Class : PBI
A/semester 4
Subject : Writing
and Composition 4
Appetizer Essay 1
“
Menjamurnya Kebudayaan Bangsa”
Membaca merupakan salah
ssatu kebutuhan setiap individu begitupun dengan menulis. Menulis adalah suatu kegiatan yang dimana
hasil dari sebuah pemikiran kita dapat kita expresikan atau abadikan melalui
tulisan. Tetapi tidak cukup disitu
writing adalah untuk mengetahui sesuatu, untuk menyajikan sesuatu dan
memproduksi kembali sesuatu. Lain halnya
dengan mahasiswa yang harus mengembangkan tuklisannya seperti membuat essay,
membuat laporan penelitian dan atau harus dibuat dalam bentuk jurnal.
Budaya baca-tulis di
negeri ini seharusnya bisa berkembang dengan sangat pesat dan maju, tetapi
semua itu bertolak belakang dengan surat putusan dari Direktur Jendral
Pendidikan Indonesia yang ternyata isinya sangat bertolak belakang dengan
harapan kita atau bisa disebut mengecewakan.
Sehingga membuat dan memicu pro-kontra di beberapa Perguruan Tinggi di
Indonesia dan di expresikan dengan memboikot aturan-aturan dari Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi.
Kalau kita mau mengetahui
dan bertanya siapa orang yang bertanggung jawab atas putusan ini maka orangnya
adalah Dirjen Pendidikan Tinggi. Karena
merekalah yang mengawal publikasi ilmiah di kalangan perguruan tinggi. Wajar jika ia “ jengkel” karena mayoritas
sarjana lulusan perguruan tingggi kita tidak bisa menulis. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi
mayoritas dikalanga dosennya pun tidak bisa menulis.
Hal ini tentu sangatlah
kontras dengan menjamurnya kebudayaan bangsa di bidang menulis sangatlah minim
karena tiudak adanya kesadaran pada diri sendiri untuk merangsang minat dan
bakat menulis dan membaca. Oleh karena
itu duharapkan kedepannya agar lebih menggalakkan lagi minat baca-tulis kita
agar bangsa ini bisa maju pesat seperti bangsa-bangsa lain yang sudah
membudayakan baca-tulis.
Pada situasi seoperti ini
kita sebagai mahasiswa bisa memberikan solusi cerdas, jangan sampai teerpecah
belah karena situasi seperti ini. Tak
sepatutnya berdebat juga untuk ssaling menyalahkan tetapi berdebatlah bagaimana
membuat dan memberikan solusi cerdas pada masalah ini agar bnagsa ini maju
pesat. Dengan demikian solusi pun akan
hadir dan kita bisa aplikasikan pada bangsa yang nsedang berkembang ini.
Seharusnya kita bisa
kompak untuk memajukan literasi di bumi pertiwi ini dengan meningkatkan minat
baca pada seseorang begitupun dengan
tingkat minat menulis. Sebagai
bangsayang besar harusnya kita bisa memproduksi hasil tulisan yang besar
juga. Di negeri seberang saja yang
penduduknyha sekitar 25 juta orang atau hamper sepersepuluh dari populasi di
Indonesia tetapi mereka bisa menghasilkan produk tulisan yang berkualitas
banhkan bangsa ini pun kalah.
Sebenarnya kita bisa
mengimbangi atau bahkan mengalahkan Malaysia yang jumlah penduduknya hanya
sepersepuluh dibandingkan dengan bumi pertiwi ini yang sangat besar yang kaya
akan sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Mestinya kita bisa menerbitkan buku 10 kali lipat yaitu 80 ribu judul
per tahun, bisa ataukah tidak itu tergantung pada diri kita, ingat ! nasib bumi
pertiwi ini ada ditangan anda semua.
Mengapa di negeri sebrang
tingkat menulis dan membaca sangatlah maju debandingkan dengan di negeri
kita? Karena pada pendidikan awalnya mereka
menerapkan pendidikan karakter pada pendidikan dasarnya. Disinilah terjadi kesalah dalam materi
ajar. Seharusnya pada tingkatan
pendidikan dasar kita tanamkan pendidikan karakter terlebih dahulu baru setelah
itu pada tahapan lulus dari pendidikan dasar kitga terapkan system pendidikan
formal mengenai materi ajar yang ada di sekolah.
Problematika seperti ini
sering kita hadapi dan temui di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan
kurikulum 2013 semata-mata untuk meningkatkan minat belajar siswa kedepannya
agar lebih terkontrol dan dewasa dalam berfikir sehingga karakter yang dibangun
benar-benar matang. Nantinya dengan
sasaran agar minat baca-tulis pun bisa membudaya atau bahkan menjamur di bumi
pertiwi ini. Setelah mengenai sasaran
tersebut barulah kita bisa bangkitv dan mensejajarkan dengan bangsa lain yang
literasinya sudah maju.
Disisi lain, ada beberapa
masalah mengenai membaca dan menulis dengan adanya kekuatan dalam menulis yang
dihadapkan dengan lemahnya dalam membaca.
Menurut survey yang dilakukan oleh A. Chaedar Alwasilah bahwa hamper 95%
dari mahasiswanya menyalahkan diri mereka masing-masing. Karena mereka mengatakan bahwa mereka itu
tidak mempunya latarbelakang membaca dan yang baik hingga mereka menyalahkan
diri mereka.
Pada kasus ini meereka
beranggapan bahwa penulis itu sangat ahli dan tulisan si penulis telalu tinggi
untuk mereka dan bacannya pun melebihi kapasitas mereka sebagai orang yang
mempelajari baru tentang tulisan dan bacaan.
Sehingga mereka tidak bisa berkonsentrasi ketika sedaang membaca.
Padahal di dalam islam
sendiri ada yang namanya Intelektual Muslim.
Dimana kita diajarkan untuk berbicara yang efektif dan sopan di depan
para pendengar untuk mencapai titik pusat tentang pemahaman mereka.
Inilah saatnya kita harus
mengambil kebanggan pada bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Dari membaca dan menulis kita bisa
menghasilkam hubungan untuk mengembangkan penulis-penulis muda yang akan
menjadi penulis dewasa dalam penyelesaian kemajuan belajar dan penulis-penulis
Intelektual. Sebenarnya inilah yang
diharapkan oleh bumi pertiwi ini agar bumi pertiwi ini bisa maju, melaju pesat
kedepan sana dan memimpin Negara-negara yang ada di dunia.
Jadi kesimpulannya adalah
minat baca dan tulis sangatlah penting dan itu semua kita bisa terapkan pada
diri kita dan siswa-siswi yangsedang mengenyam pendidikan pra-kuliah. Tujuannya agar para siswa tersebut atau
bahkan diri kita bisa berliterasi kelak ketika mereka menjadi seorang mahasiswa
atau dosen yang nantinya bisa menaburkan budaya literasi kepada generasi
penerus di bumi pertiwi ini.