Pendekatan Literasi
(By: Fithri Maulidah)
Literasi sepertinya tetap menjadi thema pada
minggu ini, dan tidak menutup kemungkinan masalah literasi akan selalu menjadi
perbincangan dalam kelas. Menurut A. Chaedar, semua pendidikan bahasa di
Indonesia dititik beratkan pada “Literacy”. Hal tersebut sesuai dengan bidang
yang sedang saya kaji yaitu pendidikan bahasa, tepatnya Bahasa Inggris yang katanya
akan berpusat pada literasi. Dengan literasi kita dapat menpercepat
pembangunan, dan salah satu tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan. Hal
tersebut telah lama menjadi suatu prioritas di Negara maju seperti Jepang dan
Cina, yang telah kita ketahui saat ini sebagai pusat teknologi canggih dan
sering kita gunakan sehari-hari.
Teknik pengajaran yang dilakukan Mr. Lala
selalu membuat mahasiswa mendekati literasi secara langsung maupun tidak
langsung. Sungguh satu hal yang istimewa jika pengajaran seperti yang dilakukan
Mr. Lala ini terus dikembangkan, khususnya untuk mengasah kemampuan dan
menambah pengalaman dalam menulis. Sambutan baik untuk saya, karena dengan
adanya tugas yang diberikan setiap minggu memaksa saya mau tidak mau harus
membaca kemudian saya harus menuliskannya dengan cara saya sendiri. Keberagaman
yang tercipta ketika menulis membuat saya antara percaya dan tidak percaya,
apalagi ketika saya melihat tulisan teman-teman dengan thema yang sama bisa
menghasilkan prespektif yang berbeda dalam menulis.
Dalam suatu konferensi pendidikan di Inggris
Proffesor Michael Barber mengatakan “...In the 21st century, word class
standards will demand that everyone is highliy literate, highliy numerate,
well-informed, capatable of learning constantly, and confident and able to play
their part as a citizen of a democratic society...”. Pada awal bad 21 ini pembelajaran
yang ada di Indonesia terlihat sangat tidak literate, contohnya terlihat dari
kurang pedulinya pengajar terhadap kemampuan siswa yang diajarnya. Tidak
perduli apakah siswa tersebut sudah dapat mengimbangi pembelajaran atau masih
tertinggal dari objek yang diajarkannya, asalkan siswa itu lulus pengajar
merasa sudah tidak ada urusan apa-apa lagi. Kemudian begitu kurangnya etika siswa terhadap guru. Pada jaman
dahulu, siswa begitu menghormati gurunya tapi sekarang tak sedikit kita lihat
siswa tidak perduli keberadaan gurunya. Sesuatu yang sangat memprihatinkan.
Kemana semua etika-etika itu pergi?
Pembelajaran yang dilakukan Mr. Lala pada
semester ini mendorong kita untuk mendekati literasi. Pendekatan literasi yang
dilakukan mau tidak mau dan suka tidak suka menuntut mahasiswa untuk
menggali informasi yang lebih seperti
yang telah beliau terapkan. Pendekatan tersebut akan sangat berpengaruh
khususnya bagi kesiapan saya memasuki kehidupan di masyarakat. Seperti yang
dikatakan oleh Kern (2000:3-7) bahwa literasi secara sempit didefinisikan
sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis yang juga berkaitan dengan pembiasaan
dalam membaca dan mengapresiasi karya sastra (literarure) serta melakukan
penilaian terhadapnya. Pembahasan secara lebih luasnya, literasi berkaitan
dengan kemampuan berfikir dan belajar seumur hidup untuk bertahan dalam
lingkungan sosial.
Mr. Lala bertanya, seberapa pentingkah guru
bahasa dalam mengajar? Menut saya sangat penting! Guru adalah salah satu faktor
utama yang berperan penting dalam pembelajaran. Guru bahasa tidak hanya harus
menguasai tentang bahasa saja, tetapi dia juga harus dapat berinteraksi dengan
baik serta dapat mengajar secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Pada abad ke-21, dimana teknologi dan ilmu
pengetahuan berkembang sangat cepat dan adanya persaingan yang sangat ketat,
menuntut kita untuk terus-menerus berkompetensi dalam berbagai bidang.
Pendekatan literasi adalah salah satu alternatif yang dapat mengajarkan kita ilmu
pengetahuan serta teknologi. Bahasa yang sifatnya dinamis mampu mengimbangi
perkembangan abad 21 ini, karena kemampuan literasi yang tinggi dapat mendorong
perkembangan ilmu tersebut pada tingkatan yang lebih tinngi juga! Sehingga,
dengan belajar literasi kita dapat membiasakan diri dengan cepatnya situasi
yang dihasilkan oleh perkembangan ilmu teknologi dan pengetahuan tersebut.
Menjadi guru bahasa yang baik berarti mampu
berinteraksi dengan baik. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan literasi, (Kern,2000) “Literasi involves comunication”
(literasi melibatkan komunikasi). Pembelajaran literasi mempunyai tiga aspek
“R”, yaitu Responding, Revising dan Reflecting. Aspek tersebut membuat
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Contohnya yaitu siswa yang membaca
dan mendapat tugas dari guru, guru juga harus memberi respon pada jawaban tugas
siswa tersebut untuk mengetahui tingkat “kebenaran” yang di capai oleh siswa. Tujuan
ahir pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kompetensi siswa untuk
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan, alangkah baiknya jika proses
pembelajaran yang dilakukan secara bersamaan antara proses lisan dan tulisan.