(Katanya) Menulis Akademik
(by.
Endah Jubaedah)
Rangkaian kata dalam tulisan memang
tidak akan pernah usai atau hilang dari pandangan menulis; bagaimana tidak? Menulis
adalah salah satu kegiatan berliterasi dan pentransferan ilmu dalam permainan kata-kata, yang nantinya akan berkembang
menjadi sebuah kalimat dan pembentukan kalimat yang lebih luas dalam paragraf
atau teks. Semakin berkembangnya zaman,
pertumbuhan menulis banyak mengalami perubahan berkenaan dengan pengetahuan
menulis. Salah satu contoh konkret,
yakni dengan munculnya menulis secara scientific atau yang biasa dikenal dengan
menulis akademik.
Sesungguhnya
menulis secara akademik tak terlalu jauh berbeda dengan menulis secara umum,
meskipun keduanya memang memiliki perbedaan.
Namun tujuan dari tulisan itu sama, yaitu memberikan informasi lewat
tulisan. Hanya saja penggunaan kata dan
isi tulisan yang membedakan jenis tulisan, sehingga pembaca memahami dan dapat membedakan materi tulisan sesuai porsi bacaan.
Oleh karena itu menjadi seorang multi lingual writing yang efektif , yaitu menulis dalam dua
bahasa untuk memudahkan pembaca penting terpenuhi. Selain
itu, seorang multi lingual
writing dapat menciptakan benih-benih student of writing dari keterlenaan
student of language. Informasi yang ia dapatkan dapat diubah dengan
tepat berdasarkan pemikiran yang cerdas, ini sebagai bentuk kesuksesan dari
pengaruh seorang penulis. Mampu memengaruhi
pembaca adalah pintu pembuka dunia bagi para penulis.
Ke-kompleksan dalam menulis adalah
salah satu cara yang harus diciptakan oleh kemampuan sang penulis, tujuannya agar tulisan yang kita
produksi bernilai emas. Lalu, apa sajakah sifat kompleks dalam menulis
itu? Pengikat pertama bagaimana cara mengetahui sesuatu; menjadi keharusan
dalam sebuah tulisan mengandung informasi ini. Kedua
cara untuk mempresentasikan sesuatu, yang terakhir adalah cara untuk
memproduksi sesuatu. Dasar yang wajib terkandung sebagai tanda tulisan yang
kompleks.
Tersirat sudah bahwa memproduksi
sebuah karya tulis tidaklah semudah kita berbicara, atau bebas mengeluarkan
kata-kata yang bahkan yang
kita sukai. Dibutuhkan bahan pokok yang sangat perlu
disediakan sebelum memproduksi; penggalian informasi memerlukan lubang galian
lebih banyak dan dalam, pemusnahan budaya ngerumpi harus segera terealisasi dan
mengganti dengan budaya membaca.
Kemudian pengetahuan yang seyogyanya tak henti dicari dan diterapkan
sesuai ukurannya, pengetahuan dari segala pengetahuan yang begitu luas. Pengalaman pun tak kalah penting sebagai
penunjang keluasan materi menulis, pengalaman seseorang adalah informasi yang
rasanya akan berbeda dengan yang lainnya karena sifatnya yang begitu pribadi atau mewakili aspek-aspek lainnya karena
sifatnya yang begitu pribadi.
Jelas, bahan pokok; informasi, pengetahuan, dan
pengalaman adalah kebutuhan yang harus ada dalam pertumbuhan tulisan. Inilah bagaimana menulis begitu penting atau
dianggap lebih penting dari aspek lainnya, menulis mencakup berbagai aspek pokok
yang hakikatnya dapat memegang kehidupan
yang akan lan aaauhi aspek-aspek lainnya.
Selain sebagai pendobrak literasi
yang pantas dan berkualitas, literasi
yang
harusnya menjadi solusi dalam kehidupan.
Piramida
kehidupan yaitu kehidupan dulu yang kita bisa pelajari,
kehiduupan saat ini dan tengah berjalan
juga
kehidupan yang akan datang di masa mendatang.
Tentu tiap proses yang tercecer perlu dikumpulkan dan diambil hikmah serta aplikasinya. Bersabar dalam menjalani proses aadlah tips
terbaik!
Selain pembangunan kalimat yang
baik, tulisan juga memerlukan pembaca; hal yang aneh dan “ga mungkin” jika
pembaca tak diperlukan lagi. Maka, agar
memberi ruang kemudahan terhadap pembaca, menulis harus dapat menuliskan
“meaning” yang jelas hingga pembaca tak salah arti. Mengapa harus demikian? Menurut salah satu kutipan
buku Lehtonen menyatakan,
bahasa mempunyai sistem sendiri yang mampu mendefinisikan atau mengartikan
dirinya sendiri. Jadi, agar pembaca tak
tersesat dan tulisan kita dinilai berarti
diperlukan adanya persamaan tentang meaning yang didapatkan dari tulisan untuk
keduanya.
Kutipan
kata dari buku Lehtonen; pembaca tidak
akan tahu apa yang terjadi dan apa yang dilakukan penulis. Pembaca hanya akan mengetahui apa yang
dikoneksikan atau yang dihubungkan penulis dengan tulisannya, hanya sebagai
individu yang mempresentasikan sendiri hasil tulisan dari penulis. Menurut Gay Cook (ahli bahasa)
mengkarakteristikan situasi bahasa dalam konteks yaitu “Kamu sebagai pembaca tidak
melihat aku sebagaipenulis, apa yang aku lakukan ketika menulis, kamu sebagai
pembaca hanya bisa menikmati hasil dari informasi-informasi yang saya tulis.”
Inti
dari pembahasan di atas ialah “meaning’ sebagai kompas sebagai penunjuk arah
agar tidak tersesat dan harus menguntungkan, maka perlu dihadirkan. Selain itu poin penting yang harus
benar-benar di ingat adalah bagaimana menghubungkan teks, konteks, dan pembaca
sehingga dapat ditemukan meaning dari bacaan atau tulisan. Ketiganya saling berkaitan, jika salah
satunya terputus atau hilang maka meaning pun turut hilang. Untuk menjadi penulis yang baik, kita pun
harus menjadi pembaca yang baik. Oleh
karenanya literasi (membaca dan menulis) tidak boleh hilang dari nyawa, jangan
hanya sekedar kata sapaan belaka!