Class Review 3: Menuju Kualitas Literasi yang Tinggi

Menuju Kualitas Literasi yang Tinggi
(By: Iiz Lailatus Saidah)

Teamwork harus dibangun atas dasar kekompakan yang utuh. Kekompakan ditandai dengan kuatnya hubungan antara anggota tim. Kekompakan itu dilandasi dengan komunikasi, meliputi kelancaran komunikasi tepat dan akurat, menyampaikan informasi informasi dan saling terbuka itu salah satu cara untuk membangun kekompakan. Selain komunikasi, respect satu sama lain pun penting yaitu ketika seseorang berbicara didepan kita harus respect dengan cara mendengarkan dan memperhatikannya. Kesiapan menerima tantangan juga kegigihan dan ketekunan bekerja dalam meningkatkan kekompakan. Kerja sama meliputi kemampuan memahami komitmen, kepercayaan, penyelesaian masalah bersama, kejelasan tujuan, memberi dukungan dan motivasi serta mengakui kesalahan.

            Warga PBI-A telah melakukan kesalahan yang sudah lama mengakar dalam tim ini. Kesalahannya tetap sama seperti dulu, sampai-sampai Mr. Lala bosan akan semua ini, selalu terulang dan terulang kembali. Beliau begitu kecewa terhadap apa yang terjadi, awalnya beliau enggan untuk masuk kelas kami dengan keadaan yang seperti itu, tapi akhirnya dengan berbagai cara kami lakukan beliau masuk kelas kami kembali, tapi dihari dan jam yang berbeda.
Rabu, 19 februari 2014 pada jam 13.00 adalah pertemuan ketiga kami dengan writing class. Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan bagi kami, karena hari itu jadwal mata kuliah kami full dari pagi sampai sore, akan tetapi itu semua tidak menyurutkam semangat kami untuk belajar.
Dipertemuan kali ini Mr. Lala dalam sliednya menegaskan bahwa “Pendidikan bukan mengisi ember, tapi pencahayaan dari api” (William Butler Yeats). Artinya dalah kita datang ke kelas ini jangan sampai hanya membawa ember yang kosong dan Mr. Lala yang mengisinya, tapi kita datang ke kelas ini dengan membawa obor dengan cahaya api. Jadi intinya adalah, sebelum masuk kelas kita harus sudah mempunyai bahan atau materi yang telah dibaca, agar ketika beliau menerangkan materi kita bisa sedikit demi sedikit faham.
Seperti biasa beliau membagi kita kedalam dua kelompok untuk menanyakan tentang “Rekayasa Literasi”. Sedikit menyinggung tentang rekayasa literasi, bahwa yang direkayasa itu adalah pengajaran baca-tulisnya. Ada empat dimensi untuk perbaikan literasi yaitu, dimensi linguistic (texts), dimensi kognitif (mind), dimensi sosiokultural (group) dan dimensi perkembangan (growth).
Ken Hyland (2006) berpendapat bahwa “Literasi adalah sesuatu yang kita lakukan”. Maksudnya adalah setiap apa yang kita lakukan harus dibarengi dengan berliterasi. Point penting dalam “Rekayasa Literasi” yaitu literasi adalah praktik kultural yang berkaitan Artikel Baru persoalan sosial politik, jelasnya Negara bar u literasi terus menjamur sesuai artikel baru dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran regular pun tidak bisa dihindari.
Model literasi ala Freebody dan Lukas (2003) : memecahkan kode teks, berpartisipasi dalam makna teks, menggunakan teks fungsional, kritis menganalisis dan mengubah teks. Prof. Chaedar Alwasilah meringkas lima ayat diatas menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi.
Rujukan literasi terus bervolusi, sedangkan rujukan linguistic relative konstan. Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (culture studies) dengan dimensinya yang luas. Pendidikan yang berkaulitas tinggi PASTI menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula, dan juga sebaliknya. Oleh karena itu Reading, Writing, Arithmatic and Reasoning  adalah modal hidup untuk menuju dan mempunyai kualitas literasi yang tinngi.
Orang multikulturat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Masyarakat yang tidak literat, mereka tidak mampu memahami bgaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media massa. Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berfikir kritis. Ujung tombak pendidikan literasi adalah Guru dengan fitur: komitmen professional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, penegtahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012).
            Mengulas kembali arti Rekayasa Literasi itu sendiri adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan. Kern (2003)  literasi refers to “general lernedness and familiarity with literature”. Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan mengenal sastra.
            Keahlian dalam berliterasi yaitu mencakup pengajaran reading and writing, itu yang paling utama untuk berliterasi. Disini Mr.Lala menjelaskan tentang evaluasi reading and writing agar mempunyai kualitas literasi yang tinggi, diantaranya adalah:
1.      Read with high “repetition”
Ketika kita membaca jangan hanya sekali saja, tapi harus diulang-ulang beberapa kali untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal.
2.      Respond
Setelah kita memahami apa isi bacaan tersebut, kita harus merespon teks tersebut, itu sebagai bentuk bahwa kita berlitarasi.
3.      (re-) write
Disinilah kita mengkonsep apa saja yang akan kita bahas dalam tulisan kita, dan kia harus mempunyai keyword dari bacaan tersebut agar mudah untuk memaparkan tulisan yang kita tulis.
4.      Reproduce
            Keempat evaluasi tersebut harus kita terapkan, agar kita mempunyai kualitas literasi yang tinggi. Keempat aspek ini sangat penting, dengan belajar sedikit demi sdkit pasti kita bisa menerapkannya dalam kehidupan kita agar menjadi mahasiswa yang literat.

            Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Rekayasa Literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa. Yang  direkayasa itu adalah pengajaran membaca dan menulis yang mencakup empat dimensi, kekempat dimensi itu adalah linguistic (teks), kognitif (mind), sosiokultural (group) dan perkembangan (growth). Selain itu empat aspek evaluasi reading dan writing agar mempunyai kualitas literasi yang tinggi yaitu read with high repetition, respond, (re-) writng dan reproduce. Semua dimensi dan aspek tersebut harus kita terpakan untuk mempunyai dan menuju kualitas literasi yang tinggi.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment