class review: “2014: Menjamah Kembali Dunia Writing”



2014: Menjamah Kembali Dunia Writing”
(By: Endang Siti Nurkholidah)

Pada tahun ini, pada pertemuan kali ini dan pada semester ke 4 ini, tepatnya kita akan kembali menjamah zona yang penuh dengan tantangan. Tangtangan yang lebih berat dari sebelumnya. Jari jemari yang akan semakin bergoyang di atas kertas putih. Pemikiran yang akan diperas keras dari sebelumnya. Mata yang akan lebih jeli dari sebelumnya. Serta ide-ide brilian yang akan muncul lebih banyak dari sebelumnya.
WRITING ZONE!!!! Itulah zona yang akan kita jamah bersama-sama. Dunia dimana lebih banyak merangkai kata demi kata. Pada dunia writing kali ini akan berbeda dari sebelumnya, bahkan lebih super duper amazing. Karena tantangannyapun semankin meningkat, begitupun dengan levelnya.
Menjamah dunia writing yang sangat berliterasi memang sangat jarang sekali orang yang menyukainya. Hanya sebagian orang, bahkan hanya orang-orang terpilih saja yang menyukainya. Mungkin banyak sekali alas an mengapa orang-orang jarang menyukai menulis. Kemalasan salah satunya. Termasuk mahasiswa yang merasa menulis adalah sesuatu hal yang sulit untuk dijalani. Padahal pada zaman serba modern ini menulis sangatlah penting, karena untuk mendapatkan beasiswapun kita dituntut untuk bisa menghasilkan karya tulis seperti essay ataupun jurnal.
Menjamah dunia writing sepertinya diwajibkan bagi semua orang, apalagi bagi mahasiswa seperti kita ini. Seringkali kita sebagai mahasiswa dituntut untuk bisa menulis dan menghasilkan sebuah karya yang dapat kita banggakan.
Seperti yang telah bapak Chaedar Alwasilah utarakan bahwasannya sebuah literasi harus dimiliki pada setiap pribadi orang. Orang berliterasi sangatlah luar biasa dan jarang sekali literasi itu melekat pada semua orang. Maka dari itu, perlu kita ketahui bahwasannya menulis dan membaca termasuk pada bagian dari literasi. Membudayakan literasi pada
Dosen kita yang sangat super sekali pun mengatakan bahwa belum tentu orang yang pintar bisa menulis dan menghasilakn karya tulis. Akan tetapi orang yang bisa menghasilkan karya tulis ialah orang yang dapat disebut pintar dan luar biasa. Jadi literasi patut kita budayakan sejak dini, sebelum semuanya terlambat dan tenggelam oleh zaman yang serba modern ini.
Berlanjut pada pembahasan selanjutnya……
Pada pertemuan pertama writing 4 ini sedikit berbeda. Writing pada kali ini lebih condong ke academic writing yang memerlukan konsentrasi yang sangat besar. Pekerjaan dan perjuangan kami di writing 4 ini sudah dimulai dari sekarang. Kita disini dituntut untuk selalu mempersiapkan bekal dan mental untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sudah di depan mata, agar kita tidak tertinggal  dan terseret oleh tantangan itu.
Pada pertemuan pertama ini, kita seakan-akan baru terbangun dari tidur yang sangat lelap lalu dituntut untuk bersiap-siap berlari menghadapi rintangan yang ada dipelupuk mata. Mr Lala Bumela yang telah menyadarkan kami dari kenikmatan sesaat. Tentu saja kamipun siap menghadapi tantangan yang akan beliau berikan. As usual, Mr Lala memberikan SAP dan menjelaskan satu persatu point-point yang terpenting. Selain itu beliau menjelaskan aturan main dalam kelas writing ini. Tentu saja sudah tidak aneh bagi kami menghadapi aturan yang beliau terapkan.
Suasana kelaspun berubah seketika ketika Mr Lala memberitahukan posisi kelas kami (PBI A) yang menempati posisi terendah diantara kelas-kelas lain. Menempati posisi keempat yang hanya memiliki rata-rata nilai 69.05. sangat miris sekali tertinggal jauh dengan kelas lain. Tapi score itu menyadarkan bahwa kami harus menjaga kekompakan kelas dan mempertahankan mutu kelas kita yang sebelumnya berada diposisi atas.
Besides that, Mr Lala menjelaskan tentang A highlight on writing 4 course ini. Diantaranya bagaimana kita menulis pada second language dan ini merupakan tantangan terberat. Menurut beliau first language adalah pondasi kita untuk berbahasa asing atau ketika kita ingin menulis sebuah karya tulis dalam bahasa asing, alangkah lebih baiknya gunakan first language untuk mengembangkan ide-ide yang muncul dalam otak kitaa yang akan dituangkan dalam kary tulis itu. Jadi bisa dikatakan first language adalah pondasi untuk second language.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Hyland pada tahun 2003 dan 2004 bahwasannya
“Even for those who speak English as a first language, the ability to write effectively is something that requires exensive and specialized instruction”
 Memang sangat benar sekali apa yang dikatakan oleh Hyland di atas. Pada dasarnya ketika kita terbiasa menggunaka sebuah bahasa, maupun itu bahasa asing. Pasti akan mempermudah juga untuk menulis atau menciptakan karya tulis yang baik dan berkualitas, meskipun menggunakan bahasa asing.
Well, tiba-tiba saya teringat pada pembahasan yang dituturkan oleh Mr Lala. Beliau mengatakan bahwa writing kali ini lebih condong ke academic writing yang bersifat lebih formal, impersonal, objective, systematic, evidence based dan akan terkesan kaku. Jadi pada academic writing ini tidak bisa menggunakan bahasa yang flowery seperti sebelumnya. Selain itu juga akan membahas bagaimana Antropologists on writing. Tentu saja aka menyangkut budaya-budaya yang ada dipenjuru dunia akan tetapi ada kaitannya dengan writing.
Memang dunia writing sangatlah luas dan banyak kaitannya dengan aspek-aspek lain. Seperti dengan antropologis yang membahas tentang budaya. Menjamah dunia writing sangatlah penting dan alangkah lebih baik sambil diamalkan bahkan dipraktekan dalam kehidupan. Writing sangatlah penting dan bisa membawa kita kepada dunia yang lebih terang dan berhaja. Writing juga dapat mempengaruhi segalanya. Dalam era ini semua penilaian bisa dilihat dari aspek writing juga. So, mari budayakan menulis, karena menulis dapat merubah dunia.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment