sendiri maknanya, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih aktivitas linguistik juga sebagai pusat yang ada dalam pembentukan makna. Penulis sebelumnya bukan seorang penulis yang harusnya perlu tindakan menulis, tetapi mengambil bentuk itu sebagai salah satu hal saat menulis. Barthes menyatakan kematian penulis, adalah sekaligus kelahiran dari para pembaca.
            Lehtonen lebih jauh berpendapat, bahwa pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat dimana makna dimiliki. Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain. Membaca meliputi: memilih apa yang harus dibaca, seperti halnya suatu kompetensi terbangun dari suatu pengalaman. Dan pengalaman tersebut terbentuk dari membaca. Literacy Education berbentuk dua macam, yaitu reading dan writing. Dimana literacy education merupakan mantra yang membuat koneksi antara reading & writing. Selain itu, membaca untuk mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama untuk membentuk makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri kedalam teks.
            Jadi kesimpulannya, mempelajari academic writing adalah hal yang wajib khususnya bagi mahasiswa bahasa yang diajarkan untuk pandai dalam menulis. Menulis yang bersifat akademik itu tidak sesederhana saat kita menulis sebuah cerpen, novel, komik, atau mungkin sekedar puisi. Tetapi academic writing adalah menulis yang lebih kompleks dimana adanya aturan-aturan dalam menulis, struktur, nilai-nilai pokok, metode serta tujuannya. Selain itu juga, saat membuat academic writing kita harus mengkoneksikan antara reading-writing, reader-writer serta harus mengkoneksikan antara text – context – meanings – writer – serta reader.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment