LEBIH DALAM MEMAHAMI LITERASI
By: Dian Eka Indriyani
Ini menjadi awal dimester 4 untuk tidak mengikuti mata
kuliah writing, bukan gimana dan bagaimana keterpaksaan yang membuat saya harus
merelakannya bukan karena saya acuh atau apa pun, setiap manusia memiliki
rencana namun Allah yang berkehendak menurut saya hanya itu yang dapat saya
katakan hendak dipahami oleh mereka-mereka atau tidak rasanya sudah tak bisa
saya hiraukan lagi. Sejauh ini mungkin masih di ambang kewajaran bagi saya,
selama tidak ada yang membuatnya fatal maka saya membiakan itu terjadi.
Suatu
ketika pasti ada jalan bagi saya untuk memahami apa tang menjadi ketertinggalan
saya maka itu yang terpenting adalah usaha untuk mendapatkannya, berusaha untuk
mengejar ketertinggalan saya agar tidak semakin jauh dibelakang. Kemudian saya
juga masih merasakan canggung entah kenapa perasaan itu masih sedikit terselip,
apa mungkin juga karena baru sebatas 3 pertemuan dengan sekarang dan ditambah
pada yang ke 3 ini saya tidak masuk, dan sedikit insident.
Insedent?
Kenapa harus ada kata insident? Sebenarnya di senin minggu ke 3 mata kuliah
writing 4 saya masuk dikelas, namun sebab karena kesalah dari kelas membuat
bapa enggan untuk menajar hari itu, tidak dipungkiri memang saat itu suasana
yang dirasa sedang kurang enak dan itu juga mungkin yang menjadikan bapa kurang
nyaman dengan kelas, padahal jika kita menelaah sudah lama ketidak nyamanan itu
hadir dalam kelas kami tapi apa yang membuatnya demikian belum bisa kita
pecahkan bersama-sama, bila semangat yang menjadi penyebabnya setiap anak
memiliki caranya sendiri untuk bagaimana dia membangun semangat itu.
Dalam hal ini saya juga masih merasakan kurang gereget
menghadapinya, entah karena terlalu lelah atau apa yang pasti setiap apa yang
menjadi pilihan bagi kita, semua harus bisa dipertanggung jawabkan atas apa
yang menjadi pilihan kita, siapa orangnya yng menghendaki suatu yang merugikan
kita, sudah tentu tidak ada, orang gia saja mungkin berfikir yang demikian,
tapi sekali lagi setiap orang memiliki caranya sendiri-sendiri untuk
menghadapinya.
Mungkin sedikit saya menyinggung tentang tadi,
kemudian pada minggu ini saya tidak
mendapat materi dari bapak hanya sebatas file power point yang saya dapatkan
dari teman saya, jadi mungkin hanya sedikit pula yang saya mampu jabarkan dari file
tersebut, setelah saya membaca pada file ini masih berhubungn dengan kemampuan
dalam akademik literasi, disini juga dijelaskan tentang bagaimana menulis itu
dalam hal ini ada beberapa yang perlu diperhatikan seperti dalam :
Ø Kohesi yaitu gerakan halus atau aliran antar kalimat,
dalam kohesi ini kita harus mampu menyambung dari kalimat satu kekalimat yang
lain dengan bahasa yang mampu diterima oleh orang lain.
Ø Kejelasa yaiut makna dari apa yang diminati untuk
berkomunikasi dengan jelas, dan itu sudah tentu menggunakan bahasa yang udah
dipahami pula maksudnya.
Ø Urutan logis yaitu mengacu pada urutan logis dari
informasi, dalam menulis akademik penulis cenderung bergerak dari umum ke
khusus. Dalam hal ini dapat saya simpulakan agar yang membaca dapat
mengrtikannya secara luas dan sebagai contoh yang nyata beranjak pada yang
formal.
Ø Konsistensi yaitu konsistensi mengacu pada keseragaman
gaya menulis, disini gaya menulis hrus sesuai dengan apa yang tellah dtulis
sbelumnya tidak merubah haluan dalam menulis sehingga tulisan menjadi suatu
kepaduan.
Ø Unity yaitu pada kesederhanaan kestuan mengacu pada
pengecualian informasi yang secara langsung berhubungan dengan topik yang
dibahas dalam paragraf tertentu.
Ø Keringkasan yaitu ekonomi dalam kata-kata, tulisan yang
bagus akan dengan cepat sampai kepada titik dan menghilangkan kata yang tidak
perlu dan tidak mengulangnya.
Ø Kelngkapan yaitu untuk sementara informasi berulang-ulang
atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis memiliki wewenang untuk memberikan
informasi penting mengenai suatu topik tertentu. Misalnya dengan sebuah
pembahasan tentang penyakit dan gejala yang ditiimbulkan kemudian bagaimana
mengatasinya.
Ø Ragam yaitu variety untuk membantu seorang pembaca dengan
menambahkan sebuah bumbu untuk teks tersebut.
Ø Formalitas yaitu tulisan akademik yang formal dalam nada,
ini berarti dalam kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan
melalui bahasa yang baik, selain itu penggunaan kata ganti seperti I dan
menghindari konstraksi.
Kemudian disini kita juga membahas sedikit tentang
literasi, dalam literasi ini yang menjadi ujung tombak dari semua adalah
seorang guru, maka seorang guru itu harus memiliki pengetahuan dan penguasaan
materi yang memadai, dalam berliterasinya pun demikian ia harus mampu menjadi
orang yang berliterat, karena rekayasa literasi disini adalah upaya yang
disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia yang terdidik dan berbudaya
melalui penguasaan bahasa secara optimal, penguasaan bahasa yang optimal adal
pintu masuk menuju kedalam pendidikan dan kebudayaan.
Pada literasi memiliki empat dimensi yang juga harus kita
perhatikan, yaitu dari segi linguistik, kognitif, sosiokultural dan
perkembangannya, dalam hal ini kenapa kita harus memperhaikannya sebab dalam
rekayasa literasi keta harus merekayasa pengajaran membaca dan menulis agar apa
yang menjadi topik kita mampu dipahami dan menjadi sumber dari perubahan
tentang kebudayaan tersebut, maka jangan heran kita harus mampu mengolah
seindah mungkin agar budaya ini semakin hari semakin menunjukan perubahan ke
arah yang lebih baik bukan pada arah yang tidak ada manfaatnya.
Pada dasarnya, ketika kita menulis kita harus mampu
menguasai cara tentang apa yang hendak kita tulis, menulis tidak semata-mata
hanya untuk membuahkan sebuah bacaan
melainkan sebuah pengetahuan yang akan menjadi sumber ilmu untuk
sekarang dan untuk dimasa yang akan datang, maka itu tidak sembarangan orang
ketika kita hendak menulis dan dapat di akui hasil dari tulisannya.
Sejauh ini kebudayaan tulis menulis mungkin masih rendah
di negara kita, namun berangkat dari situ kita sebagai generasi penerus bangsa
harus mampu merubah kenyataan yang sekarang menjadi lebih baik dari sebelumnya,
dijaman sekarang yang sudah memiliki perkembangan pesat pada teknologinya, kita
harus bisa menggunakannya sebagai wadah menuju sebuah perubahan yang nyata
untuk sebuah bangsa, yaitu melalui wacana literasi membaca dan menulis, karena
darisitulah kita mampu menggali sumber dari pengetahuannya.