Berliterasi Untuk Kemajuan Bangsa
Author: Ida Fauziyah
Matahari
siang itu tidak terlalu panas. Namun, hari itu kami begitu lelah karena begitu
sibuk dengan jadwal pagi sampai sore. Pertemuan pagi itu tidak seperti
pertemuan-pertemuan sebelumnya, karena kami bertemu di lain hari dngan Mr. Lala.
Alasan
mengapa kami bertemu pada saat jam tayang atau tidak sesuai jadwal yakni Mr. Lala
sangat kecewa pada kami. Yang mencengangkan dan membuat kami sangat sedih ialah
Mr. lala kecewa kepada kami gara-gara kesalahan yang pernah kami lakukan dulu. Kesalahan
yang seharusnya sudah kami perbaiki dari dulu.
Kami
bersama sudah hampir 2 tahun. Dengan kata lain, kami telah melewati 3 semester dan
sedang menjalani 1 semester berikutnya. Namun, waktu yang menurut kami lama itu
masih belum mampu membuat kami kompak dan memiliki rasa “care” satu sama lain. Kami
masih egois. Kami masih hanya memimikirkan kesibukan dan kepentingan kami
masing-masing.
Sadar
atau tidak keadaaan dan situasi seperti itu jika dibiarkan terus-menerus ada di
dlam kelas kami, maka dapat dipastikan kelas kamai akan terpecah belah. Oleh karena
itu, sebelum semuanya terlambat, kami segera memperbaikinya. Kami akan segera
merubahnya. Tentu saja, hal itu juga yang kami janjikan kepada Mr. Lala.
Kembali
pada topik sebelumnya yaitu pertemuan ketiga kami dengan Mr. Lala di kelas
Writing 4. Saat itu Mr.Lala banyak menjelaskan mengenai beberapa hal, di antaranya
yaitu bahwasanya Mr. Lala tidak ingin ketika kami masuk ke kelas layaknya kami
hanya membawa ember kosong dan meminta Mr. Lala membuatnya penuh dengan air. Mr.
Lala ingin kami masuk ke kelas layaknya kami membawa obor dan Mr. Lala akan
menyalakan obornya dengan meminta api dari obor yang kami bawa. Seperti itulah
ilustrasi yang dibuat oleh Mr. lala.
Kemudian
Mr. Lala kembali mengajak kami untuk membahas tentang “Rekayasa Literasi”
seperti yang telah kami buat chapter reviewnya. Mr. Lala mengingatkan
bahwasanya sebagai seorang penulis yang profesional, kami harus tahu atau
menentukn siapa yang akan menjadi target audience/pembaca tulisan kami. Dan audience
atau target pembaca utama kami saat iniialah Mr. Lala.
Mengulas
sedikit tentang rekaya literasi. Menurut Dr. Chaedar rekaya literasi ialah
merekayasa pengajaran baca-tulis dalam empat dimensi yaitu linguistik (fokus
pada teks), kognitif (fokus pada minda), perkembangan (fokus pada pertumbuhan),
dan sosiokultural (fokus pada kelomopok).
Menurut
Mr. Lala, jika kita ingin bangsa kita maju, kita harus bisa melihat dan
mencontoh Belanda. Belanda adalah produsen sayuran terbesar di dunia. Belanda juga
merupakan produsen bunga terbesar di dunia. Mengapa Belanada dapat menjadi
bangsa maju sepeti itu? Jawabannya jelas karena masyarakat mereka memiliki
literasi yang tinggi.
Kita
sebagai bagian dari bangsa ini seharusnya tahu bahwa bangsa kita mampu bersaing
dengan negara-negara maju seperti Belanda, Amerika Serikat, korea Selatan dan
lain lain, asalkan kita mampu berliterasi tinggi. Kita sudah meiliki beberapa
modal, yakni daerah yang luas dan sumber daya alam yang melimpah. Kita hanya
perlu memperbaiki dan mulai membangun sumber daya manusianya. Namun sayang hal
itu bukanlah perkara mudah.
Selanjutnya,
Mr. lal menjelaskan mengenai evolusi dari pembaca ke penulis, yakni:
1. Read
with high repitition
2. Respond
the text
3. (re-)
write
4. Reproduce
Keterangan:
1. Read
with high repitition
Untuk
menjadi penulis, kita harus membaca terlebih dahulu. Untuk membaca tidak cukup
hanya sekali. Kita harus berkali-kali membaca (membaca ulang) sebuah text sebelum
benar-benar memahaminya.
2. Respond
the text
Sebelum
menjadi penulis juga kita harus merespon teks yang kita baca yakni bisa dengan
cara berdiskusi. Dengan berdiskusi kita bisa mengeksplor apa yang telah kita
dapat dari teks tersebut. Kita juga bisa mengkritik apa yang kurang dari teks
tersebut, sehingga kita bisa belajar dari teks tersebut.
3. (re-)
write
Setelah
membaca dengan berulang-ulang, merespon teks tersebut, kemudian kita mencoba
menuliskan apa yang telah kita dapat dari teks dengan bahasa kita sendiri.
4. Reproduce
Setelah
kita mampu melakukan ketiga tahap sebelumnya kemudian kita mencoba untuk
menciptakan teks yang baru yang mungkin mirip dengan teks tersebut, atau kita
bisa mejadikan atau menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Kembali
kepada teks rekayasa literasi. Ada beberapa point penting dalam teks tersebut, yakni:
·
Literasi adalah praktek kultural yang
berkaitan dengan persoalan sosial politik.
·
Definisis baru literasi terus menjamur
sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan
pengajaran pun tidak bisa dihindari.
·
Rekayasa literasi adalah upaya yang
sengaja dilakukan dan sistematik untuk menjadikan manusaia terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan
pembudayaan.
·
Ujung tombak pendidikan literasi adalah
GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan
reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi dan keterampilan literasi dan
numerasi. (Cole dan Chan 1994 yang dikutip dari Alwasilah 2012)
·
Pendidkan yang berkualitas tinggi PASTI
menghasilkan litersi berkualitas tinggi pula, dan juga seblinya.
·
Orang literat tidak hanya sekedar
berbaca-tulis tetapi juga terdidik dan mengenal sastra.
Jadi, dari semua pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa komitmen dalam suatu hubungan itu sangatlah penting. Baik hubungan
antara siswa dengan guru, hubungan antara teman dengan teman, maupun hubungan
siswa dengan subject yang mereka pelajari. Oleh karena itu, untuk membuat
bangsa kita maju, kita harus memliki komitmen utntuk berliterasi tinggi
sehingga kualitas pendidikan kita menjadi lebih baik lagi.