Class Review 3


Berliterasi Untuk Kemajuan Bangsa
Author: Ida Fauziyah

Matahari siang itu tidak terlalu panas. Namun, hari itu kami begitu lelah karena begitu sibuk dengan jadwal pagi sampai sore. Pertemuan pagi itu tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, karena kami bertemu di lain hari dngan Mr. Lala.

Alasan mengapa kami bertemu pada saat jam tayang atau tidak sesuai jadwal yakni Mr. Lala sangat kecewa pada kami. Yang mencengangkan dan membuat kami sangat sedih ialah Mr. lala kecewa kepada kami gara-gara kesalahan yang pernah kami lakukan dulu. Kesalahan yang seharusnya sudah kami perbaiki dari dulu.
Kami bersama sudah hampir 2 tahun. Dengan kata lain, kami telah melewati 3 semester dan sedang menjalani 1 semester berikutnya. Namun, waktu yang menurut kami lama itu masih belum mampu membuat kami kompak dan memiliki rasa “care” satu sama lain. Kami masih egois. Kami masih hanya memimikirkan kesibukan dan kepentingan kami masing-masing.
Sadar atau tidak keadaaan dan situasi seperti itu jika dibiarkan terus-menerus ada di dlam kelas kami, maka dapat dipastikan kelas kamai akan terpecah belah. Oleh karena itu, sebelum semuanya terlambat, kami segera memperbaikinya. Kami akan segera merubahnya. Tentu saja, hal itu juga yang kami janjikan kepada Mr. Lala.
Kembali pada topik sebelumnya yaitu pertemuan ketiga kami dengan Mr. Lala di kelas Writing 4. Saat itu Mr.Lala banyak menjelaskan mengenai beberapa hal, di antaranya yaitu bahwasanya Mr. Lala tidak ingin ketika kami masuk ke kelas layaknya kami hanya membawa ember kosong dan meminta Mr. Lala membuatnya penuh dengan air. Mr. Lala ingin kami masuk ke kelas layaknya kami membawa obor dan Mr. Lala akan menyalakan obornya dengan meminta api dari obor yang kami bawa. Seperti itulah ilustrasi yang dibuat oleh Mr. lala.
Kemudian Mr. Lala kembali mengajak kami untuk membahas tentang “Rekayasa Literasi” seperti yang telah kami buat chapter reviewnya. Mr. Lala mengingatkan bahwasanya sebagai seorang penulis yang profesional, kami harus tahu atau menentukn siapa yang akan menjadi target audience/pembaca tulisan kami. Dan audience atau target pembaca utama kami saat iniialah Mr. Lala.
Mengulas sedikit tentang rekaya literasi. Menurut Dr. Chaedar rekaya literasi ialah merekayasa pengajaran baca-tulis dalam empat dimensi yaitu linguistik (fokus pada teks), kognitif (fokus pada minda), perkembangan (fokus pada pertumbuhan), dan sosiokultural (fokus pada kelomopok).
Menurut Mr. Lala, jika kita ingin bangsa kita maju, kita harus bisa melihat dan mencontoh Belanda. Belanda adalah produsen sayuran terbesar di dunia. Belanda juga merupakan produsen bunga terbesar di dunia. Mengapa Belanada dapat menjadi bangsa maju sepeti itu? Jawabannya jelas karena masyarakat mereka memiliki literasi yang tinggi.
Kita sebagai bagian dari bangsa ini seharusnya tahu bahwa bangsa kita mampu bersaing dengan negara-negara maju seperti Belanda, Amerika Serikat, korea Selatan dan lain lain, asalkan kita mampu berliterasi tinggi. Kita sudah meiliki beberapa modal, yakni daerah yang luas dan sumber daya alam yang melimpah. Kita hanya perlu memperbaiki dan mulai membangun sumber daya manusianya. Namun sayang hal itu bukanlah perkara mudah.
Selanjutnya, Mr. lal menjelaskan mengenai evolusi dari pembaca ke penulis, yakni:
1.      Read with high repitition
2.      Respond the text
3.      (re-) write
4.      Reproduce
Keterangan:
1.      Read with high repitition
Untuk menjadi penulis, kita harus membaca terlebih dahulu. Untuk membaca tidak cukup hanya sekali. Kita harus berkali-kali membaca (membaca ulang) sebuah text sebelum benar-benar memahaminya.
2.      Respond the text
Sebelum menjadi penulis juga kita harus merespon teks yang kita baca yakni bisa dengan cara berdiskusi. Dengan berdiskusi kita bisa mengeksplor apa yang telah kita dapat dari teks tersebut. Kita juga bisa mengkritik apa yang kurang dari teks tersebut, sehingga kita bisa belajar dari teks tersebut.
3.      (re-) write
Setelah membaca dengan berulang-ulang, merespon teks tersebut, kemudian kita mencoba menuliskan apa yang telah kita dapat dari teks dengan bahasa kita sendiri.
4.      Reproduce
Setelah kita mampu melakukan ketiga tahap sebelumnya kemudian kita mencoba untuk menciptakan teks yang baru yang mungkin mirip dengan teks tersebut, atau kita bisa mejadikan atau menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Kembali kepada teks rekayasa literasi. Ada beberapa point penting dalam teks tersebut, yakni:
·         Literasi adalah praktek kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik.
·         Definisis baru literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari.
·         Rekayasa literasi adalah upaya yang sengaja dilakukan dan sistematik untuk menjadikan manusaia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
·         Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi dan keterampilan literasi dan numerasi. (Cole dan Chan 1994 yang dikutip dari Alwasilah 2012)
·         Pendidkan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan litersi berkualitas tinggi pula, dan juga seblinya.
·         Orang literat tidak hanya sekedar berbaca-tulis tetapi juga terdidik dan mengenal sastra.
Jadi, dari semua pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen dalam suatu hubungan itu sangatlah penting. Baik hubungan antara siswa dengan guru, hubungan antara teman dengan teman, maupun hubungan siswa dengan subject yang mereka pelajari. Oleh karena itu, untuk membuat bangsa kita maju, kita harus memliki komitmen utntuk berliterasi tinggi sehingga kualitas pendidikan kita menjadi lebih baik lagi.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment