3rd Class Review
Writing Marak
diperbincangkan
(by Dewi Patah
Andi Putri)
Seperti pepatah mengatakan “dimana
ada gula disitu ada semut”, begitupun sama halnya dengan writing 4 “dimana ada
gerombolan mahasiswa semester 4 disitu terselip kata writing”. Writing 4 kini menjadi trending topic
dikalangan mahasiswa PBI semester 4.
Hampir setiap hari kata writing tak henti diperbincangkan.
Rabu 19 februari 2014, ini ketiga
kalinya kami bernaung diwriting 4. Tak
ketinggalan pula pelatih kami, Mr.Lala yang tak pernah lelah membagikan ilmunya
untuk kami. Senarnya kali ini bukan
jadwal kami untuk bertemu dengan writing, tetapi dengan adanya sedikit insiden
saat hari senin sehigga mengharuskan untuk diganti dengan hari lain. Namun dengan adanya insiden itu membuat kami
semakin ambius untuk mendapatkan ilmu writing.
Well, kita move ke materi…
Materi kita kali itu, masih berkutat di literasi, Apa itu literasi?
Secara sederhana, literasi berarti
kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Dalam kontek sekarang, literasi memiliki arti
yang sangat luas. Literasi berarti melek
teknologi, politik, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Lalu terdapat 7 dimensi dalam literasi:
Ø Dimensi Geografis (local, nasional, regional dan interpersonal)
Literasi disini bergantung pada tingkat pendidikan jejaring
sosialnya.
Ø Dimensi Bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, dll)
Literasi bangsa tampak dalam dimensi bidang, tingkat dan
efesiensi kecanggihan teknologi dan
informasi yang digunakan dalam pendidikan.
Ø Dimensi Keterampilan (membaca, menulis, menghitung dan berbicara)
Literasi seseorang terlihat ketika membaca, menulis,menghitung dan
berbicara.
Ø Dimensi Fungsi (memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan,
mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, pengembangkan potensi diri)
Ø Dimensi Media (teks, cetak, visual, digital)
Di zaman sekarang, tidak cukup mengandalkan membaca dan menulis
teks alphabet, tetapi juga membaca dan menulis teks visual dan digital.
Ø Dimensi Jumlah (satu, dua, berapa)
Makna dimensi jumlah disini telah menunjukan pada variasi baca,
media dsb.
Ø Dimensi Bahasa (etnis, lokal, nasional, regional dan interpersonal)
Dalam hal ini kita harus berliterasi dengan bahasa.
Literasi juga bukan hanya sekedar membaca dan menulis, melainkan
empowerment.
Cara merekayasa pengajaran reading dan writing:
Ø Read with high repetition
Ø Respond text, such as with a discussion
Ø Re(wite)
Ø Reproduce
Berlanjut ke Lehtonen…
Menurut Lehtonen, teks itu ada 2 macam, yaitu teks fisik dan teks
semiotik.
1.
Teks
Fisik
Sebenarnya kedua teks ini sangat berkaitan, hal ini berguna untuk
mempelajari keduanya, yaitu teks fisik dan teks semiotik. Teks fisik dan teks semiotic saling
berkaitan. Teks disebut fisik, tetapi
dalam bentuk tersebut disenut tek semiotik.
Dan juga sebaliknya, teks dapat disebut semiotik hanya ketika meraka
memiliki bentuk fisik.
2.
Teks
Semiotik
Teks semiotik dapat berupa tulisan, pidato , gambar, music atau
symbol lainnya. Titik pentingnya adalah
mereka terorganisir dan ada kombinasi simbolik yang tampak agak jelas untuk
didefinisikan. Dalam segala bentuknya
teks ditandai dengan tiga cirri materialitas, hubngan formal, dan kebermaknaan.
Pertama tanda-tanda teks adalah
fisik dan material. Pengertian fisik
adalah selalu memiliki basis material, baik itu digunakan dalam patung atau
gelombang udara yang dipancarkan ketika berbicara. Kedua, ada beberapa ada beberapa hubungan
formal antara tanda-tanda yang terkandung dalam text. Tanda-tanda yang diposisikan dalam hubungan
temporal dan lokal dengan tanda-tanda lain, dimana membentuk unit teroganisir
yang berbeda seperti: huruf, kata, kalimat atau seluruh text.
Ketiga, tanda-tanda memiliki makna
semantik. Mereka mengacu pada sesuatu
diluar dirinya, apakah itu milik lingkup alam atau budaya, atau apakah non
textual atau tekstual fenomena. Sebuah
karya music pop misalnya. Gagasan bahwa
materialitas, hubungan formal dan kebermaknaan, semuanya terhubung satu sama
lain. Hal ini meningatkan bahwa teks
semiotik (dalam kebermaknaan tersebut) merupakan teks-teks yang tidak alami tetapi
diproduksi oleh usaha, seperti: teks, novel dan serial tv.
The word of text: Dilihat
dari konsepsi bahasa tersebut, sausure memiliki esensial yang terletak pada
sistem bahasa.
The word of context
Sifat konteks terikat ganti seperti:
aku, kamu, dia, itu, ini, dan bahwa.
Metaforis adalah berbicara tentang semua teks sebagai jenis kata ganti,
yang memperoleh makna yang sebenarnya sesuai konteks mereka. Setiap teks selalu memiliki konteks yang
mengelilingi dan menembus keduanya. Sebanyak
tanda-tanda linguistik bergantung pada posisi mereka dalam kaitannya dengan
tanda-tanda lain. Meraka dari text tidak
mungkin terlepas dari konteks, karena teks semiotic tidak ada tanpa pembaca,
intertext, situasi dan fungsi. Konsep context juga menekan pada aktifitas pembaca. Konteks mengacu pada fakta bahwa makna
diciptakan tidak hanya pada seseorang
yang memproduksi makna (seperti penulis) tetapi juga pada penerima makna.
Jadi, pada pertemuan ketiga,
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya yaitu masih berkutat
pada literasi dan isi dari buku Lehtonen.
Disini dijelaskan bahwa literasi merupakan bukan hanya membaca dan
menulis melainkan empowerment. Kemudian
ada cara merekayasa pengajaran pada reading dan writing, seperti:
Ø Read with high repetition
Ø Respond text (with discussion)
Ø (Re) write,
Ø Reproduc