Class Review 1: (Bukan) Perjumpaan Pertama


(Bukan) Perjumpaan Pertama 
Author: Aulia Priangan
          Tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali sang pencipta. Semuanya mempunyai kontrak masa sendiri-sendiri. Entah itu kehidupan atau segala hal yang menyangkut dengan kehidupan. Pun demikian dengan suatu moment dimana mahasiswa/ mahasiswi dapat beristirahat sejenak dari pengapnya rutinitas perkuliahan. Moment ini lebih familiar dengan nama “liburan semester”. Memang hanya saat liburan semester saja semua kehirukpikukan perkuliahan dapat ditanggalkan. Namun, semua ada kontrak masanya dan liburan semester kami berakhir di awal Februari.
          Pagi yang memesona. Suasana mendung yang melankolis menambah rasa yang membuncah dalam dada tatkala bersua kembali dengan kawan-kawan lama setelah sebulan lamanya terpisahkan. Liburan semester menjadi sekat bagi kami tuk bersua. Hampir sebulan lebih kami terhalang perbedaan dimensi tempat. Sebulan lamanya kami disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Senin perdana di awal Februari menjadi hari yang istimewa bagi kami warga PBI A setelah sebulan lamanya tak berjumpa dan bertatap muka. Kebersamaan kami pun akan dimulai lagi. Kali ini dengan semester yang berbeda tentunya. Iya semester 4.
Senin, 3 Februari 2014, akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui, yaitu perkuliahan. Menurut kabar berita yang beredar, mata kuliah pertama kami pada pagi yang melankolis ini adalah writing and composition 4 yang diampu oleh Mr. Lala Bumela, M.Pd. Sekali lagi kami dipertemukan kembali dengan beliau di mata kuliah writing. Sebelumnya pada writing and Composition 2 kami tlah berkenalan. Saat itulah perjumpaan pertama kami dengan beliau. Setelah mengetahui dosen writing kami adalah Mr. Lala, kami dapat mencium aroma-aroma perkuliahan yang sesungguhnya seperti tidur larut malam, membaca banyak buku, rajin menulis catatan dan setumpuk kegiatan-kegiatan yang lazim dilakukan mahasiswa.
Layaknya perkuliahan perdana di awal semester, Mr. Lala menjelaskan silabus dalam mata kuliah writing and composition 4 kali ini. Aturan main yang digunakan oleh Mr. Lala masih sama seperti semester-semester sebelumnya hanya saja level kesulitannya lebih dinaikkan. Jika semester 3 kemarin jumlah halaman untuk class review dalam mata kuliah phonology adalah 4 halaman, maka pada semster ini di mata kuliah writing and composition sebanyak 5 halaman. Walaupun hanya selisih satu halaman namun hal tersebut dapat dikatakan kenaikan level yang signifikan.  
Writing and composition 4 ini akan sangat berbeda dengan mata kuliah writing and composition sebelum-sebelumnya. Jika pada semester sebelumnya mata kuliah writing masih mempelajari mengenai jenis-jenis teks (genre) maka pada writing kali ini lebih condong ke arah akademik. Pada mata kuliah writing and composition 4 ini kami diarahkan untuk dapat menulis academic writing assigment seperti essay, makalah, makalah penelitian, term paper, argumentative paper/essay, analysis paper/essay, informative essay, and position paper. Oleh karenanya, mata kuliah writing and composition 4 ini akan menjadi dasar dan bekal  bagi kami ketika kelak menyusun Tugas Akhir (TA) yang biasa disebut dengan skripsi untuk strata satu.
Perubahan sering terjadi dalam hidup. Hidup memang penuh dengan perubahan, seperti cuaca yang berubah-ubah, langit yang berubah warna, serta perubahan bentuk bulan. Pokoknya hidup selalu menyajikan perubahan-perubahan. Perubahan dapat disamakan dengan sebuah kejutan. Begitupun dengan mata kuliah writing and composition 4 kali ini. Ada banyak unsur kejutan di dalamnya. Kejutan akan hal-hal baru yang akan kami pelajari. Menulis paper, paper research, term paper menggunakan bahasa Inggris tentu akan sangat berbeda ketika menggunakan bahasa Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh hyland (2003), “Learning how to write in a second language is one of the most challenging aspects of second language learning”. Oleh karenanya, sebagai mahasiswa pendidikan bahasa Inggris, kami akan dituntut untuk bisa menulis academic writer assigment dalam bahasa Inggris. Namun, sebelum terampil menulis menggunakan bahasa Inggris tentu kami harus terlebih dahulu mahir menulis menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahasa pertama kita (bahasa Indonesia) akan menjadi dasar/ pondasi bagi bahasa kedua kita (dalam hal ini bahasa Inggris). Oleh sebab itu, kemampuan menulis menggunakan bahasa Indonesia harus dilatih dari sekarang.
Menulis merupakan sebuah keterampilan yang harus diasah. Menulis bukanlah sebuah bakat khusus yang diturunkan oleh sang Khalik. Jika ada orang yang beranggapan bahwa menulis memerlukan bakat khusus, orang itu masih menggunakan paradigma lama. Terampil menulis tidak ada kaitannya dengan bakat. Terampil itu kaitannya dengan ketekunan berlatih tanpa mengenal kata putus asa. Apalah artinya bakat kalau tidak pernah diasah dan apalah artinya merasa tidak berbakat kalau setiap hari mengasah diri untuk terampil menulis. Seperti kata pepatah bahwa untuk dapat terampil menulis itu memerlukan 99% keringat dan hanya 1% bakat.
Menulis sangat erat kaitannya dengan pengetahuan yang kita miliki. Semakin banyak kita mengetahui sesuatu maka akan semakin lancar kita akan bisa menulis. Oleh karenanya kegiatan menulis tidak bisa dipisahkan dari kegiatan membaca. Menulis dan membaca merupakan satu kesatuan yang padu. Namun, ketika kita menulis seseuatu akan terkesan lebih unggul dibandingkan dengan hanya membaca sesuatu. Hal ini dikarenakan menulis merupakan penciptaan sebuah karya tulis, sedangkan ketika kita hanya membaca kita tidak memciptakan karya apa-apa jika pemahan yang kita peroleh hanya disimpan dalam pikiran kita saja. Oleh karena hal itulah menulis menempati tingkatan tertinggi dalam kemampuan berbahasa.
Dunia menulis dan membaca memiliki suatu keterikatan. Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dalam bukunya, Mikki Lehtonen (2000), “the Cultural of Analysis Text” digambarkan sebagai berikut:





Text Box: Text,Text Box: Context



Text Box: Readers
 




Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa antara text, context dan pembaca tidak dapat dipisahkan.
          Melakukan sebuah kegiatan sesuatu sudah pasti memiliki sebuah tujuan tertentu. Begitupun dengan menulis. Saat kita menulis, sudah pasti kita memiliki tujuan kenapa kita menulis. Misalnya saat menulis Tugas Akhir (TA), maka tujuan penulisannya adalah agar kita dapat lulus dari suatu lembaga pendidikan. Berbicara tentang tujuan, tentu akan membuat kita membicarakan satu hal lagi, yaitu pemabaca tulisan kita. Ketika menulis, kita hanya dapat memuaskan salah satu sisi saja dari sekian sisi. hal ini karena berhubungan dengan tujuan awal kita menulis sebuah karya tulis. Misalnya ketikaa menulis TA tadi, maka selayaknya yang harus kita puaskan dengan hasil karya kita adalah dosen penguji. Oleh karenanya, dalam menulis hanya akan ada satu pihak yang dapat merasa puas dengan karya kita.
          Jarum jam bergerak, silih berganti menunjuk angka-angka yang tertera pada tubuhnya. Tak terasa 100 menit telah berlalu. Perkuliahan writing and composition 4 pada pagi yang melankolis pun berakhir. Pertemuan ini memang bukan yang pertama bagi kami, namun writing 4 kali ini akan membuat kami lebih banyak bergadang, banyak membaca referensi dan tentunya akan membuat kami menjadi produktif dalam menghasilkan tulisan.
Pemaparan yang panjang mengenai pertemuan dengan mata kuliah writing and composition 4 ini memiliki kesimpulan bahwa menulis itu sangat berkaitan erat dengan membaca. Kegiatan membaca apat menjembatani seseorang agar dapat menulis. Dalam mata kuliah writing and composition 4 ini, kami mahasiswa/ mahasiswi semester 4 akan diarahkan untuk dapat menulis tugas akademik seperti paper, paper research dan lain-lain yang berbau akademik. Hal ini bertujuan guna menjadi dasar dan bekal bagi kami kelak saat menyusun TA. Dalam upaya penyusunan TA tersebut, hanya fokus pada tujuan awal kita menulis skripsi. Hanya ada satu pihak yang merasa puas pada hasil karya kita (dalam hal ini skripsi), oleh karenanya usahan memuaskan para dosen penguji dengan karya tulis kita tersebut.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment