Class Review 2 : Kerjasama antar Pembaca dan Penulis



Kerjasama antar Pembaca dan Penulis
(By: Iiz Lailatus Saidah)

Kembali bersua dengan writing, pagi itu senin 10 Februari  2014 kami masyarakat PBI-A semester 4 telah bersiap-siap untuk menghadapi mata kuliah writing. Dengan berbagai cara kita kerahkan semua semangt, fikiran dan juga tenaga untuk menyambut materi yang baru. Tak lupa kami siapkan paspor kami sebagai syarat utama untuk mengikuti mata kuliah writing 4 ini. Tepat pada jam 09.10 Mr. Lala masuk kelas kami diruang 44, tidak seperti minggu kemarin yang masuk di jam pertama, minggu ini beliau masuk dijam kedua. Ruang itu serasa penuh dengan kalimat-kalimat berterbangan dilangit2 lekas, persiapan masyarakat PBI-A untuk manghadapi mata kulaih ini.

Dipertemuan kedua ini beliau menerangkan tentang teaching orientation. Dalam teaching orientation itu ada tiga aspek, diantaranya adalah:
1.      Academic writing
Academic writing dilakukan untuk program universitas seperti skripsi, tesis dan desertasi. Academic writing itu bentuknya formal, sistematis dan perlu penelitian sebagai bukti yang otentik untuk tulisannya. Kelemahan di academic writing itu “kaku”, itulah jeleknya academicwriting.
2.      Critical thinking
Orang yang berfikir kritis dalam menulis, tulisannya akan berkaitan dengan teks lain, orang itu bisa menggabungkan dari beberapa teks yang lain yang berkaitan dengan tulisannya. Menurut Mr. Lala yang paling utama dalam berfikir kritis adalah “you will not take for granted”. Orang yang berfikir benar, membaca dan menulisnya pun pasti benar.
3.      Writing
Ada ktiga kategori dalam pengertian writing, yaitu:
a.       A way of knowing something.
Ketika kita kan menulis otomatis kita harus mengetahui  banyak informasi, yaitu dengan membaca. Apabila kita tidak mengetahui berbagai informasi, apa yang akan kita tuliskan. Itulah sebabnya mengapa menulis diartikan sebagai cara untuk mengetahui sesuatu.
b.       A way of representing something
Writing salah satunya adalah sebuah cara untuk menuangkan sesuatu. Setelah kita mendapatkan atau mengetahui sesuatu tersebut baru kita tuangkan kedalam tulisan. Disinilah ajang bagaimana kita bisa menggambarkan diri kita dalam tulisan itu.
c.       A way of reproducing something.
Writing uga diartikan sebagai suatu cara untuk memproduksi sesuatu. Artinya, bahwa menulis itu bukan hanya menulis saja, tapi menulis juga suatu cara untuk memproduksi sesuatu.
Dari ketiga kategori tersebut akan menghasilkan :
Ø  Informasi
Ø  Knowledge
Ø  Experience
Yang palimg utama dari ketiga hasil tersebut adalah “experience”, mengapa? Karena pengalaman adalah guru terbaik dan dalam pengalaman itu sendiri otomatis ada prosesnya. Proses itulah yang kita butuhkan dalam menulis.
Dalam perspektif Mr. Lala Bumela satus kita sekarang ini adalah sebagai “Multilingual Writer”, yaitu yang menulis secara efektif dalam L1 dan L2 efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2, yang mengubah diri dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis, yang dapat membuat informasi pilihan dalam hidup dan juga yang bisa mengubah dunia.
Hyland mengatakan bahwa “ menulis adalah praktek yang didasarkan pada harapan: kemungkinan pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat  yaitu jika penulis mendapat atau mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang mungkin pembaca harapkan, uang didasarkan pada teks-teks yang sebelumnya telah ia baca dari jenis yang sama”. (Hyland 2004:4)
Ada yang beranggapan dan mengibaratkan seprang penulis dan pembaca adalah “dancer”, dimana mereka berjalan beriringan dan kompak. Honey (2001) seperti dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para penulis menari mengukuti langkah masing-masing, setiap kumpulan dari teks dengan mengantisipasi yang lain seperti dengan membuat koneksi ke teks sebelumnya. Bagi Mr. Lala antara penulis dan pembaca membuat sambungan yang disebut seni.
Selain Hyland, Lehtonen juga mengemukakan pendapatnya  dimana bahasa adalah suatu  system yang didefinisikan sendiri yaitu meaning,.Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih linguistic juga menjadi pusat dalam pembentukan makna. (Lehtonen (2004:74) on Barthes). Barthes memang menyatakan “ Kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca”.
Lehtonen lebih jauh berpendapat bahwa “The reader ascended to the nucleus of the formation of meanings, and reading became the place where meanings belonged”. Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen antara satu sama lain, tetapi sebenarnya mereka berdua menghasilkan satu sama lain. Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama dalam rangka membentuk makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.
Selain itu Lhtonen juga berasumsi tentang hubungan yang jelas antara teks, konteks, reader, writer, and meaning. Dalam bukunya yang berjudul “The Cultural Analysis of Texts”  beliau menjelaskan dengan rinci tentang itu semua.
1)     Teks
Teks dapat  berupa tulisan, speech, gambar atau symbol lainnya. Titik pentingnya adalah bahwa mereka terorganisir dan ada kombinasi simbolik yang tampaknya agak jelas didefinisikan. Dalam segala bentuknya teks ditandai dengan tiga cirri, yaitu:
·         Fisik dan material
·         Ada beberapa hubungan formal antara tanda-tanda yang terkandung dalam teks
·         Tanda-tanda memiliki makna semantic
2)     Konteks
Didalam pemikiran tradisional tentang teks dan konteks, konteks dilihat sebagai pemisah ‘background of texts’, yang dalam peran jenis tertentu dari informasi tambahan dapat menjadi bantuan dalam memahami teks itu sendiri. Konteks mencakup substansi, music dan gambar, paralanguage (kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah), situasi, conteks, intertext, peserta dan fungsi.
Konteks mencakup semua factor-faktor seperti yang penulis dan pembaca membawa proses pembentukan makna.
3)     writer
Ketika kita mempelajari makna, sosok penulis harus diposisikan dalam konteks bukan teks. Fungsi  pertama dan terutama penulis sebagai bantuan dalam mengkategorikan teks , sedikit sebagai genre. Oleh karena itu, penulis sebagai pihak dalam pembentukan makna tidak dalam pembacaan, sebenarnya dalam teks, tetapi sebaliknya dalam konteksnya.
4)     Reader
Lehtonen berpendapat bahwa teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama lain. Teks tanpa pembaca tetap aka nada teks, tapi tidak akan ada pembaca tanpa adanya teks.
5)     Meaning
Makna adalah sesuatu yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Makna juga merupakan sesuatu yang didapat atau diciptakan oleh pembaca dari teks
.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi menulis sangat bergantung pada kemampuan membaca. Tanpa membaca kebanyakan orang sulit menjadi penulis. Namun, banyak pembaca tidak menjamin orang rajin menulis. Jadi, keduanya harus seimbang. Adpaun teks tanpa pembaca tetap aka nada teks, tapi tidak akan ada pembaca tanpa adanya teks. Hubungan anatara teks dan pembaca sngat berkaitan. Dalam menulis juga kita akan mendapatkan informasi, knowledge, dan experience, karena pengalaman adalah guru terbaik, dalam pengalaman otomatis ada proses yang dijalanai proses itulah yang kita butuhkan dalam menulis.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment