HIJRAH TULISAN
(By: Fitriatuddiniyah)
Class review kali ini berjudul “Hijrah Tulisan” yang memiliki cerita
tersendiri. Hijrah berarti pindah dari suatu
tempat ketempat lainnya. Hubungannya dengan
tulisan adalah perpindahan tulisan kita yang dulu di dunia sastra, kini di
dunia akademik yang akan kita cintai.
What is academic writing?
Academic writing pada dasarnya adalah menulis atau tulisan yang
harus kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan akademik. Ada banyak jenis academic writing yang
berbeda dalam bahasa Inggris. Seperti
yang ada dalam silabus Mr. Lala yang mungkin berbeda untuk tugas academic
writing, seperti essay, paper, research paper, term paper, argumentative
paper/essay, analysis paper/essay, informative paper, position paper, tetapi semua
tugas itu mempunyai tujuan dan dasar yang sama.
Berbicara tentang teaching orientation yang pernah Mr. Lala sampaikan
bahwa academic writing itu bersifat formal, impersonal, evidence based,
objective, systematic, and analytical.
Formal dalam academic writing berarti pembacanya adalah parasarjana,
dan yang berada di dunia akademik. Tidak
seperti non-academic yang biasanya digemari oleh para pembaca dalam lingkungan sekitar
seperti teman, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Isi dalam tulisan akademik pun berupa pemikiran
yang yang serius dan pasti, sedangkan isi tulisan non-academic bersifat percakapan.
Impersonal berarti tidak hanya mengenai orang tertentu saja atau bersifat
terbatas. Maka point of view dalam
academic writing adalah impersonal yang bersifat umum dan luas. Contohnya seperti, “This essay attemps to…”
bukan personal yang bersifat pribadi dan terbatas, seperti “In my essay I will
attempt to…”. Selain impersonal, dalam point of view academic writing lebih objektif
sesuai dan tepat sasaran, baik dalam isi maupun tujuan penulisan.
Dalam academic writing, isi tulisan tersebut tidak hanya sekedar penggambaran
atau pengekspresian ide, gagasan yang timbul dalam fikiran tanpa kebenaran yang
pasti. Namun, content atau isinya adalah evidence based atau berdasarkan fakta-fakta
dan kenyataan yang ada dan terjadi, juga adanya bukti dan keterangan yang
jelas.
Selain itu, academic writing bersifat analytical dan systematic. Maksudnya adalah dalam tulisan tersebut harus
sistematis baik vocabulary atau pemilihan kata-katanya, struktur tata bahasa
(Grammatical), maupun susunan kalimatnya harus jelas dan tepat. Contohnya dengan menggunakan full form:
“There is…” bukanlah short forms: “There’s…”
vocabulary yang digunakan pun lebih ringkas, contohnya sperti, “… the
focus on…” bukan informal vocabulary, seperti “…talks about…”. Jika dilihat dari segi tata bahasa
(Grammatical), academic writing
menggunakan passive voice dimana objeknya dikenai pekerjaan, bukanlah active
voice. Selain itu juga menggunakan
nominal groups (verbs made into nouns), contohnya seperti; “The application
(noun) of the results needs to be
carefully considered…”, bukanlah menggunakan pronoun, seperti: “We need to
carefully consider how we apply the results…”. (Liz Hampp-Lyons)
Teaching orientations selanjutnya yaitu
mengenai Critical thinking, seperti:
1.
You will not take a text for guaranteed
2.
Relating to other texts
3.
Using rich point of view
Ayat-ayat menulis versi Mr. Lala:
a.
A way of knowing something
b.
A way of representing something
c.
A way of reproducing something
“Something” disini tidak hanya sesuatu yang biasa saja, melainkan berisi
informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang bermakna. Pengalamanlah yang memiliki peran penting dan
berarti dalam hal apapun, terutama menulis.
Menit berlari,
dan pembahasanpun berganti mengenai literasi.
Literasi menjadi mantra yang sangat besar dalam kehidupan dan peradaban kita,
dan kompetensi literasi kita itu dibangun dengan pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman memiliki peran penting
dan besar dalam berliterasi. Puncak dan goalnya
literasi pendidikan adalah Empowerment, kekuatan yang sangat besar dalam
segala hal. Literasi yang gagal disebut illiterate. Bagaimanakah literasi yang gagal (illiterate)
itu? Untuk memahaminya lebih jelas adalah dengan contoh seperti membuang sampah
sembarangan yang jelas-jelas sudah ada peringatan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”,
menyalib kendaraan lain dari arah kiri, padahal sudah tahu perundang-undangan tentang
tertib lalu lintas, dan contoh lain sebagainya.
Pembaca dan penulis
itu hubungannya disebut reborn, dimana penulisan akan hidup kembali ketika
ada pembaca. Teks itu seperti kuburan
dan makhluk tak bernyawa, namun ketika ada yang membacanya teks tersebut pun
kembali hidup dan bangkit. Apalagi bagi
mereka yang memiliki critical reader, dia akan menghidupkan kembali dan
merevolusi teks tersebut sesuai kemampuannya.
Dan teks itu ditakdirkan untuk pembaca.
Pembahasan
selanjutnya yaitu mengenai menulis dan membaca.
Menurut Hyland (2004:4), menulis adalah praktek yang didasarkan pada
harapan: peluang pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil
kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan
pada teks-teks sebelumnya ia telah membaca dari jenis yang sama.”
Penulis dan
pembaca = Penari?
Menurut Hoey
(2001), seperti dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan
penulis seperti penari yang mengikuti langkah-langkah masing-masing, setiap
rasa perakitan dari teks dengan mengantisipasi hal lain yang kemungkinan akan
dilakukan dengan membuat koneksi teks sebelumnya. Dengan kata lain, bagi saya penulis-pembaca
membuat sambungan disebut seni.
Lehtonen
(2004:74) pada Barthes
Dimana bahasa
Saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan sendiri maknanya, Barthes
melihat peran orang-orang yang berlatih dengan aktivitas linguistic sebagai
juga menjadi pusat dalam pembentukan makna.
Penulis bukanlah seseorang yang sebelumnya melakukan tindakan penulisan,
tetapi mengambil bentuk salah satunya ketika menulis. Barthes memang menyatakan kematian penulis,
sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen lebih
jauh berpendapat bahwa pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan membaca
menjadi tempat dimana makna dimiliki.
Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain,
tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama lain.
Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan
menghubungkan mereka bersama-sama dalam rangka membentuk
makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.
Lehtonen
mengungkapkan bahwa:
§ Teks
Teks
adalah artefak-artefak yang berbicara, dengan kata lain, alat-alat komunikasi
yang dihasilkan oleh manusia. Sebagai
artefak, teks telah diproduksi/dihasilkan melalui bantuan berbagai teknologi.
Teks
bisa dalam bentuk tulisan, pidato, gambar, musik atau symbol lainnya. Point utamanya adalah mereka merupakan kombinasi
symbol yang ada dan diatur secara relative terlihat menjadi agak lebih jelas
dan tegas.
§ Konteks
Konteks
merupakan bagian dari teks. Konteks ada
sebelum penulis (author) atau teks, namun konteks tidak akan ada diluar
mereka. Konteks dan teks selalu ada
secara bersamaan. Bagaimanapun,
kebersamaan ini selalu berarti di dalam teks
§ Pembaca
Menurut
lehtonen, teks dan pembaca tidak pernah bisa berdiri sendiri, artinya keduanya
itu saling berhubungan satu sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama
lain. Teks tanpa pembaca tetap teks,
tapi tidak akan ada pembaca tanpa adanya teks.
Oleh karena itu, teks dan pembaca saling mempengaruhi satu sama lain,
karena teks tanpa pembaca, maka hanya akan sebagai lembaran yang tak bermakna.
§ Makna
Makna
merupakan hal yang ingin disampaikan penulis pada pembaca. Makna juga merupakan hal yang didapat atau
diciptakan oleh pembaca dari teks.
Pembaca pun berperan untuk membangun makna yang hendak disampaikan oleh
penulis dalam teks tersebut.
Dari
semua pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tulisan yang cemerlang sangat
tergantung pada kemampuan membaca yang gemilang. Untuk menjadi penulis yang berprestasi harus
membaca banyak, namun orang yang membaca banyak belum tentu pandai
menulis. Oleh karena itu, baca-tulis (literasi) harus berbanding lurus dan
seimbang untuk mencapai prestasi.
Menjadi mahasiswa (calon sarjana) harus mampu memiliki kemampuan
membaca-menulis, dan mengapresiasikannya dengan menciptakan karya tulisan yang
tidak hanya sebagai bentuk bakti kepada masyarakat, melainkan untuk mengeksplor
siapa diri kita dan mengembangkan potensi diri, juga memiliki kemampuan dalam
membentangkan sayapnya dalam berliterasi.
Tulisan cemerlang hasil dari membaca gemilang.