Koneksi antara Teks,
Konteks, dan (si) Pembaca
By: IDHAM KHOLID
Berbicara tentang
ketiga hal mengenai teks, konteks, dan pembaca ini memang sangat menarik,
bahkan menurut Mr. Lala Bumela seorang dosen luar biasa dari fakultas
pendidikan jurusan Tadris Bahasa Inggris di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ketika
ia menyampaikan materi tentang pentingnya budaya literasi di zaman yang serba
canggih ini, saking pentingnya ketiga komponen antara teks, konteks, dan pembaca
ini Beliau mangatakan bahwa tidak mungkin ada teks tanpa konteks, namun di sisi
lain suatu suatu teks itu akan mati jika tidak ada pembaca yang mengerti dan
menangkap akan sebuah maksud yang ingin disampaikan di dalam suatu teks. Ini
menjadi suatu hal yang menarik untuk diperbincangkan, mengingat ke tiga unsur
ini sangat sulit untuk dipisahkan di dalam ranah perliterasian dunia. Namun
sepenting apakah sebenarnya hubungan antara teks, konteks, dan (si) pembaca?
Dalam sebuah kutipan di
sebuah buku yang ditulis oleh Mr. Mikko Lehtonen dari London, United Kingdom
dengan judul ‘The Cultural Analysis of Texts’ pada tahun 2000, di dalam sebuah
kutipan di bukunya jelas diterangkan bahwa ketika seorang menulis sebuah teks
maka seketika itu pula penulis tidak hanya membangun sebuah arti kedalam sebuah
teks, akan tetapi harus juga membangun arti untuk hidupnya melalui cara yakni
mencari tahu apa saja prioritas yang mesti di perhatikan di dalam suatu teks
agar pemikiran dalam teks itu dapat dengan tepat singkron dengan para pembaca
yang ditargetkannya. Seringkali hubungan antara teks dengan pembaca kurang
padu, entah masalah itu ada pada kualitas penulis yang tinggi sehingga pembaca
tidak bisa mencerna bacaan dengan baik dalam artian si pembaca dalam konteks
ini memang benar-benar bodoh, atau masalah non-teknis lainnya yang menyebabkan
suatu teks itu mati, dan harusnya instrument dari sebuah teks itu harus
langsung tune-in dengan pembacanya karena jika suatu teks tersebut tidak bisa
berkonstribusi banyak maka yang terjadi adalah kesalahan informasi yang didapat
oleh pembaca.
Mari kita kenali lebih
jauh tentang teks, konteks, dan juga pembaca yang akan dibahas dalam menu
kajian class review yang kedua, ini sangat menarikn mengingat pada pembahasan
materi kali ini lebih banyak diambil dari kutipan buku ‘The Cultural Analysis
of Texts’ dari miliknya Mr. Mikko Lehtonen, London pada tahun 2000 karena menu
referensi sumber pembuatan class review kali ini harus lebih banyak mengutip
dari buku Mr. Mikko Lehtonen. Berikut ihwal pemaparan dari ketiga komponen
tersebut:
1. TEKS
1.1 Teks sebagai bahasa
tubuh
Teks mampu
menginterpertasikan sebuah bahasa tubuh kedalam sebuah tulisan, jika dilihat
dari sudut pandang yang lain maka terkadang selain teks bisa juga bersifat
physical maka teks juga bisa bersifat semiotik karena kualitas dari kedua aspek
ini bisa saling mempengaruhi bentuk dari teks, hanya saja ketika suatu teks
ingin menjadi suatu teks yang semiotic, maka harus dengan catatan teks tersebut
harus sudah menjadi teks yang berbentuk physical terlebih dahulu.
Dengan semuua kelebihan
dari sebuah teks, maka kita bisa menafsirkan bahwa teks itu layaknya artefak
komunikasi, dengan kata lain manusia bisa memproduksi instrumen-instrumen dari
sebuah komunikasi antar taks dan pembaca. Sebagai artefacts, teks mampu
membantu mengawali terbentiknya berbagai macam bentuk teknologi karena teks
mampu mengarahkan seseorang menjadi lebih tahu banyak tentang pengetahuan.
Karena ketika seseorang menulis, maka untuk melengkapi tulisannya itu mereka
benar-benar mencari informasi yang ingin disampaikan oleh publik lewat analisa
mendalam serta mengevaluasi ulang hasil tulisannya agar apa yang kita sampaikan
nantinya bukan sebuah informasi yang basi dan tidak bermanfaat untuk pembaca.
Teks yang ada saat ini
sudah mengalami sebuah metamorphosis yang sangat besar dan pesat karena majunya
perkembangan teknologi, jika dahulu seseorang menulis di atas kayu atau batu
maka berkat kecanggihan literasi yang menjadikan teknologi semakin maju,
seseorang tidak perlu menulis diatas batu atau pelepah pohon karena mereka
hanya menggunakan tombol keyboard yang ada pada computer sebagai alat untuk
menuangkan ide maupun informasi baru di dalam Microsoft words yang nantinya
tinggal kita pilih sesuka kita ingin dipublikasikan lewat buku biasa atau lewat
internet karya kita tersebut. Luar biasa memang kecanggihan teknologi pada
dewasa ini.
1.2 Teks dalam bentuk
semiotik
Dalam kecanggihan
teknologi dewasa ini, teks bisa mengandung makna bahwa teks bisa menjadi
penggabungan antara menulis, berbicara, gambaran, musik, dan yang lainnya.
Namun point terpenting lainnya ialah apa saja kandungan makna yang terkandung
di dalamnya, karena jika semua itu tidak membangun sebuah chemistry untuk
menghasilkan sebuah teks yang bagus, maka sia-sia lah semua elemen itu. Namun
ketika semua elemen itu bekerja secara efektif maka akan menghasilkan banyak
sekali simbol-simbol baru yang relatif serta solid yang tentunya akan
dipastikan bahwa karakter dari sebuah teks sudah hampir terpenuhi untuk menjadi
teks yang berkategorikan semiotic sebagai karakter teks itu karena melihat tiga
fitur yang terkandung di dalamnya, yaitu; material yang terkandung di dalamnya,
hubungan formal satu sama lain, dan yang terakhir adalah terbentuknya secara
utuh makna yang ingin disampaikan oleh sebuah teks.
Berikut table dari
Lehtonen:
Dalam suatu teks, maka
physical existence dan sensual perseptif selalu mempunyai sebuah basis materi
yang amat besar dan pastinya harus ada hubungan yang formal antara isi yang
terkandung di dalam teks tersebut, dan biasanya hubungan itu berjalan mulus
jika penanda dan yang tertanda sudah klop.
2. Konteks
Menurut Mr. Lehtonen,
bahwa beliau mengungkapkan bahwa posisi konteks itu sangatlah vital, bahkan
menurut beliau saking vitalnya posisi konteks dalam suatu teks maka konteks ini
dianggap sebagai asisten dari teks karena posisinya layaknya perangko yang
menempel terus di dalam teks karena tidak mungkin ada teks jika tidak ada
sebuah konteks. Konteks dianggap seperti background dari sebuah teks, ini
sangat menarik bahwa ketika mencari sesuatu pengertian dalam suatu teks, maka
harus melihat terlebih dahulu konteksnya. Bahkan Mr. Mikko Lehtonen menganggap
sebuah konteks di dalam sebuah teks layaknya susuan puzzle yang saling
berkaitan satu sama lain yang saling tambal menambal satu sama lain, jika
konteks dari sebuah teks itu tidak ada, maka jangan harap bahwa itu dinamakan
sebuah teks.
3. Pembaca
Pembaca merupakan unsur
yang sangat erat dikaitkan dengan sebuah teks karena posisinya yang juga sangat
vital. Ketepatan membaca dalam menganalisis sebuah teks menjadi nilai
tersendiri karena ketika pembaca yang tidak mampu menangkap suatu maksud yang
ingin disampaikan oleh sebuah teks maka yang terjadi adalah ‘misunderstanding’
diantara teks dan pembaca.
Dalam era globalisasi
yang serba canggih ini maka ketepatan membaca dari seseorang harus juga ikut
canggih karena jika tidak mampu mengimbanginya maka akan tenggelam di dalam
gemerlapnya dunia literasi, sebaliknya jika seseorang mampu membaca dengan baik
dan menganggap bahwa membaca dan menulis itu akan menghasilkan jalan untuk
mengetahui sesuatu, dan bisa juga nantinya akan bisa mencari informasi baru
serta dapat mempresentasikan apa yang di dapatnya karena sudah mempunyai
pengetahuan yang luas yang otomatis akan memberikan pengalaman yang berarti di
dalam hidupnya, maka orang yang seperti ini dapat dikategorikan sebagai
QUALIFIED READERS
Jadi bisa ditarik
kesimpulannya bahwa di zaman yang serba canggih ini harus menguasai betul
dengan suatu struktur dari suatu teks agar mampu membangun sebuah makna dan
juga chemistry yang didapat nantinya akan membawa kita menjadi orang yang
literat. Apalagi kita sebagai multilingual writer, reader, speaker, listener
dsb. harus memiliki cita rasa yang tinggi dalam membaca maupun menulis, namun
tidak hanya membaca ataupun menulis seperti biasa, melainkan harus memahami
cara menulis dan membaca yang benar terlebih dahulu karena efek literasi itu
akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, baik berupa teknologi atau
apapun itu, yang jelas pendapatan dari suatu Negara akan naik karena literasi
juga mampu mengangkat ekonomi suatu Negara.