Class Review 2
Susahnya menulis
(By
: Evi Alfiah)
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Mata Kuliah
Writing and Composition 4 juga masih menunjukkan keaktifannya. Senin, 10 Februari 2014 merupakan pertemuan
yang ke-3 di mata kuliah ini. Mr. Lala membawakan
materi lanjutan tentang writing di kelas TBI A, tepatnya tentang Academic Writing. Academic
Writing bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena di dalamnya
terdapat content yang sangat berbobot dan memiliki aturan-aturan tertentu.
Menulis academic
writing butuh ketelitian. Menulisnya
dipelukan pengetahuan yang luas, pemikiran yang kritis dan pemahaman yang baik
bagi penulis. Bahkan seorang penulis academic writing wajib memenuhi
tulisannya dengan bukti-bukti yang jelas yang merupakan hasil dari suatu
analisis yang konkrit. Bahasa yang
digunakan dalam menulis academic writing
juga formal sehingga penulis harus bisa menyampaikan tulisannya dengan baik.
Academic Writing
adalah penulisan yang dijalankan secara ilmiah atau saintific, dengan mengkaji secara teratur dan teliti suatu
persoalan. Penulisan academic writing berbeda dari
kaedah-kaedah penulisannya, seperti penulisan novel yang berasaskan khayalan
atau rekaan dan generalisasi dari sebuah pengalaman. Sedangkan kaedah ilmiah berasaskan
kepercayaan bahwa dimana suatu fenomena memiliki keterangan-keterangan
tertentu, yaitu tiap-tiap kesan mempunyai sebab. Keadah ini berdasarkan ide bahwa kesimpulan
hanya boleh diterima berdasarkan bukti.
Seorang penulis academic
writing harus mengumpulkan data yang disertai kebenaran (objektif), tidak
mengikuti kehendak pribadi. Untuk
menjadikan pengetahuan biasa menjadi ilmiah kita harus melalui jalan yang
panjang. Proses yang disebut sebagai
kaedah ilmiah dapat disusun seperti berikut:
1. Pengumpulan
data dan fakta
2. Pengamatan
data dan fakta
3. Pemilihan
data dan fakta
4. Penggolongan
data dan fakta
5. Kesimpulan
umum
6. Perumusan
hipotesis
7. Pengujian
terhadap hipotesis melalui kajian dan percobaan empiris
8. Penilaian,
menerima atau menolak atau menambah ataupun merubah hipotesis
9. Perumusan
dalil atau hukum ilmu pengetahuan
10. Perumusan
dalil atau hukum ilmu pengetahuan.
Adapun
ciri-ciri academic writing adalah (1)
menyampaikan fakta secara sistematik atau mengemukakan hukum alam kepada
situasi yang spesifik. (2) penulisannya cermat, tepat, benar dan tidak membuat
pengandaian. (3) tidak menulis untuk memenuhi kehendak golongan-golongan
tertentu. (4) penulis hanya menulis untuk memaklumkan tentang sesuatu dan tidak
bersifat prejudis. (5) penulisan academic
writing bersifat sistematik, konseptual dan mengikuti prosedur yang ada.
(6) menulis dengan jujur sesuai kebenaran yang ada. (7) penulisannya tidak
bersifat argumentative, persuasive.
Selain
cirri-ciri academic writing, berikut adalah langkah-langkah yang bisa digunakan
untuk menulis academic yaitu, (1) Merencanakan.
Sebagai kegiatan yang kompleks, menulis membutuhkan perencanaan dan yang
perlu diperhatikan adalah pengumpulan data, penentuan tujuan dan bentuk,
menentukan pembaca; (2) Menulis. Penulis harus siap dengan apa yang ia hendak
tulis. Dibutuhkan penulis yang berpengalaman dengan pengetahuan yang memadai;
(3) Merefleksikan. Tehnik yang sering
digunakkan oleh penulis, sebelum merangkum karangannya, penulis merefleksikan
apa yang sudah ia tulis. Kegiatan ini
dalam rangka perbaikan; (4) Merevisi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan
untuk menghasilkan tulisan yang baik.
Dari
pembahasan di atas sangat jelas bahwa tidak mudah untuk melakukan academic
writing. Untuk itu kelas Mr.Lala ini dibuat sedemikian rupa untuk melatih
mahasiswanya menjadi seorang penulis yang baik yang bertujuan untuk bekal para
mahasiswa dalam menulis akademik.
Seperti menulis skripsi contohnya untuk menempuh gelar S1. Dalam prespektif Mr.Lala, menulis adalah ‘a way of knowing’. Sebuah jalan pengetahuan untuk seorang
penulis, karena seorang penulis otomatis memiliki pengetahuan yang luas. ‘a way of representing something’. Sebuah jalan untuk representing sesuatu, dan ‘a way of reproducing’.
Menulis
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Betapa menulis itu sulit dan sangat menguras tenaga dan pikiran. Dalam menulis ada tiga aspek yang dapat
terbangun yaitu informasi, knowledge, dan experience. Dari ketiga aspek tersebut, experience-lah
yang paling diingat oleh penulis.
Bagaimana capeknya menulis, bagaimana proses ia menulis dan bagaimana
menaruh atau memasukan experience-nya ke dalam tulisannya juga bagaimana
seorang penulis harus mengolah pengetahuannya.
Seorang
penulis harus atau pasti memiliki karakter masing-masing. Diaharus memiliki cita rasa yang lain dari
pada yang lain. Di sinilah akan
terbangun sebuah tulisan yang akan membuat pembaca dapat memilih sesuai selera
dan gaya pembaca itu sendiri, karena tidak semua pembaca senang dan cocok pada
satu karya tulis. Terkait dengan
pembahsan karya tulis, dalam bunya Mikko Lehtonen (2000: 74) on Brathes
diterangkan apa itu text, contex, meaning,
dan reader. Lalu dijelaskan juga
hubungan antara masing-masing sub tersebut.
Teks
dalam bukunya Mikko Lehtonen terbagi menjadi dua kategori. (1) Text
as physical being and (2) Text as
semiotic beings. Seperti sering berkaitan dari ke dua sisi ini. Hal ini berguna untuk mempelajari teks dari
ke dua sudut ini, baik sebagai bahan fisik dan semiotic. Teks berbentuk fisik, tetapi mereka juga
berupa writing, speech, picture, music, atau symbol yang lainnya. Suatu yang pasti bahwa teks itu mengatur dan
mengkombinasikan symbol-simbol yang secara gambling untuk diartikan. Dari semua bentuk, teks dikarakterkan oleh
tiga segi, yaitu : Materialy, Formal
Relations, Meaningfulness.
Dalam
buku Lehtonen juga membahas tentang konteks sebenarnya conteks tidak selalu ada
sebelum penulis atau teks. Perubahan
masalah kontekstual mungkin memiliki kekuatan yang mempengaruhi bagaimana kita
membaca sebuah teks. Konteks sebuah teks
dapat berupa struktur social yang
umum. Konteks termasuk semua factor yang
writer dan reader bahwa menjadi sebuah proses informasi makna.
Berlanjut
pada pembahasan reader pada bukunya
Lehtonen. Reader merupakan orang yang
mengapresiasikan penulis. Tulisan
sebagai wadah dari apresiasi penulis dan di sini reader berperan. Berbicara tentang reader pasti ada peranan
seorang writer. Writer merupakan
sesorang yang menuangkan sebuah tulisan yang memiliki karakter sendiri dan
pengetahuan yang menunjang tulisannya.
Setelah
pembahasan di atas mengurai tentang teks, conteks, meaning, reader dan writer,
maka terciptalah suatu hubungan yang sangat erat dari kelima sub tersebut. Bahasa dalam pemakaiannya (teks) merupakan
fenomena social, tidak ada teks tanpa konteks.
Teks dan konteks merupakan semiotic konstrual dengan hubungan timbale
balik : bahasa menentukan konteks social dan pada gilirannya konteks social
membentuk teks. Hubungan tersebut
otomatis bersinggungan dengan seorang reader yang mengolah teks tersebut
sebagai nutrisi pengetahuan. Setelah itu muncullah peran seorang penulis
(writer) yang menghadirkan sebuah teks.
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa menulis bukanlah sesuatu yang mudah
untuk dilakukan. Di dalamnya butuh
keterampilan dan kemampuan khusus.
Penting juga memahami unsure dari menulis itu sendiri serta mampu
mengolah pengetahuan untuk menunjang tulisannya.