Critical Review 1 : Pendidikan Sebagai Produsen Utama SDM

                        Pendidikan Sebagai Produsen Utama SDM

Pendidikan di Indonesia sangatlah memprihatinkan dari beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi Indonesia mencoba untuk membuktikan pada dunia, bahwasannya pendidikan di Indonesia akan semakin membaik dan memberikan sesuatu yang layak bagi peserta didik, untuk membanggakan Negara Indonesia mengenai masalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya Indonesia adalah Negara yang mempunyai beberapa agama didalamnya, tidak hanya Islam saja agama di Indonesia akan tetapi di Indonesia juga ada agama lainnya, seperti: Kristen, Budha, Hindu dan Tionghoa. Mereka semua menjalin kerukunan dalam beragama, tidak saling menjelek-jelekean satu sama lain.

Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan usia dini? Pendidikan diusia dini  adalah jenjang pendidikan yang merupakan sesuatu upaya pembinaan, yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal dan nonformal dan informal.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa kedepannya, yang paling dekat menghadapi masa sekolah. Saat sekarang ini, beberapataman kanak-kanak sudah meminta murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving karena kemampuan- kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini. Selanjutnya pendidikan diusia dini itu sangat penting, karena diusia yang sangat ideallah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Diusia inilah anak- anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa diberikan untuk anak anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.
Pendidikan di Indonesia yang dianggap sebelah mata oleh Negara lain, akan tetapi Indonesia memepunyai beberapa pendidikan didalamnya, antara lain: Pendidkan Umum, Pendidikan Dasar, Pendidikan Liberal dan lain-lain. Pendidikan umum itu adalah pendidikkan yang  lebih berfokus pada pada pengembangan pribadi dadlam skala yang lebih luas tidak sekedar aspak intelektualnya, akan tetapi semua aspek, yaitu: emosi, sosial, dan moral peserta didik. Pendidikan liberal adalah pendidikan yang diniati untuk memperluas wawasan peseta didik, tidak hanya pelatihan teknis dan professional.Sedangkan pendidikan dasar adalah pendidikan yang mempelajari tentang dasar-dasar pendidikan yang mencakup semunya.
Akan tetapi di Indonesia mempunyai masalah-masalah dan konflik-konflik yang belum kunjung usai, seperti konflik antar pelajar yang disetiap hari mereka mempunyai jadwal rutin untuk tawuran antar sesama sekolahan sehabis mereka pulang sekolah karena kurangnya keharmonisan dalam rasa hormat pada orang lain.
            Kerukunan beragama di Indonesia sempat mengalami kerusakan dengan adanya konflik antar umat beragama yang sangat memprihatinkan di mata dunia. Dikarenakan kurangnya keharmonisan antar umat beragama, maka dari itu mari kita wujudkan keharmonisan dalam beragama yang semuanya itu kita lakukan semata-mata untuk mewujudkan dalam bidang pendidikan yang lebih baik lagi. Dikarenakan Indonesia memiliki beberapa etnis, agama, dan suku.Haidar mengatakan bahwa untuk meningkatkan kerukunan agama yaitu, untuk mengambil simplia dasar SD, berdasarkan dari data yang ada yaitu apriliasi.Interaksi makhluk dalam sekelas mendukung kerukunan agama penduduk, berdasarkan kerukunan pancasila dan undang-undang.Yang dinama keributan di dalam kelas di SD bukan hanya sekedar ribut tetapi berliterasi.
 Maka dari itu kita tanamkan rasa hormat pada semua golongan tidak hanya agama, akan tetapi suku, dan ras. Semuanya mari kita kembangkan disetiap sekolah-sekolah, peserta didik harus diberikan pengarahan yang dasar supaya mereka bisa mengerti dan paham bagaimana indahnya dalam kerukunan umat beragama. Dimulai dari kelas siswa diajarkan menghormati perbedaan agama, etnis, dan sosial karena dikelas siswa bisa mengenal beberapa perbedaan yang mereka miliki.Konflik agama itu wajar karena manusia itu diciptakan oleh Allah termasuk didalamnya sifat amarah.Tetapi amarah itu diatur oleh agama yang mengajak kita untuk sabar dan tidak cepat marah apalagi menyakiti orang.
            Dr. Chaedar Alwshilah dalam wacananya yang berjudul Classroom Discourse to Foster Religious Harmony(wacana kelas untuk memupuk kerukunan umat beragama)  menjelaskan tentang beberapa hal, yakni salah satu tujuan dari pendidik dasar memberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai masyarakat dan sebagai warga Negara. Dr. Chaedar juga menjelaskan tentang mewujudkan kerukunan beragama yang harus dikembangkan di sekolah pada awal usia mungkin. Hal ini untuk mendesak untuk mengutamakan program kreatif dan inovatif untuk mendukung wacana kelas yang positif dikalangan siswa dan siswi.
            Diawali pada sekolah dasar, guru kelas berfungsi sebagai untuk mengawasi siswa untuk hamper disepanjang hampir sepanjang hari. Siswa atau siswi harus tahu bagaimana merancang dan memfasilitasi interaksi teman sebaya  dengan benar, mereka akan mengembangkan wacana kelas positif sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan. Oleh karena itu, disarankan agar mengembangkan interaksi dengan teman sebaya harus dilaksanakan sebagai kegiatan rutin dikelas karena dimulai dari kelaslah siswa dan siswi bisa mengetahui perbedaan yang ada dalam diri mereka masing-masing. Siswa juga harus diberi kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain melalui belajar bareng, berdiskusi, dan sharing each other untuk mempersiapkan hidup mereka yang sebagai anggota fungsional dari suatu masyarakat yang demikratis.
            Sebagai siswa SD, pendidikan dasar yang belum mampu memberikan alasan informasi dan bukti dari argumen mereka tapi mereka bisa mengekspresikan kesepakatan dan ketidak sepakatan dengan cara yang sopan. Selain itu, para siswa tampak percaya satu sama yang lain, sehingga kompromi dan konsensus dapat dicapai dengan cara sipil. Ada beberapa penelitian dari Apriliaswati dan antara lain adalahApriliaswati  mengajarkan kepada siswa dan siswi bahwa pendidikan harus mengembangkan tidak hanya pe nalaran ilmiah, tetapi juga wacana sipil positif. Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting untuk menciptakan warga Negara yang beradab.
Menurut prof. Chaedar pendidikan di Negara kita saat ini gagal untuk memberikan para siswa dengan kompetensi wacana sipil.Sebagian besar politisi dan birokrat telah datang ke kekuasaan karena pendidikan yang mereka telah diperoleh.Sayangnya, banyak dari mereka tidak memliki kompetensi tersebut.Menurut Djuju Sujana 2010, pembinaan terhadap anak SD pendidikan meliputi 2 yaitu kontroling dan supervisi, menggunakan pendekatan langsung dan tidak langsung (dilakukan dengan melalui diskusi, rapat, kunjungan dan lain sebagainya)
            Idealnya kebijakan harus ditegakkan dimana sekolah yang dikelolah oleh guru dan tenaga yang memiliki perbedaaan keyakinan.Etnis dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda.Disetiap sekolah, kampus harus menyediakan tempat ibadah bagi semua dari semua agama. Siswa akan belajar bagaimana orang lain melakukan ritual keagamaannya masing-masing. Dan ini akan menjadi efektif pendidikan agama dalam lingkungan sekolah multikultural.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama dan minoritas bahasa dan budaya.Terlepas dari karir mereka, politisi, insinyur, petani dan pengusaha.Siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai didaerah-daerah. Pendidikan liberal bertujuan untuk membebaskan siswa dari sikap rabun terhadap agama, etnis, dan sosial orang lain. Pada dasarnya, itu penempaan insane kamil, yaitu orang yang ideal memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukan sebagai warga Negara yang demokratis.
Saya sependapat dengan wacana yang ditulis oleh prof. Chaedar Alwashilah.Beliau mengatakan bahwa pada tingkat sekolah dasar, guru berfungsi untuk mengawasi siswa dan siswi untuk hampir sepanjang hari. Siswadi sekolah dasar masih harus di bimbing karena pada siswa dan siswi yang tingkatannya masih dasar itu mudah terpengaruhi oleh apa yang ada di sekelilingnya. Guru juga harus bisa merancang dan memfasilitasi para siswanya untuk berinteraksi kepada teman-teman sebayanya, supaya siswa bisa memahami apa arti dari keharmonisan, kerukunan di dalam kelas dan di sekolah.
Kejadian- kejadian yang sangat banyak dijumpai di Indonesia, antaranya adalah perang antar umat beragama, konflik antara suku dan sebagainya.Itu semua karena kurang ditanamnya rasa hormat dalam pendidikan dasar di daerahnya masing-masig.Guru agama adalah berperan penting dalam pendidikan, pendidikan pengajar itu adalah memberikan moral dan akhlak ,sedangkan pengajar hanya memberikan masukan materi. Seperti yang pa haidar katakan bahwa mendidik orang yang sudah besar itu akan sulit atau susah dibanding mendidik anak yang masih kecil. Prof. Chaedar menyatakan bahwa adanya ketidakmampuan untuk menjaga hubungan baik di daerah maupun di kelas, semuanya itu akan dapat merugikan individu, tidak hanya disetiap individu akan tetapi akan menyebabkan tingkat tertentu konflik sosial dalam susatu masyarakat tertentu.
Menurut Mujib 2006, hal 43-48.Manusia memilki sebuah potensi  atau kemampuan yang debrikan oleh Allah Swt yaitu ada 7(tujuh), antara lain:  Alfitra (cinta asli) akal, al hayyah (daya atau tenaga), al khuluk ( karakter), attabu(tabiat), la sajiah (bakat), al sifat( sifat-sifat).Untuk mengembangkan potensinya tersebut manusia memerlukan pendidikan, pendidikan berusaha untuk menampakkan atau aktualisasi potensial tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik.Jadi hal ini banyak sekali fungsi dalam pendidikan. Seperti yang dijelaskan dari hadist Nabi  Muhammad Saw “ sesungguhnya aku di utus  (Allah) untuk menyempurnakan ahlaq (budi pekerti). hr bukhori.”.

Saya tidak sependapat dengan pernyataan yang di sampaikan oleh prof. Chaedar.Pernyatannya adalah siswa harus berinteraksi dengan teman sebaya sebagai salah satu kegiatan rutin di kelas.Mungkin tidak hanya di kelas saja siswa berinteraksi kepada teman sebayanya, diluarpun mereka bisa saling beriteraksi karena mereka bisa mendapatkan sebuah informasi yang lebih dari pada berintraksi di kelas.Tidak hanya dengan berinteraksi di kelas saja mereka bisa hidup sebagai masyarakat yang demokratis, tapi juga siswa bisa hidup sebagai masyarakat yang demokratis melalui beberapa informasi yang siswa dapatkan diluar kelas.
Di Indonesia sendiri tidak terlalu menerapkan sistem berinteraksi di dalam kelas pada tingkat sekolah dasar, melainkan para siswa sekolah dasar biasa berinteraksi diluar kelas. Mereka cenderung bosan ketika berada di dalam kelas, karena siswa pada tingkat dasar lebih memilih cara berinteraksinya dengan bermain. Bukan dengan memperhatikan, mendengarkan ataupun berdebat.Anak- anaksaat ini adalah dewasa masa depan, jadi anak anak harus menginternalisasi alasan mulia untuk mengurus generasi- generasi yang akan datang, karena anank- anak adalah investasi yand sangat besar bagi masyarakat dan bagi Negara, jadi setiap Negara harus benar- benar membina dan memberikan pengarahan yang baik buat anak- anak sekolah dasar.
Bahkan banyak anak- anak yang menghindari sekolah yang dimana sekolah itu adalah tempat untuk menanam rasa perbedaan dan bukan kesamaan. Selama situasi ini terus berubah, program apapun diterapkan di sekolah- sekolah umum hanya akan menjangkau segmen anak- anak Indonesia atau orang tua mereka. Memperkenalkan reformasi pendidikan dasar untuk Negara yang sangat luas dan beragam seperti Indonesia ini jelas merupakan tugas yang menakutkan, dan salah satu yang tidak akan dicapai dengan mudah atau cepat. Namun reformasi tersebut tidak ada, mengharapkan anak- anak untuk menjadi proaktif dalam meningkatkan kerukunan beragama atau kesadaaran lingkungan adalah tidak realistis yang terbaik dan mungkin berbahaya.
Menurut prof. Chaedar pendidikan di Negara kita Indonesia sudah gagal untuk memberikan para siswa- siswi dengan kompetensi yang standard internasional. Saya sependapat dengan beliau, di Indonesia masih banyak anak- anak yang sudah lulus SMA maupun S1, tapi dengan lulus SMA dan S1 saja belum jaminan untuk bisa menatap masa depan yang lebih cerah. Sehubungan dengan pendidikan politisi, Indonesia belum bisa menerapkan pendidikan tersebut  dalam kompetensi wacana siswa. Di Indonesia sendiri masih memiliki masalah dalam dunia politik, banyaknya pejabat- pejabat yang korupsi uang Negara.Semua ini memberi pengaruh besar bagi pendidikan di Indonesia. Bukan hanya pendidikan saja, akan tetapi dalam aspek- aspek lainnya. Seperti kemiskinan yang belum teratasi dan sarana prasarana di Indonesia.
Saya tidak sependapat dengan  prof. Chaedar terpaut pernyatannya, bahwasannya cara tradisional pengajaran agamalebih menekankan aspek teologis dan ritual, sementara itu pengajaran islam mengabaikan aspek- aspek sosial, interaksi dan toleransi antar pengikut agama berbeda. Teologis disini adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.Teologis juga meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan tuhan.Mungkin para pengikut cara tersebut sudah meyakinkan bahwa cara tersebut sudah benar, karena mereka meliputi sesuatu dengan tuhan, jadi mereka anggap benar dan mereka juga tidak ingin mempelajari tentang ilmu lainnya.
Walaupun ini sangat bertolak belakang dengan pendidikan liberal, akan tetapi pengajaran tradisional agama adalah cara pengajaran yang sudah mendarah daging oleh para pengikutnya. Oleh karen itu, mereka menganggap bahwa dari agama saja mereka sudah merasa medapatkan semuanya dari sosialnya, dan toleransinya.
Menurut Mr. Chaedar pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama dan minoritas bahasa dan budaya.Saya sependapat dengan penyataan Bapak Chaedar, karena pendidikan liberal itu adalah pendidikan yangdiniati untuk memperluas wawasan peseta didik, tidak hanya pelatihan teknis dan professional.Jadi siswa harus dibekali pengetahuan yang memadai.Adapun cara yang mudah untuk pendidikan liberal adalah dengan menjadikan buku- buku klasik sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa dan mahasiswi. Tantangan dalm pendidikan liberal adalah sejauh mana pandidikan liberal mampu menanamkan prinsip- prinsip pendidikan agar lulusan siap menghadapi perubahan dunia.

Pendidikan liberal harus membekali mahasiswa dasar- dasar pendidikan ‘umum’ yang memungkinkan mereka mampu belajar  tiada henti dalam dunia kerjanya. Dalam kehidupan sehari- hari kita jauh lebih mudah dari umum ke khusus dari pada sebaliknya, dari khusus ke umum.Dalam wacana pendidikan umum sering dipetukarkan dengan pendidikan lieral kerena fungsinya hampir sama, yaitu menyiapkan individu sebagai pribadi utuh, bukannya menyiapkan tenaga vokasional. Pendidikan liberal berfokus pada mata pelajaran sebagai warisan tradisi (klasik) dan lebih mengembangkan aspek intelektual.Dan kalau pendidikan umum lebih berfokus pada pengembangan pribadi dalam skala yang lebih luas tidak sekedar aspek intelektual, tetapi semua aspek, yaitu intelektual, emosi, sosial, dan moral peserta didik.
Pendidikan nilailebih terwadahi oleh pendidikan umum dari pada oleh pendidikan liberal dikarenakan adanya kelemahan dalam pendidikan liberal, antara lain: orientasi yang berlebihan terhadap teks klasik, menutup untuk pengetahuan pada saat ini yang semakin lama semakin maju. Orientasi pada pengebangan intelektual bisa mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan seutuhnya, seiring dengan perkembangan masyarakat.Spesialisasi yang berlebihan, seperti yang tampak pada mata pelajaran, bisa berarti reduksi terhadap kemanusiaan.Akan tetapi tantangan hidup semakin menggila, mengglobal dan semakin kompleks.
Pada bagian terdahulu pendidikan liberal dimaksudkan untuk menjadikan manusia seutuhnya.Untuk memahami konsep ini, perlu diketahui sejumlah dimensi ihwal insani untuk memahami aspek pendidikan liberal yang hendak memanusiakan manusia.Bila di bidang filsafat pendidikan ada tarik menarik antara kekuatan liberal dan kekuatan profesional, ada tarik menarik antara unit pengelolaan pendidikan umum dan kelompok bidang studi atau jurusan.Harus diingat bahwa nilai- nilai dan keterampilan yang diajarkan lewat pendidikan umum memperluas wawasan dan membantu para siswa dan siswi untuk berfungsi maksimal dalam masyarakat.Pendidikan umum adalah sebagai jembatan penghubung berbagai disiplin ilmu, dan pendidikan umum harus menghubungkan kurikulum dengan kehidupan nyata.
Pendidikan liberal pada umumnya, para ahli menyebut dimensi- dimensi sebagai berikut: Dimensi Intelektual, Dimensi Fisik, Dimensi Emosional, Dimensi moral dan spiritual dan Dimensi keterampilan. Yang semuanya itu untuk  menjadi makhluk yang memiliki tampilan fisik yang terbaik.          
Pendidikan di Indonesia sangatlah memprihatinkan dari beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi Indonesia mencoba untuk membuktikan pada dunia, bahwasannya pendidikan di Indonesia akan semakin membaik dan memberikan sesuatu yang layak bagi peserta didik, untuk  membanggakan Negara Indonesia mengenai masalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya Indonesia adalah Negara yang mempunyai beberapa agama didalamnya, tidak hanya Islam saja agama di Indonesia akan tetapi di Indonesia juga ada agama lainnya, seperti: Kristen, Budha, Hindu dan Tionghoa. Mereka semua menjalin kerukunan dalam beragama, tidak saling menjelek-jelekean satu sama lain.
            Kerukunan beragama di Indonesia sempat mengalami kerusakan dengan adanya konflik antar umat beragama yang sangat memprihatinkan di mata dunia. Dikarenakan kurangnya keharmonisan antar umat beragama, maka dari itu mari kita wujudkan keharmonisan dalam beragama yang semuanya itu kita lakukan semata-mata untuk mewujudkan dalam bidang pendidikan yang lebih baik lagi. Dikarenakan Indonesia memiliki beberapa etnis, agama, dan suku.Haidar mengatakan bahwa untuk meningkatkan kerukunan agama yaitu, untuk mengambil simplia dasar SD, berdasarkan dari data yang ada yaitu apriliasi.Interaksi makhluk dalam sekelas mendukung kerukunan agama penduduk, berdasarkan kerukunan pancasila dan undang-undang.Yang dinama keributan di dalam kelas di SD bukan hanya sekedar ribut tetapi berliterasi.
            Jadi kita sebagai peserta didik dari kalangan siswa atau (maha)siswa untuk selalu menanamkan rasa kepedulian antara umat beragama dari sejak dini, Dan kita harus meberikan contoh yang baik untuk generasi- generasi penerus bangsa kita.Dengan adanya konflik- konflik yang disebutkan diatas tadi, bahwasannya kualitas pendidikan di Indonesia sangatlah kurang dari standard internasional. Jika kualitas pendidikan itu bagus, maka akan menghasilkan suatu kualitas sumber daya manusia yang bagus pula. Sebaliknya, jika suatu kualitas pendidikan itu tidak bagus, maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang tidak bagus pula. Sumber daya manusia yang bagus itu bermula dari suatu pengetahuan yang didapat pada sistem pengajaran, baik itu didapat dari kelas maupun dari pengalaman hidup pribadi.maka dari itu kembangkanlah pendidikan pada usia dini, supaya mewujudkan suatu kualitas pendidikan yang bagus.
REFERENCE
·       Pokoknya Rekayasa Literasi ( Prof. Chaedar Alwashilah: 2012)
·       Pendidikan Agama Islam di Pesantren ( Eko Purnama: 2011)
·       Detik.com
·       Wikipedia.com







Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment