We
Never Meant to Cause You in Trouble
Author: Aulia Priangan
Pagi
kembali menghampiri, mengakhiri semua rajutan mimpi-mimpi yang sedang dinikmati
pemimpinya. Sejak subuh tadi, langit di ufuk timur tak menampakkan tanda-tanda
mentari akan muncul. Hanya sekumpulan awan yang setia menempati ruang di
cakrawala.
Senin
pagi, 17 Februari 2014 menjadi moment yang tak pernah terbayangkan. Hari itu
merupakan jadwal rutin diadakannya perkuliahan Writing and Compositin 4. Tak
terbersit sedikit pun tentang sesuatu yang akan menimpa kami semua. Kami pikir
semua akan berjalan normal seperti pertemuan pertama dan kedua. Namun,
kenyataan berkata lain. Kenyataan memang selalu menyuguhkan hal-hal tidak
menyenangkan dan mengenakkan di luar ekspektasi kita. Peristiwa di semester dua
pun kembali terulang.
Sepenggal
lirik dari Cold Play yang berjudul “trouble”
sepertinya bisa mewakili perasaan kami. Lirik tersebut adalah ..
And oh, I never meant
to cause you trouble.. Ya, kami tak pernah bermaksud membuat
masalah. Masalah yang menyebabkan pertemuan Writing and Composition 4 menjadi
mundur satu hari.
Rabu, 19
Februari 2014 merupakan pertemuan pengganti perkuliahan yang dicancel pada Senin
lalu. Rasanya sungguh keberatan, tapi mau dikata apa? Tenggang waktu atau
rentang waktu dari Rabu ke Minggu sangat dekat. Sebenarnya, hal ini tidak akan
menjadi masalah yang berarti jika kami, warga PBI tidak mendapat tugas untuk
membuat critical review. Akan tetapi, tugas membuat critical review adalah
wajib hukumnya bagi kami semua dan sayangnya deadline pengumpulannya
disesuaikan dengan jadwal perkuliahan yang sebenarnya, yakni Senin pagi
mendatang. Tugas tersebut terasa sangat berat dan dianggap sulit tatkala
menyadari bahwa critical review yang harus kami buat sedikitnya terdiri dari
2.500 kata. Rasa-rasanya untuk menyelesaikan tugas ini kami memerlukan
konspirasi dengan semesta.
Pertemuan
ketiga bertajuk Exploring “Nothing But Literacy Engineering”. Rekayasa
literasi menjadi topik utama untuk minggu ini. Setelah membuat chapter review
bernapaskan literasi, kami ditanya satu demi satu tentang makna rekayasa
literasi. Setelah itu, Mr. Lala akan menjelaskan kembali mengenai rekayasa
literasi.
Rekayasa
literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia
terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optional. Penguasaan
bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan. Ada empat dimensi rekayasa literasi, yakni: linguistik,
kognitif, sosiokultural dan perkembangan. Dengan demikian, rekayasa
literasi sama dengan merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat
dimensi tersebut.
Berangkat
dari essay yang ditulis oleh Barthes mengenai “Kematian Penulis”, pembahasan
mengenai pembaca kembali muncul ke permukaan. Pembaca juga mengalami evolusi.
Ada empat tahapan evolusi pembaca, yaitu:
- Read with high repetition
Ketika kita disajikan sebuah bahan bacaan, tentu satu kali baca rasanya kurang demi mendapat pemahaman yang tinggi. apalagi jika yang dibaca adalah puisi atau karya-karya bercitra rasa tinggi. Semakin banyak pengulangan akan membuat reader semakin paham.
- Respond
Setelah mendapat pemahaman akan sesuatu, pemabaca yang sedang melalui tahap evolusi akan melaksanakan diskusi. Melaksanakan diskusi adalah respon pembaca dari pemahaman yang ia dapat.
- (Re)write
Dalam tahap ini, pembaca bertransformasi menjadi penulis. Pembaca yang dapat bertansformasi adalah mereka yang telah melakukan diskusi.
- Reproduce
Seorang pembaca yang telah bertransformasi menjadi seorang penulis tentu akan menghasilkan buah karya.
Critical review yang hendak kami tulis merupakan salah
satu dari produk academic writing. Oleh karenanya, pada pertemuan kali ini kami
diberikan pengetahuan mengenai appetizer dalam
academic writing. Ada beberapa elemen yang harus terdapat dalam
penulisan akademik, yaitu:
- Kohesi : Kohesi adalah keterhubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, wacana terdiri dari kalimat-kalimat. Dengan kata lain, kohesi adalah keserasian antara kalimat dengan paragraf.
- Clarity (Kejelasan) : Kejelasan dalam menyampaikan makna dari apa yang kita maksud dengan jelas. pembahasannya tidak berbelit-belit.
- Logical Order (Urutan Logis) : Mengacu pada urutan informasi yang kita tulis. Academic writing, cenderung menyajikan informasi dari umum ke khusus.
- Consistency (Konsisten) : Konsisten dalam penulisan akademik mengacu pada keseragaman gaya penulisan. Ini berarti penulis harus konsisten dalam memakai gaya menulis yang ia gunakan.
- Unity (Kesatuan) : Kesatuan adalah mengecualikan informasi-informasi yang secara langsung tidak berhubungan dengan topik yang dibahasa dalam paragraf tertentu. Dengan kata lain, unity adalah kesatuan informasi yang diberikan oleh penulis.
- Conciseness (Keringkasan) : adalah hemat dalam menggunakan kata-kata. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang dengan cepat sampai ke inti dan menghilangkan kata yang tidak perlu. Selain itu, dalam keringkasan pengulangan ditiadakan.
- Completness (Kelengkapan) : Penulisan akademik haruslah memuat unsur kelengkapan. Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan dalam hal informasi yang diberikan. Dalam kelengkapan pula, informasi yang berulang-ulang atau tidak penting harus dihilangkan. Penulis berhak untuk memberikan informasi penting mengenai suatu tofik tertentu.
- Variety (Ragam) : Variety dalam penulisan akademik membantu pembaca dalam menambahkan beberapa "bumbu" kedalam teks.
- Formality (Formalitas) : Penulisan akademik tentu mengedapankan aspek formalnya. Oleh karenanya penulisannya pun harus formal, seperti pemilihan katanya dan strukturnya.
Selain mengandung elemen-elemen yang telah disebutkan
tadi, ada satu lagi appetizer mengenai critical evaluation. Ada enam poin yang
dapat dijadikan acuan dalam membuat critical evaluation. Pertama adalah type of
audience yang ditargetkan oleh penulis. Kedua adalah the central claims in his/
her argument. Ketiga adalah berkaitan dengan bukti yang digunakan. Keempat
mengenai claims yang tidak didukung oleh bukti-bukti. Kelima adalah menguunakan
bukti-bukti yang cukup dan terakhir adalah menggunakan kata-kata emotif atau
pernyataan.
Berdasarkan
uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pembaca dapat
berevolusi atau bertansformasi menjadi penulis. Selain itu, penulisan akademik
yang baik dan berstandar seyogianya memuat 9 unsur dalam penulisannya.
Kesembilan unsur tersebut adalah: kohesi, clarity, logical order, consistency,
unity, conciseness, completness, variety dan formality. Jika delapan unusr
tersebut telah terlengkapi maka sempurnalah penulisan akademik tersebut.