Class Review 2



Kemauan untuk Menulis
By: Anisa
 
Jam terus berdetak, menit silih berganti, waktu terus berjalan. Hati ku tak kuasa menanti kehadirannya.  Ku melihat pak Mumu sedang memberikan tausiyah kepada kami. Entah mengapa aku tak begitu menghiraukan apalagi tersihir dibuat oleh pak Mumu. Pikiranku hanya terlintas padanya, tiada hentiku memikirkannya. Singkat cerita pak Mumu keluar, dan tak beberapa lama Pak Lala orang yang kutunggu akhirnya datang. Start saat memasuki dunia penuh haru. Mata dan telinga mengikuti alunan gayanya semua tertuju padanya. Dialah aktor yang mengagumkan dalam dunia pembelajaran.

Inilah jalan cerita yang bisa ku ambil dari pembelajarannya. Masyakat Indonesia lebih statistik dan tidak kritis. Setiawan mengemukakan pendapatnya bahwa manusia sudah mulai berfikir krisis. Ini dibuktikan dengan adanya uptade atau yang biasa akrab didengar update status dalam sebuah jejaring sosial. Menulis bukan hanya secara formal, dengan adanya media jejaring sosial sedikit demi sedikit masyakat sudah bisa menulis dan membiasakan dirinya dalam menulis. Walaupun  hanya dalam media jejaring sosial setidaknya masyakat sudah mau menulis. Dengan hal ini diharapkan masyakat sudah mampu untuk krisis.
Pada pandangan saya disini menulis tidak hanya sekedar menulis, bila kita lihat tulisan pada update an itu, itu sama saja kita berbicara namun hanya berbeda tempat saja sebab yang bernama update itu selalu menyangkut pada aktivitas yang dilakukan. Sedang menulis disini yang dituju yaitu mengenai tulisan akademik, dan itu sudah jelas berbeda sebab pada tulisan akademik itu pasti melipu formal, impersonal, evidement dan synstematic. Sedang dalam sebuah update apa mungkin semua itu tercantum?
Kemudian disini ada critical thingking atau berfikir kritis. Pada kretikal ini banyak hal-hal yang perlu diperhatikan seperti, relating to after next. Berserta you will not take a teks for graduade. Ini termasuk ke dalam contoh-contoh yang relafan dalam berfikir krisis. Dalam writing juga disebutkan dalam tiga katagori yaitu: (1) a way of knowing something. (2) a way of refresanting something. (3) a way of reproducting something. Dari ketiga kata kotagori diatas kata something selalu disebut-sebutkan, mengapa demikian. Karena itu semua merupakan bentuk dari informasi, pengetahuan dan eksperien.
Kata Pak Lala orang yang mampu mencapai nilai A dalam mata kuliah writing 4, berarti dia adalah orang yang mampu menemukan sesuatu. Selain harus menemukan sesuatu, dituntut harus bisa menjadi multilingual writer. Dalam prefektif Pak Lala kita semua adalah multilingual writer, yaitu orang yang bisa menulis dengan efektif dalam dua bahasa. Bertujuan sebagai pembaca krisis di kedua bahasa. Mampu mengubah diri mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa yang menulis yang dapat membuat informasi hidup. Menulislah sebagai bagian dari hidupmu yang bisa mengubah dunia. Jadi kita bukan hanya sebagai bangsa yang pembaca yang kritis, tapi juga bisa menulis.
Dari ketiga katagori tersebut sudah pasti eksperimenlah yang paling berperan dalam hal ini. Pengalaman adalah sumber dari berbagai ilmu dan tentunya leebih mudah melekat dalam ingatan kita. Dengan pengalaman kita banyak pengetahuan dan mampu memberikan pelajran tersebut kepada orang lain. Bahkan ada istilah pengalaman adalah guru terbaik untuk kita. Olehn karena itu mengalaman dijadiakan sebagai hal yang paling menonjol disini. Banyak pelajaran yang mampu kita ambil dari sebuah pengalaman, apa yang membedakan kita dengan orang lain. Jikalau bukan penglaman yang akan mengajari kita tentang hidup.
Kita juga membahas tentang literasi pada pendidikan yang kemudian yang bertaut pada writing and reading. Dimana ada pendidikan disitu akan banyak kita jumpai denga namanya menulis dan membaca. Mengapa demikian? Karena dikurikulum yang dulu pendidikan standar untuk memenuhuhi tantangan hidup cukuplah dengan membaca dan menulis. Setiap belajar kita akan akan disuguhkan dengan menulis dan membaca. Dengan membaca kita bisa memahami sebuah tulisan. Kemudian dengan menulis itu menandakan kita mampu memahami sebuah bacaan. Seseorang yang bisa menulis sudah pasti dia bisa membaca.
Menurut Hyland, tulisan begitu rumit. Menulis adalah praktik yang didasarkan atas harapan, peluang pembaca serta mampu menafsirkan maksud penulis. Mengingatkan jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang dibaca. Menurut Hoey (2001), seperti yang telah dikutip oleh Hyland  (2004). Beliau mengibaratkan penulis-pembaca sebagai penari, dan untuk mengikuti langkah masing-masing setiap rasa perakitan dari sebuah teks dengan mengantrisipasi apa yang lain kemungkinan akan dilakukan dengan membuat berbagai koneksi ke dalam teks.
Penulis-pembaca adalah penari itu saling melengkapi satu sama lain. Saling membantu juga berjalan seirama. Jika kita menulis dengan sasaran yang sama, maka kita enulis sesuai dengan pengetahuan yang sama pula serta menulis juga harus keindahan dalma setiap kata atau bahasa. Dengan demikian, bagi seorang penulis, pembaca harus mampu membuat sambungan yang di sebut dengan seni. Apa yang sudah dibaca kemudia ditulis dengan gaya bahasa yang kreatif itu merupakan suatu seni tersendiri yang ad dan muncul dalam diri kita sendiri. Itu merupakan ciri khas yang akan membedakan penulis satu dengan penulis lainnya.
Kesimpulan   
Dari semua pembahasan diatas intinya adalah kemampuan kita untuk mengelola sebuah tulisan dan bacaan. Apabila kita mampu menulis berarti kita sudah mampu untuk berfikir kritis. Tulisan atau bacaan mampu membuat kita menggali semua ilmu pengetahuan yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Karena ketika kita lupa akan tulisan atau bacaan kita menulis itu membuat pengetahuan kita menjadi lebih hafal. Dengan membuka tulisan dan membaca kita bisa lebih memahami sebuah tulisan atau ilmu dengan lebih mantap.  Jadi kita harus mampu mencapai tujuan menjadi seorang yang multilingual writer. Seperti apa yang menjadi keinginan kita sejak sekarang dan seterusnya. Selalu berusaha untuk bisa menjadi pmbaca yang krisis dan penulis yang multilingual.






By: ANISA PBI A/4


Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment