Citarasa Baru Dalam
Menulis
(By:
Fitriatuddiniyah)
Ibaratkan sebuah kapal laut yang
sedang berlayar mengarungi dunianya, namun seketika dia hampir tidak bisa
berlayar lagi untuk mengarungi perjalanannya dalam menggapai pulau
impiannya. Banyak hal yang membuatnya
terpaku. Mungkin karena mesinnya yang
tak lagi gesit, atau mungkin karena awak kapal yang belum pandai berpegangan
erat satu sama lain dan kurang bekerja keras.
Namun, dengan harapan yang teguh, usaha yang membuat jantung dan hati ini berdetak lebih cepat,
dan fikiran yang berputar lebih jernih.
Akhirnya, kapal laut itu kembali berlayar pasti.
Rabu siang tepatnya, kita kembali
mengarungi luasnya ilmu, khususnya writing.
“Coming with a torch, not a bucket”, harmoni kata yang Mr. Lala lantunkan
untuk kami. Artinya, beliau memberikan
apinya, sedangkan kami harus mampu menjaga torch itu untuk tetap menyala dan
berkobar, begitu pun dengan kualitas akademik kami.
Minggu pertama hingga keempat
merupakan latihan dengan endurence yang mengenai kefokusan kita dalam segala
hal. Apakah kita sudah mampu untuk fokus
atau belum siap? Kuat atau tidak? Selain itu, ada cohesion, dimana ketika kita
membaca, apakah mendatar biasa-biasa saja atau ada ganjalan yang membuat kita
penasaran? Semua itu tergantung kita
dalam melakukannya.
Ketika menulis, kita harus tau
bagaimana cara menulis dan mempresentasikannya.
Tidak hanya dengan memproduksi, namun harus mampu mereproduksinya. Selain itu, kita juga harus memperhatikan
hal-hal penting sebagai berikut:
·
Kohesi
Gerakan
halus atau aliran kalimat dan paragraf.
Kohesi merupakan keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur
yang lainnya dalam wacana. Kohesi
mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu sendiri dari
kalimat-kalimat.
·
Kejelasan
Kejelasan
makna dari apa yang kita hendak komunikasikan harus jelas dan tidak
membingungkan. Supaya pembaca pun mampu
menangkap maksud dan tujuan dari tulisan kita tersebut.
·
Urutan logis
Penulisan
mengacu pada urutan logis dari informasi.
Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke
khusus.
·
Konsistensi
Konsistensi
mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
·
Unity
Sederhananya,
kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
·
Keringkasan
Keringkasan
adalah ekonomi dalam penggunaan kata-kata.
Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata
yang tidak perlu pengulangan.
Pengecualian dari informasi yang tidak perlumempromosikan persatuan dan
kesatuan.
·
Kelengkapan
Sementara
informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis memiliki
hal untuk memberikan informasi penting mengenai suatu topik tertentu. Misalnya dalam makna cacar air, pembaca akan
berharap untuk mengetahui bahwa itu adalah penyakit utama anak-anakyang
ditandai dengan ruam.
·
Ragam
Keragaman
membantu pembaca dengan menambahkan
beberapa bumbu-bumbu untuk teksnya, dan terciptalah rasa yang luar
biasa.
·
Formalitas
Menulis
akademik adalah formal, dalam nada ini berarti bahwa kosakata canggih dan
struktur tata bahasa yang digunakan. Selain itu penggunaan kata ganti “I” dan
kontraksi dihindari.
Literasi
adalah sesuatu yang kita lakukan. Hamilton
(1998), seperti dikutip
dalam Hyland (2006:21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak di interaksi
antara manusia. Hyland
furhter
berpendapat: " melekak ademik menekankan bahwa
cara kita menggunakan
bahasa, disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial
dan hubungan kekuasaan.
Keberhasilan akademik berarti persembahan kita dengan cara dihargai
oleh disiplin kita,
mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan
identitas yang menunjukkan
wacana akademik. Rekaya literasi berarti merekayasa pengajaran
membaca dan menulis. Ketika kita diberi teks,
yang harus kita lakukan adalah: read with high repetition, respond, (re-)
write, dan reproduce. Pengajaran reading
and writing mempunyai empat dimensi yang saling berkaitan yaitu: teks, minda,
perkembangan, dan sosiokultural.
Dari
semua pembahasan di atas, dapat disimpilkan bahwa yang direkayasa dalam
literasi adalah merekayasa membaca dan menulis dengan mengikat dimensi
pengetahuan, kognitif, perkembangan, dan sosiokultural. Linguistik diakses lewat teks, minda,
perkembangan, dan sosiokultural. Dan
orang yang mau mengajar bahasa harus jago dalam linguistik. Hanya orang yang berliterasi tinggi yang
mampu menjulang tinggi, bahkan hingga mampu menggapai bulan.