Mengarungi
Budaya Literasi
Apif Rahman Hakim
Kendala!
Ya, itulah yang terjadi pada pertemuan yang ketiga ini. Seharusnya pada pertemuan yang ketiga ini Mr.
Lala Bumela dijadualkan mengisi kuliah pada mata kuliah writing and composition
4, pada hari senin tanggal 17 februari 20014.
Tetapi dikarenakan pada hari dan tanggal itu ada kendala pada roda
perkuliahan tepatnya di kelas PBI A, oleh karenanya ada pergantian hari yaitu
hari rabu 19 februari 20014.
Pada
pertemuan itu sepasang mata melihat dan memperhatikan dengan tajam ke seluruh
penghuni di kelas PBI A (Mahasiswa), sehingga berbagai perasaan pun muncul
seperti takut, sedih, senang, gelisah dan berbagai macam variasi perasaan
lainnya. Tetapi itu diluar dugaan kami
dan pada akhirnya seluruh perasaan yang tadinya tidak karuan meletus (meledak)
seketika itu dan bercampur aduk dengan berkeping-keping pecahan perasaan dan
terbang entah kemana mengikuti arah angin.
Karena pada saat itu juga Mr. Lala memberikan senyuman hangatnya untuk
masyarakat PBI A.
Pada
pertemuan pada minggu ketiga ini dosen terbaik kita yaitu Mr. Lala Bumela
memberikan sebuah berita atau informasi hangat mengenai materi-materi yang akan
disampaikan pada waktu itu. Beliau
menjelaskan pada persentasinya sangat begitu antusias dan semangat karena
materinya berhubungan dengan keseharian mahasiswanya, yaitu tentang sesuatu
yang bisa membuat hidup kta maju jauh kedepan sana atau bahkan bangsa ini, adalah
tentang “Literasi” atau bahasa kerennya adalah “Exploring Literacy” ( Menjelajah budaya literasi).
Seperti
yang saya ketahui literasi adalah bagaimana kita bisa menjadikan budaya
membaaca dan menulis sebagai kebiasaan pada diri kita atau istilah lebih
kerennya adalah “ mendarah daging”.
Karena berangkat dari itu semua, budaya membaca dan menulis sangatlah
berpengaruh besar pada kemajuan diri ini atau istilah lainnya adalah literasi
sangat berpengaruh pada kemajuan bangsa ini atau bahkan bisa disebutkan,
kemajuan bangsa ini (ditentukan) oleh literasi.
Contoh-contoh
literasi atau budaya membaca dan menuliis yang sudah sangat benar-benar
mendarah daging adalah pada kemajuan suau bangsa-bangsa atau negara-negara yang
dulunya tertingggal tetapi sekarang bisa menyesuaikan kemajuan suatu bangsanya
dengan peradaban atau bahkan memimpin peradaban yang serba millenium seperti di
zaman sekarang ini. Seperti contohnya
bangsa-bangsa yang sudah memajukan bangsanya karena budaya literasi adalah
Malaysia, India, Korea, Jepang dan China serta masih banyak bangsa-bangsa yang
ikut merasakan dan merayakan atas keberhasilan pada negaranya karena sudah
tertanam dan berbuah sebagai bangsa yang berliterasi. Bolliwod sebagai salah satu contoh negara
India yang suskes akan budaya literasinya, lebih dari jutaan film terbit setiap
tahunnya karena mereka sangat menjunjung tinggi budaya literasi.
Dahsyat!
bahkan superrr dahsyat efek dari budaya literasi tersebut, tidak hanya
memajukan atau menguntungkan diri sendiri tetapi juga memajukan dan
menguntungkan suatu bangsa. Tetapi itu
semua tidak bisa kita bayangkan dengan hanya membalikkan telapak tangan saja,
tetapi itu semua harus dilewati dengan kerja eras yang super ekstra dan teliti
serta cerdas penopangnya yang nantinya efek dari itu semua akan
memunculkan “Empowerment” pada diri
kita.
Orang
yang tidak belajar literasi itu adalah orang yang bodoh malas dan miskin. Orang yang malas itu sudah pasti bodoh tetapi
belum tentu yang namanya miskin atau
orang miskin itu bodoh. Tetapi orang
yang malas sudah pasti yang namanya kebodohan dan kemiskinan ada pada orang
tersebut.
Mempelajari
literasi sudah pasti sangatlah tidak mudah.
Tetapi itu semua kalau kita tidak mencobanya sudah pasti kita akan
tertinggal oleh abad kemajuan atau bahkan bangsa ini ( Indonesia) akan menjadi
bangsa yang terbelakang dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Oleh kkarena itu ada beberapa tahapan-tahapan
yang menunjang atau membantu kita dalam membudidayakan literasi. Ada empat tahapan dalam mengeksplore dalam
membaca dan menulis ( literasi) :
1.
Read
with higly repitition
2.
Respond
: - discussion
- write
3.
(Re)write
4.
(Re)produce
Read
with high repitition adalah memulai membudayakan budaya membaca tingkat tinggi
atauaspek-aspek yang harus ditingkatkan dalam membaca.
Respond
adalah bagaimana kita bisa menanggapi suatu hal atau masalah yang sedang kita
hadapi tentunya pada bidang literasi.
Dari respon lahirlah diskusi dan menulis. Diskusi disini ialah bagaimana kita bisa
menaggapi secara berhadapan bersama orang lain yang menjurus kepada hal
literasi, dan yang kedua adalah menulis.
Menulis disini sangat sekali dianjurkan dalam hal berliterasi, karena
disinilah merupakan ujung tombak terciptanya budaya literasi.
(Re)write
atau menuls kembali adalah bagaimana kita bisa menaggapi atau menyaring kembali
text atau bacaan-bacaan dari apa yang telah kita baca dan respon (diskusi dan
menulis) dari suatu bacaan.
(Re)produce
atau memproduksi kembali adalah bagaimana kita bisa mengolah kembali text atau
bacaan yang telah kita baca dan memproduksinya kembali dengan ide-ide atau
pikiran-pikiran kita, seperti halnya pada kasus yang dihadapkan pada kasus
studi fokus untuk membuat chapter review dan chritichal essay. Disitu kita dituntut untuk benar-banar
membaca dengan tingkatan yang lebih tinggi serta jeli dan hasilnya kita respon
dengan cara berdiskusi atau menuliskannya kembali dalam sebuah text yang
berbeda dan kitapun secara tidak sengaja telah ikut memproduksi kembali sebuah text
bacaan.
Pada
penghujung tulisan ini dapat disimpulkan, bahwa untuk mengarungi budaya
literasi tidaklah semudah membaalikan telapak tangan, melainkan harus benar-benar
diniatkan dalam hati kita dan tentunya dilaksanakan dengan penuh perjuangan
agar kita bisa mencapai titik pada orang-orang yang literasinya sudah maju dan
tidak luput juga sebuah pujian atau doa kita panjatkan kepada pencipta
kita. Agar hasil yang kita tanam dari
bibit literasi bisa kita petik buahnya yang begitu manis untuk orang-orang optimis
dan dinamis di bumi pertiwi ini.