Menuju Kualitas Literasi yang Tinggi
(By: Iiz Lailatus Saidah)
Teamwork
harus dibangun atas dasar kekompakan yang utuh. Kekompakan ditandai dengan
kuatnya hubungan antara anggota tim. Kekompakan itu dilandasi dengan
komunikasi, meliputi kelancaran komunikasi tepat dan akurat, menyampaikan
informasi informasi dan saling terbuka itu salah satu cara untuk membangun
kekompakan. Selain komunikasi, respect satu sama lain pun penting yaitu ketika
seseorang berbicara didepan kita harus respect dengan cara mendengarkan dan
memperhatikannya. Kesiapan menerima tantangan juga kegigihan dan ketekunan
bekerja dalam meningkatkan kekompakan. Kerja
sama meliputi kemampuan memahami komitmen, kepercayaan, penyelesaian masalah
bersama, kejelasan tujuan, memberi dukungan dan motivasi serta mengakui
kesalahan.
Warga
PBI-A telah melakukan kesalahan yang sudah lama mengakar dalam tim ini.
Kesalahannya tetap sama seperti dulu, sampai-sampai Mr. Lala bosan akan semua
ini, selalu terulang dan terulang kembali. Beliau begitu kecewa terhadap apa
yang terjadi, awalnya beliau enggan untuk masuk kelas kami dengan keadaan yang
seperti itu, tapi akhirnya dengan berbagai cara kami lakukan beliau masuk kelas
kami kembali, tapi dihari dan jam yang berbeda.
Rabu,
19 februari 2014 pada jam 13.00 adalah pertemuan ketiga kami dengan writing
class. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi kami, karena hari itu
jadwal mata kuliah kami full dari pagi sampai sore, akan tetapi itu semua tidak
menyurutkam semangat kami untuk belajar.
Dipertemuan
kali ini Mr. Lala dalam sliednya menegaskan bahwa “Pendidikan bukan mengisi
ember, tapi pencahayaan dari api” (William
Butler Yeats). Artinya dalah kita datang ke kelas ini jangan sampai hanya
membawa ember yang kosong dan Mr. Lala yang mengisinya, tapi kita datang ke
kelas ini dengan membawa obor dengan cahaya api. Jadi intinya adalah, sebelum
masuk kelas kita harus sudah mempunyai bahan atau materi yang telah dibaca,
agar ketika beliau menerangkan materi kita bisa sedikit demi sedikit faham.
Seperti
biasa beliau membagi kita kedalam dua kelompok untuk menanyakan tentang
“Rekayasa Literasi”. Sedikit menyinggung tentang rekayasa literasi, bahwa yang
direkayasa itu adalah pengajaran baca-tulisnya. Ada empat dimensi untuk
perbaikan literasi yaitu, dimensi linguistic (texts), dimensi kognitif (mind),
dimensi sosiokultural (group) dan dimensi perkembangan (growth).
Ken Hyland (2006) berpendapat bahwa
“Literasi adalah sesuatu yang kita lakukan”. Maksudnya adalah setiap apa yang
kita lakukan harus dibarengi dengan berliterasi. Point penting dalam “Rekayasa
Literasi” yaitu literasi adalah praktik kultural yang berkaitan Artikel Baru
persoalan sosial politik, jelasnya Negara bar u literasi terus menjamur sesuai
artikel baru dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan
pengajaran regular pun tidak bisa dihindari.
Model
literasi ala Freebody dan Lukas (2003) : memecahkan kode teks, berpartisipasi dalam makna teks,
menggunakan teks fungsional, kritis menganalisis dan mengubah teks. Prof.
Chaedar Alwasilah meringkas lima ayat diatas menjadi: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi.
Rujukan
literasi terus bervolusi, sedangkan rujukan linguistic relative konstan. Studi
literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (culture
studies) dengan dimensinya yang luas. Pendidikan yang berkaulitas tinggi PASTI
menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula, dan juga sebaliknya. Oleh
karena itu Reading, Writing, Arithmatic and Reasoning adalah modal hidup untuk menuju dan mempunyai
kualitas literasi yang tinngi.
Orang
multikulturat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Masyarakat yang tidak
literat, mereka tidak mampu memahami bgaimana hegemoni itu diwacanakan lewat
media massa. Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berfikir kritis. Ujung
tombak pendidikan literasi adalah Guru dengan fitur: komitmen professional, komitmen
etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, penegtahuan bidang studi,
dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole
dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012).
Mengulas kembali arti Rekayasa
Literasi itu sendiri adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk
menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara
optimal. Penguasan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan
pembudayaan. Kern (2003) literasi refers to “general lernedness and
familiarity with literature”. Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi
juga terdidik dan mengenal sastra.
Keahlian dalam berliterasi yaitu
mencakup pengajaran reading and writing, itu yang paling utama untuk
berliterasi. Disini Mr.Lala menjelaskan tentang evaluasi reading and writing
agar mempunyai kualitas literasi yang tinggi, diantaranya adalah:
1. Read
with high “repetition”
Ketika
kita membaca jangan hanya sekali saja, tapi harus diulang-ulang beberapa kali
untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal.
2. Respond
Setelah
kita memahami apa isi bacaan tersebut, kita harus merespon teks tersebut, itu
sebagai bentuk bahwa kita berlitarasi.
3. (re-)
write
Disinilah
kita mengkonsep apa saja yang akan kita bahas dalam tulisan kita, dan kia harus
mempunyai keyword dari bacaan tersebut agar mudah untuk memaparkan tulisan yang
kita tulis.
4. Reproduce
Keempat evaluasi tersebut harus kita
terapkan, agar kita mempunyai kualitas literasi yang tinggi. Keempat aspek ini
sangat penting, dengan belajar sedikit demi sdkit pasti kita bisa menerapkannya
dalam kehidupan kita agar menjadi mahasiswa yang literat.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa Rekayasa Literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis
untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa.
Yang direkayasa itu adalah pengajaran
membaca dan menulis yang mencakup empat dimensi, kekempat dimensi itu adalah
linguistic (teks), kognitif (mind), sosiokultural (group) dan perkembangan
(growth). Selain itu empat aspek evaluasi reading dan writing agar mempunyai
kualitas literasi yang tinggi yaitu read with high repetition, respond, (re-)
writng dan reproduce. Semua dimensi dan aspek tersebut harus kita terpakan
untuk mempunyai dan menuju kualitas literasi yang tinggi.