Sang Ilmiah
Oleh
Fatimah
Complicated. Writing is so
complicated. Memeng menulis bukanlah perkara yang mudah dan instan, tetapi
membutuhkan kesabaran dan ketekunan disamping pendidikan yang menunjang gaya
bahasa dan isi sebuah teks. Menjadi penulis tidak secepat mearebus mie instan
sekali celup jadi. Namun perlu adanya latihan yang intens, melewati dan
merelakan tulisan kita di corat-coret oleh sang ahlinya. Hal tersebut dapat
meningkatkan kemampuan menulis kita, karena kita dapat belajar dari teks yang
telah di corat-coret tadi. Seperti proses bimbingan skripsi yang siap di beri
tanda silang di atas kertas kita.
Membaca berarti mencari informasi
dari teks yang kita baca. Menulis berarti memproduksi informasi untuk para
pembaca. Kedua proses tersebut sangat penting karena dapat mensejajarkan negara
kita dengan negara lain.
Kita dapat melihat negara yang
dulunya merupakan negara yang miskin namun sekarang dapat merajai dunia. Negara
tersebut adala negara Japan dan Korea. Jepang merupakan negara yang telah
hancuar karena ulah dari sekutu yang membombardir kota Hirosima dan Nagasaki.
Namun karena kegiatan baca-tulis sangat tinggi di kedua negara tersebut maka
tak heran kuat dan dapat seimbang bahkan lebih dari bangsa-bangsa Eropa. Bukan
hanya jepang dan korea tetapi china juga sangat berpengaruh terhadap pasar
global. Bnyak barang di indoneia yang bertuliskan made in china.
Korea juga merupakan negara yang
tingkat perkembangannya sangat pesat karena budata literasinya sangat tinggi.
Prestasi yang sangat mencengangkan adalah korea mampu menjadi produsen
smartphone yang paling banyak di pakai orang di dunia dengan nam Samsung.
Begitu juga di bidang transporasi mempunyai perusahaan penghasil mobil yang
bernama Hyundai dan KIA.
Apakah
Indonesia hanya menjadi penonton kesuksesan negara lain dan bertepuk tangan
senang? Masih banyak PR yang harus dikerjakan di negeri ini. budaya literasi di
indonesia masih rendah, dibuktikan dengan banyaknya pelanggar aturan di Negeri
ini. seperti orang membuang sampah di sungai padahal ia mengetahui bahwa yang
ia lakukan dapat menyebabkan banjir. Merokok di dalam ruangan paahal dalam
ruangan tersebut tertulis tulisan “No Smoking”.dari hal tersebut dapat di
simpulkan bahwa hal yang sangat kecil saja kita tidak dapat menerapkannya.
Orang seperti itu disbut illiter.
Aademic
wrtiting bersifat kaku, formal, impersonal, objectif, analitik. Mengapa jika
membaca buku pengetahuan atau pelajaran membuat kita bosan dan mengantuk jika
di bandingkan dengan membaca novel atau cerpen? Salah saty penyebabnya adalah
karena gaya bahasanya yang lebih kaku dan formal sedangkan novel atau cerpen
gaya bahasanya mudah di pahami untuk kalangan remaja. Salah satu faktor yang
ekali dibaca.
Selain
bahasanya yang kau dan formal tulisan akademik atau academic writing juga
mempunyai sifat objektif. Objektif dalam hal ini adalah menilai sesuatu yang
telah kita amati dengan penilaian yang sama dengan orang lain yang menilainya.
Jadi, sudah mempunyai standar tersendiri dalam menilai sesuatu. Contohnya
adalah batu yang mempunyai berat 1 kg dengan kapas yang mempunyai berat 1 kg
secara kasat mataa berbeda massa karena akan lebih banyak kapas dari pada batu.
Namun jika kita objektif kita akan bekata jika keduanya sama beratnya karena
dilihat dari massanya yang sama karena memakai standar timbnagan kg.
Dalam
hal literasi, kita sebagai pembaca perlu adanya critical thinking artinya bahwa
pembaca tidak akan menerima teks begiu saja. Bahwa kita harus berfikir kritis
terhadap suatu teks.
Writing
Are:
First,
writing adalah jalan untuk mengetahui suatu hal atau informasi. Second, wrting
juga sebuah cara untuk menyajikan ulang adan third suatu cara untuk
mereproduksi ilmu pengetahuan.
Menurut
Hyland 2004:4 menulis adalah prektek mengira-ngira atau menduga perubahan
pembaca dalam menginterpretasikan tujuan penulis naik jika penulis takes the
trouble untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin harapkan berdasarkan pada
teks sebelumnya telah dia baca pada jenis teks yang sama .
Menurut
Hoey (2001) seperti yang di kutip dalam Hayland(2004), mempersamakan pembaca
dan penulis untuk menari-nari mengikuti step satu dengan yang
lainnya.masing-masing pengumpulan makna dari teks oleh antisipasi apa persamaan
yang lainnya untuk membuat koneksi pada teks utama. Pada kata lain, menurut
Hyland penulis-pembaca membuat sebuah koneksi yang disebut Art.
Lehtonen
(2000) on Barthes. Dimana bahasa untuk saussure sebuah sistem penggambaran maknanya.
Barthes telah melihat aturan orang-orang yang telah mempraktekan aktifitas
bahasa seperti juga menjadi pusat dalam formasi makna.
Masih
menurut Lehtonen penulis bukan penulis sebelumnya untuk tindakan penulisan,
tetapi mengambil bentuk seperti one while writing. Barthes tentu saja mengumkan
teh death of author, tanda secara serempak he birth of the reader.
Pembaca
termasuk pilihan apa yang di baca, di olah dan penghubung mereka bersama dalam
order toform meaning, sebaik mungkin membawa pengetahun dari pembaca kedalam
teks.
Teks
dan pembaca tidak pernah keluar dengan bebas dengan lainnya. Tetapi faktanya
memproduksi yang lainnya. Pembaca naik pada nucleus pada formasi makna dan
pembaca menjadi tempat dimana makna terdapat di dalam nya.
Pendapat
Lehtonen tentang teks yaitu beliau
menjelaskan bahwa teks terbagi menjadi dua bagian , text as physical being and kedua
text as semiotic beings.kedua sisi ini saling berkaitan. Hal ini berguna
untuk mempelajari teks dan sudut ini, baik sebagai dalam fisik dan semiotik.
Dari
semua bentuk teks di karakterkan oleh tiga segi yaitu:
·
Materialy
·
Meaning fullness
Context
tidak selalu ada sebelum penulis atau teks. Perubahan masalah kontekstual
mungkin memiliki kekuatan yang mempengaruhi bagaimana kita membaca teks. Reader
yang mampu melihat apa yang ada dalam bacaan itu. Kemampuan ini merupakan
kemampu untuk melihat di balik teks. ketika pembaca mampu mengenali keberadaan
dari beberapa teks, maka ia menjadi pembaca berkualitas.
Meaning
menurut Saussare bahasa adalah suatu sistem yang memdefinisikan makna itu
sendiri. Barthes melihat peraturan seseorang yang melakukan practice linguistik
yang menjadi pusat adalah informasi makna.
Dari
pemaparan tersebut dapat kita simpulkan bahwa academic writing itu sangat
penting terhadap literasi di Indonesia. Meskipun academic writing bersifat kaku
dan enggan di baca oleh para remaja namun pada masa sekarang karya ilmiah
adalah suatu keharusan untuk kemajuan dalam bidang pendidikan.
Peran
komponen literasi seperti teks, context, meaning, reader dan writer saling
berkaitan. Dalam sebuah teks membahas tentang suatu informasi atau masalah yang
melihat atau mendapatkan maknna dari context text tersebut yang diproduksi oleh
writer dan di apresiasi oleh reader untuk di maknai.