Hening Sejenak Bersama Writing
(by Desi Diana)
Hati ini jedag
jedug dibuatnya, suasana kelas begitu tegang dengan mulut yang selalu berkomat
kamit. Because What? Karena tugas class
review maupun appetizer perdana kami akan dipertanggungjawabkan hari ini juga. Segala pengharapan yang baik semoga selalu
menyertai kami semua. Suasana hati ini
pun hening sejenak ketika Mr.Lala masuk.
Exactly, hening sejenak bersama writing.
Writing telah menjadi pengharapan kami untuk menjadikan kami sosok yang
dapat menjunjung tinggi bangsa ini. Writing
is a way of knowing something, writing is a way of representing something, and
writing is a way of reproducing something.
Setelah itu,
Mr.Lala menjelaskan orientation beliau waktu minggu kemarin. Adapun penjelasan dari Mr.Lala yaitu ada 3 orientation
penting, diantaranya, academic writing, critical thinking, and writing. Academic writing is, essentially, the writing
you have to do for your university courses.
Kita menulis dengan obyektif, sistematis, formal, dan evidence. Akan tetapi ada negative dari academic
writing yaitu terasa kaku. Pada critical
thinking ada 3 cara untuk memudahkannya yaitu, you will not take a text for
granted, relating to other texts and using rich point of view. Menjelaskan juga tentang apa itu writing?
Dengan menulis, we are get the information,
knowledge and experience. Kita harus camkan
3 ayat diatas untuk menulis. Setelah itu
kami dibagi menjadi dua kelompok, dan masing-masing dikasih pertanyaan oleh
Mr.Lala. Selesai sudah rasa deg-degan
kami ketika pertanyaan dari Mr.Lala sudah terjawab, walaupaun dengan jawaban
kami yang tidak begitu jelas. Dilanjut
dengan menjelaskan slide yang ada dihadapan kami, yang berjudul “knowing who we
really are”. Menerangkan who are in my
class? Teman-teman dikelas bingung dengan pilihan yang sudah Mr.Lala ketik pada
slide. Mr. Lala mengatakan bahwa kita
adalah multilingual writer, kita
dapat menguasai L2. Kita harus bisa
membuktikan itu semua. Bagaimana cara
kita membuktikannya? Sedangakan pada kenyataannya bangsa Indonesia sangat
rendah dalam baca-tulis. Kita semakin
tertinggal, coba kita lihat orang luar mereka semua suka sekali membaca. Kata kuncinya adalah experience. Mari kita kembangkan literacy education.
Menurut Hyland (2004:4) writing is practice based on
expectataions: the reader’s chances of interpereting the writer’s purpose are
increased if the writer takes the trouble to anticipate what the reader might
be expecting based on previous text.
Jadi sangat complicated. Menurut
Hoey (2001) writer and reader same with dancers. Writer and reader saling berhubungan called art.
Pada buku Mikko Lehtonen
yang berjudul “The Cultural Analysis of
Texts”. Menjelaskan tentang hubungan
antara text, contex, reader, writer, dan meaning. Yuk Mari…
Text- Text itu apa ? Apakah kata yang sama
dengan angka-angka atau tanda-tanda pada sebuah kertas, televise atau layar lebar. Apakah teks sebagai bentuk fisik, seperti tinta,
kertas. Atau teks itu bentuk semiotic,
seperti kata-kata, gambar atau lagu.
Mari kita cari tahu apa yang sebenarnya yang terjadi? Ada dua dimensi teks,
yaitu fisik dan semiotic. Faktanya bahwa
keduanya saling terkait. Teks yang pasti
adalah bentuk fisik, tetapi ada dalam bentuk tersebut menjadi semiotic. Sebaliknya, apabila teks menjadi semiotic
hanya ketika memiliki bentuk fisik.
Jadi, menurut Lehtonen dalam bukunya pada halaman 81. Mengatakan bahwa, “Texts are communicative artefacts, in other words, human-produced
instruments of communication”. Teks
telah dihasilkan melalui bantuan dari berbagai teknologi, contohnya saja
seperti perpustakaan yang melestarikan teks pada microfilm, Elektronik Mail
dihasilkan oleh keyboard computer. Teks
juga dapat berupa tulisan, pidato, gambar, music atau symbol lainnya. Teks ditandai dengan 3 ciri, yaitu:
- Materiality
- Formal relations
- Meaningfulness
Semuanya saling
terhubung satu sama lain, yaitu sebagai semiotic. Sebagai semiotic, teks ditandai oleh
potential multiplicity dari meanings.
Context- Kedua
study Dick’s dan Kaplinski’s menyoroti fakta bahwa teks dan konteks dalam
hubungan imteraktif. Konteks adalah
co-teks untuk teks, tetapi teks saja tidak memiliki efek pada co-teks lain,
yang terkait dengan apa yang mereka baca. “ Context
can mean-depending on the context-such a variety of things that the
faint-hearted may shudder at the very thought”. Context mencakup semua fakrtor-faktor seperti
penulis dan pembaca membawa ke dalam proses pembentukan makna. Context mencakup semua hal berikut:
1.
Substansi (Menyampaikan teks)
2.
Music dan gambar
3.
Paralanguage (Perilaku, seperti kulitas suara, gerak tubuh,
ekspresi wajah, dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf)
4.
Situasi (sifat dan hubungan suatu objek dan orang yang
membaca)
5.
Co-teks (Teks yang mendahului atau mengikuti)
6.
Intertext (Teks yang sebagai milik wacana lain dengan adanya
pertimbangan)
7.
Participant (Niat dan interpretasi,suatu sikapnya)
8.
Fungsi (apa yang dimaksud oleh sebuah teks tersebut)
Context memainkan
peran yang penting dalam apa yang digambarkan sebagai “undersanding” dari sebuah teks.
Reader- Pembaca secara bersamaan hidup dalam beberapa kali
tumpang tindih dan tempat-tempat yang tidak selalu menentukan tempat. Para pembaca menciptakan makna mereka sendiri
dari sebuah bacaan yang mereka baca, bukan hanya sekedar beradaptasi dengan
member makna (meaning). Membaca termasuk
memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka
bersama-sama untuk membentuk sebuah makna.
Dari uraian class
review yang saya paparkan, dapat saya simpulkan bahwa writing itu sangatlah
penting bagi kita semua. Menulis itu
sebagian dari hidup kita. Untuk itu ada
hubungan antara teks dan pembaca, dan ini dapat dilihat dengan banyak
cara. Ternyata ada dua cara untuk
pendekatannya, yaitu ada pendekatan dengan pembaca dengan mekanisme formal, dan
teks yang bervariasi. Untuk itu, mari
kita sukai membaca dan menulis. Indahkan
dunia ini dengan tulisan kita. Focus!