class review 2



HIJRAH TULISAN
(By: Fitriatuddiniyah)

Class review kali ini berjudul “Hijrah Tulisan” yang memiliki cerita tersendiri.  Hijrah berarti pindah dari suatu tempat ketempat lainnya.  Hubungannya dengan tulisan adalah perpindahan tulisan kita yang dulu di dunia sastra, kini di dunia akademik yang akan kita cintai.
What is academic writing?
Academic writing pada dasarnya adalah menulis atau tulisan yang harus kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan akademik.  Ada banyak jenis academic writing yang berbeda dalam bahasa Inggris.  Seperti yang ada dalam silabus Mr. Lala yang mungkin berbeda untuk tugas academic writing, seperti essay, paper, research paper, term paper, argumentative paper/essay, analysis paper/essay, informative paper, position paper, tetapi semua tugas itu mempunyai tujuan dan dasar yang sama.

Berbicara tentang teaching orientation yang pernah Mr. Lala sampaikan bahwa academic writing itu bersifat formal, impersonal, evidence based, objective, systematic, and analytical.
Formal dalam academic writing berarti pembacanya adalah parasarjana, dan yang berada di dunia akademik.  Tidak seperti non-academic yang biasanya digemari oleh para pembaca dalam lingkungan sekitar seperti teman, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.  Isi dalam tulisan akademik pun berupa pemikiran yang yang serius dan pasti, sedangkan isi tulisan non-academic bersifat percakapan.
Impersonal berarti tidak hanya mengenai orang tertentu saja atau bersifat terbatas.  Maka point of view dalam academic writing adalah impersonal yang bersifat umum dan luas.  Contohnya seperti, “This essay attemps to…” bukan personal yang bersifat pribadi dan terbatas, seperti “In my essay I will attempt to…”. Selain impersonal, dalam point of view academic writing lebih objektif sesuai dan tepat sasaran, baik dalam isi maupun tujuan penulisan.
Dalam academic writing, isi tulisan tersebut tidak hanya sekedar penggambaran atau pengekspresian ide, gagasan yang timbul dalam fikiran tanpa kebenaran yang pasti. Namun, content atau isinya adalah evidence based atau berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang ada dan terjadi, juga adanya bukti dan keterangan yang jelas. 
Selain itu, academic writing bersifat analytical dan systematic.  Maksudnya adalah dalam tulisan tersebut harus sistematis baik vocabulary atau pemilihan kata-katanya, struktur tata bahasa (Grammatical), maupun susunan kalimatnya harus jelas dan tepat.  Contohnya dengan menggunakan full form: “There is…” bukanlah short forms: “There’s…”  vocabulary yang digunakan pun lebih ringkas, contohnya sperti, “… the focus on…” bukan informal vocabulary, seperti “…talks about…”.  Jika dilihat dari segi tata bahasa (Grammatical),  academic writing menggunakan passive voice dimana objeknya dikenai pekerjaan, bukanlah active voice.  Selain itu juga menggunakan nominal groups (verbs made into nouns), contohnya seperti; “The application (noun) of the results needs  to be carefully considered…”, bukanlah menggunakan pronoun, seperti: “We need to carefully consider how we apply the results…”. (Liz Hampp-Lyons)
Teaching orientations selanjutnya yaitu mengenai Critical thinking, seperti:
1.      You will not take a text for guaranteed
2.      Relating to other texts
3.      Using rich point of view

Ayat-ayat menulis versi Mr. Lala:
a.       A way of knowing something
b.      A way of representing something
c.       A way of reproducing something

“Something” disini tidak hanya sesuatu yang biasa saja, melainkan berisi informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang bermakna.  Pengalamanlah yang memiliki peran penting dan berarti dalam hal apapun, terutama menulis.
Menit berlari, dan pembahasanpun berganti mengenai literasi.  Literasi menjadi mantra yang sangat besar dalam kehidupan dan peradaban kita, dan kompetensi literasi kita itu dibangun dengan pengalaman.  Oleh karena itu, pengalaman memiliki peran penting dan besar dalam berliterasi.  Puncak dan goalnya literasi pendidikan adalah Empowerment, kekuatan yang sangat besar dalam segala hal.  Literasi yang gagal disebut illiterate.  Bagaimanakah literasi yang gagal (illiterate) itu? Untuk memahaminya lebih jelas adalah dengan contoh seperti membuang sampah sembarangan yang jelas-jelas sudah ada peringatan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”, menyalib kendaraan lain dari arah kiri, padahal sudah tahu perundang-undangan tentang tertib lalu lintas, dan contoh lain sebagainya.
Pembaca dan penulis itu hubungannya disebut reborn, dimana penulisan akan hidup kembali ketika ada pembaca.  Teks itu seperti kuburan dan makhluk tak bernyawa, namun ketika ada yang membacanya teks tersebut pun kembali hidup dan bangkit.  Apalagi bagi mereka yang memiliki critical reader, dia akan menghidupkan kembali dan merevolusi teks tersebut sesuai kemampuannya.  Dan teks itu ditakdirkan untuk pembaca.
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai menulis dan membaca.  Menurut Hyland (2004:4), menulis adalah praktek yang didasarkan pada harapan: peluang pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan pada teks-teks sebelumnya ia telah membaca dari jenis yang sama.”
Penulis dan pembaca = Penari?
Menurut Hoey (2001), seperti dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis seperti penari yang mengikuti langkah-langkah masing-masing, setiap rasa perakitan dari teks dengan mengantisipasi hal lain yang kemungkinan akan dilakukan dengan membuat koneksi teks sebelumnya.  Dengan kata lain, bagi saya penulis-pembaca membuat sambungan disebut seni.
Lehtonen (2004:74) pada Barthes
Dimana bahasa Saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan sendiri maknanya, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih dengan aktivitas linguistic sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan makna.  Penulis bukanlah seseorang yang sebelumnya melakukan tindakan penulisan, tetapi mengambil bentuk salah satunya ketika menulis.  Barthes memang menyatakan kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen lebih jauh berpendapat bahwa pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat dimana makna dimiliki.  Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama lain.  Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama dalam rangka membentuk makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.
Lehtonen mengungkapkan bahwa:
§  Teks
Teks adalah artefak-artefak yang berbicara, dengan kata lain, alat-alat komunikasi yang dihasilkan oleh manusia.  Sebagai artefak, teks telah diproduksi/dihasilkan melalui bantuan berbagai teknologi.
Teks bisa dalam bentuk tulisan, pidato, gambar, musik atau symbol lainnya.  Point utamanya adalah mereka merupakan kombinasi symbol yang ada dan diatur secara relative terlihat menjadi agak lebih jelas dan tegas.
§  Konteks
Konteks merupakan bagian dari teks.  Konteks ada sebelum penulis (author) atau teks, namun konteks tidak akan ada diluar mereka.  Konteks dan teks selalu ada secara bersamaan.  Bagaimanapun, kebersamaan ini selalu berarti di dalam teks
§  Pembaca
Menurut lehtonen, teks dan pembaca tidak pernah bisa berdiri sendiri, artinya keduanya itu saling berhubungan satu sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama lain.  Teks tanpa pembaca tetap teks, tapi tidak akan ada pembaca tanpa adanya teks.  Oleh karena itu, teks dan pembaca saling mempengaruhi satu sama lain, karena teks tanpa pembaca, maka hanya akan sebagai lembaran yang tak bermakna.
§  Makna
Makna merupakan hal yang ingin disampaikan penulis pada pembaca.  Makna juga merupakan hal yang didapat atau diciptakan oleh pembaca dari teks.  Pembaca pun berperan untuk membangun makna yang hendak disampaikan oleh penulis dalam teks tersebut.

Dari semua pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tulisan yang cemerlang sangat tergantung pada kemampuan membaca yang gemilang.  Untuk menjadi penulis yang berprestasi harus membaca banyak, namun orang yang membaca banyak belum tentu pandai menulis.  Oleh karena itu, baca-tulis (literasi) harus berbanding lurus dan seimbang untuk mencapai prestasi.  Menjadi mahasiswa (calon sarjana) harus mampu memiliki kemampuan membaca-menulis, dan mengapresiasikannya dengan menciptakan karya tulisan yang tidak hanya sebagai bentuk bakti kepada masyarakat, melainkan untuk mengeksplor siapa diri kita dan mengembangkan potensi diri, juga memiliki kemampuan dalam membentangkan sayapnya dalam berliterasi.  Tulisan cemerlang hasil dari membaca gemilang.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment