class review II (Katanya) Menulis Akademik



(Katanya) Menulis Akademik
(by. Endah Jubaedah)

          Rangkaian kata dalam tulisan memang tidak akan pernah usai atau hilang dari pandangan menulis; bagaimana tidak?  Menulis adalah salah satu kegiatan berliterasi dan pentransferan ilmu dalam permainan kata-kata, yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah kalimat dan pembentukan kalimat yang lebih luas dalam paragraf atau teks.  Semakin berkembangnya zaman, pertumbuhan menulis banyak mengalami perubahan berkenaan dengan pengetahuan menulis.  Salah satu contoh konkret, yakni dengan munculnya menulis secara scientific atau yang biasa dikenal dengan menulis akademik.

            Sesungguhnya menulis secara akademik tak terlalu jauh berbeda dengan menulis secara umum, meskipun keduanya memang memiliki perbedaan.  Namun tujuan dari tulisan itu sama, yaitu memberikan informasi lewat tulisan.  Hanya saja penggunaan kata dan isi tulisan yang membedakan jenis tulisan, sehingga pembaca memahami dan dapat membedakan materi tulisan sesuai porsi bacaan.
            Oleh karena itu menjadi seorang multi lingual writing yang efektif , yaitu menulis dalam dua bahasa untuk memudahkan pembaca penting terpenuhi.  Selain itu, seorang multi lingual writing dapat menciptakan benih-benih student of writing dari keterlenaan student of language.  Informasi yang ia dapatkan dapat diubah dengan tepat berdasarkan pemikiran yang cerdas, ini sebagai bentuk kesuksesan dari pengaruh seorang penulis.  Mampu memengaruhi pembaca adalah pintu pembuka dunia bagi para penulis.
            Ke-kompleksan dalam menulis adalah salah satu cara yang harus diciptakan oleh kemampuan sang  penulis, tujuannya agar tulisan yang kita produksi bernilai emas.  Lalu, apa sajakah sifat kompleks dalam menulis itu? Pengikat pertama bagaimana cara mengetahui sesuatu; menjadi keharusan dalam sebuah tulisan mengandung informasi ini.  Kedua cara untuk mempresentasikan sesuatu, yang terakhir adalah cara untuk memproduksi sesuatu. Dasar yang wajib terkandung sebagai tanda tulisan yang kompleks.
            Tersirat sudah bahwa memproduksi sebuah karya tulis tidaklah semudah kita berbicara, atau bebas mengeluarkan kata-kata yang bahkan yang kita sukai.  Dibutuhkan bahan pokok yang sangat perlu disediakan sebelum memproduksi; penggalian informasi memerlukan lubang galian lebih banyak dan dalam, pemusnahan budaya ngerumpi harus segera terealisasi dan mengganti dengan budaya membaca.  Kemudian pengetahuan yang seyogyanya tak henti dicari dan diterapkan sesuai ukurannya, pengetahuan dari segala pengetahuan yang begitu luas.  Pengalaman pun tak kalah penting sebagai penunjang keluasan materi menulis, pengalaman seseorang adalah informasi yang rasanya akan berbeda dengan yang lainnya karena sifatnya yang begitu pribadi atau mewakili aspek-aspek lainnya karena sifatnya yang begitu pribadi.
            Jelas, bahan pokok; informasi, pengetahuan, dan pengalaman adalah kebutuhan yang harus ada dalam pertumbuhan tulisan.  Inilah bagaimana menulis begitu penting atau dianggap lebih penting dari aspek lainnya, menulis mencakup berbagai aspek pokok yang hakikatnya dapat memegang kehidupan yang akan lan aaauhi aspek-aspek lainnya.  Selain sebagai pendobrak literasi yang pantas dan berkualitas, literasi yang harusnya menjadi solusi dalam kehidupan.  Piramida kehidupan yaitu kehidupan dulu yang kita bisa pelajari, kehiduupan saat ini dan tengah berjalan juga kehidupan yang akan datang di masa mendatang.  Tentu tiap proses yang tercecer perlu dikumpulkan dan diambil hikmah serta aplikasinya.  Bersabar dalam menjalani proses aadlah tips terbaik!
            Selain pembangunan kalimat yang baik, tulisan juga memerlukan pembaca; hal yang aneh dan “ga mungkin” jika pembaca tak diperlukan lagi.  Maka, agar memberi ruang kemudahan terhadap pembaca, menulis harus dapat menuliskan “meaning” yang jelas hingga pembaca tak salah arti.  Mengapa harus demikian? Menurut salah satu kutipan buku Lehtonen menyatakan, bahasa mempunyai sistem sendiri yang mampu mendefinisikan atau mengartikan dirinya sendiri.  Jadi, agar pembaca tak tersesat dan tulisan kita dinilai berarti diperlukan adanya persamaan tentang meaning yang didapatkan dari tulisan untuk keduanya.
            Kutipan kata dari buku Lehtonen; pembaca tidak akan tahu apa yang terjadi dan apa yang dilakukan penulis.  Pembaca hanya akan mengetahui apa yang dikoneksikan atau yang dihubungkan penulis dengan tulisannya, hanya sebagai individu yang mempresentasikan sendiri hasil tulisan dari penulis.  Menurut Gay Cook (ahli bahasa) mengkarakteristikan situasi bahasa dalam konteks yaitu “Kamu sebagai pembaca tidak melihat aku sebagaipenulis, apa yang aku lakukan ketika menulis, kamu sebagai pembaca hanya bisa menikmati hasil dari informasi-informasi yang saya tulis.”

            Inti dari pembahasan di atas ialah “meaning’ sebagai kompas sebagai penunjuk arah agar tidak tersesat dan harus menguntungkan, maka perlu dihadirkan.  Selain itu poin penting yang harus benar-benar di ingat adalah bagaimana menghubungkan teks, konteks, dan pembaca sehingga dapat ditemukan meaning dari bacaan atau tulisan.  Ketiganya saling berkaitan, jika salah satunya terputus atau hilang maka meaning pun turut hilang.  Untuk menjadi penulis yang baik, kita pun harus menjadi pembaca yang baik.  Oleh karenanya literasi (membaca dan menulis) tidak boleh hilang dari nyawa, jangan hanya sekedar kata sapaan belaka!
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment