Critical Review 1

Wacana Kelas; Pendidikan Karakter untuk Membangun Bangsa
Author: Ida Fauziyah

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.

Ada 17 nilai-nilai pendidikan karakter, yakni:
1.      Religious
7. Demokratis
13. Cinta damai
2.      Jujur
8. Rasa ingin tahu
14. Peduli lingkungan
3.      Toleransi
9. Semangat kebangsaan
15. Peduli social
4.      Disiplin
10. Cinta tanah air
16. mandiri
5.      Kerja keras
11. Menghargai prestasi
17. Tanggung jawab
6.      Kreatif
12. Bersahabat/komunikatif


Menurut Thomas Lickona (seorang professor pendidikan dari Cortland University), pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nili-nilai etika yang inti. Menurutnya,  karakter berkaitan dengan ,moral (moral knonwing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan karakter yang baik didikung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan baik.

Rounded Rectangle: Karakter/watakOval: Konsep moralOval: Sikap moral           
Oval: Perilaku moral
 



Gambar: keterkaitan antara komponen moral dalam rangka pembentukan karakter yang baik
Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di masyarakat. Di samping pendidikan formal yang ia dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman juga merupakan hal yang mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam masyarakat. Tanpa itu, pengembangan individu cenderung tidak akan lebih baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak membentuk siswa yang suka tawuran, nyontek, pornografi dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian besar berbagai Negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga Negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Semoga saja pendidikan di negeri ini akan bertambah maju demi generasi masa depan generasi penerus bangsa agar bangsa ini dapat bersaing di dunia internasional dan menjadikan manusia Indonesia menjadi lebih bermoral dan bersumber daya tinggi. 
Dr. Chaedar dalam papernya yang berjudul “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony” (Wacana Kelas untuk Membangun Kerukunan Beragama) yang diposting pada The Jakarta Post 22 Oktober 2011, memaparkan beberapa hal mengenai beberapa konflik social kerukunan beragama serta bagaimana cara atau langkah mengatasinya. Kemudian, Dr. Chaedar juga memaparkan paper hasil penelitian dari Apriliaswati (2011).
Makna lain yang tersirat dalam wacana tersebut ialah bagaimana menumbuhkan karakter yang baik bagi para penerus bangsa. Pendidikan karakter yang diberikan harus sedini mungkin, sejak pada tingkat sekolah dasar.
Salah satu tujuan dari pendidikan dasar adalah untuk memeberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai indidvidu, anggota masyarakat dan warga Negara. Keterampilan dasar ini juga merupakan pondasi untuk pendidikan lebih lanjut.
Dr. Chaedar menjelaskan “Jika Anda ingin mengetahui kualitas suatu bangsa, lihat saja kualitas dan praktek system pendidikannya. Hampir semua negara maju menyadari link ini dan dengan demikian membentuk system pendidikan yang baik.
Berbagai penelitian terrmasuk penelitian Apriliaswati (2011)    telah membuktikan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan reka-rekan sebaya mereka. Hal itu ditunjukkan dengan mereka (baca:anak-anak sekolah) menghormati, membantu, berbagi dan umumnya  bersikap sopan antara satu sama lain., melalui berlatih mendengarkan dengan perhatian penuh, berdiskusi, berkompromi dan lain sebagainya. Menjadi ribut di kelas tidak selalu bernilai negative. Ini bisa menjadi bukti adanya interaksi interaktif dan mencerahkan.
Sebaliknya, ketidakmampuan untuk menjaga hubungan baik dapat merugikan individu dan dapat menyebabkan konflik social tertentu dalam suatu masyarakat tertentu. Banyak bukti konflik social yang terjadi di Indonesia, contohnya konflik antar-etnis dan agama besar yang terjadi di daerah Sambas (2008), Ambon (2009), Papua (2010), dan Singkawang (2010). Contoh lain yakni insiden memalukan pada tahun 2010, ketika anggota parlemen saling bertukar kata-kata kasar dengan cara yang yang tidak sopan dalam siding yang disiarkan langsung di seluruh negeri.
Semua konflik social yang telah disebutkan tersebut disebabkan karena mereka (baca: para pelaku konflik) tidak memiliki karakter bahkan moral yang baik. Banyak dari mereka mengesampingkan aturan dan norma-norma yang berlaku demi kepuasan ego. Sadar atau tidak hal itu akan berdampak buruk bagi anak-anak penerus bangsa.
Ketika politisi dan birokrat gagal untuk mendidik masyarakat, sakolah harus dikembalikan dan diberdayakan untuk berfungsi secara maksimal. Sekolah  harus mengajarkan pendidkan karakter bagi para siswanya. Hal itu akan menjadi pondasi bagi para siswa untuk menjalani perannya di masyarakat ketika mereka dewasa nanti.
 Mengapa Pendidikan Karakter Sangat Penting dalam Membangun Peradaban?
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua masyarakat Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kejujuran, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa percaya diri dan optimisme.
Indonesia saat ini sedang menghadapi ujian berat yang harus dilalui, yakni terjadinya krisis multidimensi yang berkepanjangan. Ketika Negara-negara lain (Thailand, Malaysia, Korea Selatan dan lain-lain) telah bangkit dengan segera setelah mengalami krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997, Indonesia sampai kini masih mengalami krisis, dan masih kelihatan suram untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Krisis multidimensi ini sebetulnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), konflik (antar-etnis, agama, polotisi, remaja, antar RW dan sebagainya), meningkatkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, dan banyak lagi. Budaya korupsi yang merupakan praktek pelanggaran moral (ketidak jujuran, tidak bertanggung jawab, rendahnya disiplin, rendahnya komitmen pada nilai-nilai kebaikan), adalah penyebab utama Negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini.
Data dari Transparency International (2002 dan 2006) menunjukkan ada kaitan antara tingkat korupsi dengan kemajuan suatu Negara. Indonesia termasuk dalam 10 besar Negara paling korup di dunia, dan kesepuluh Negara tersebut adalah Negara yang miskin dengan segudang permasalahan social lainnya. Sedangkan Singapura masuk dalam 10 besar Negara paling bersih di dunia, dan kesepuluh Negara kesepuluh Negara tersebut adalah Negara maju. Berikut ini adalah data Corruption Perception Index (CPI), yang skornya berbeda dengan data PERC, yaitu nilai 10 adalah skor terbaik (bebas korupsi), dan nilai 0 adalah sempurna nilai korupsinya.
Membangun Masyarakat Madani melalui Pendidikan Karakter menurut perspektif Agama.
Menurut Nurcholish Majid (Kompas 5/10 dan 6/10 2001), pentingnya factor ajaran universal kemanusiaan yang bersumber dari ajaran dari seluruh agama dalam membangun Masyarakat Madani dapat diartikan bahwa akhlak manusia adalah sebagai pondasi dasar dari terbentuknya Masyarakat Madani. Pembentukan akhlak manusia sering terlupakan dalam wacana perbincangan Masyarakat Madani, karena selama ini banyak beranggapan bahwa membangun system adalah lebih penting daripada membangun manusianya.
Pentingnya pembangunan karakter indidvidu dalam membangun peradaban bangsa melalui revitalisasi kehidupan agama sebagai sumber acuan moral. Kepercayaan tentang hal tersebut banyak dipegang oleh Negara-negara bersistem kapitalisme, termasuk Amerika Serikat, yang mengeluhkan rusaknya moral masyarakat dan khawatir akan turunnya pamor Amerika Serikat sebagai Negara Adidaya. Pendidikan karakter di dunia internasional sekarang menjadi sebuah istilah yang popular yang dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk institusi agama.
Oleh karena itu, membangun moral manusia harus ditempatkan paling tidak sama pentingnya dengan membangun system, atau keduanya harus dilakukan secara bersamaan. Jadi, sebuah tatanan Masyarakat Madani akan terwujud kalau manusia-manusianya telah memiliki moral yang baik di dalam dirinya, serta mampu memobilisasi dirinya untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Memperbaiki akhlak manusia adalah sebagai salah satu pintu masuk kepada pendidikan bangsa yang lebih baik.
Pendidikan Karakter Harus dilakukan Sejak Dini.
Dr. Chaedar benar dengan mengatakan bahwa pendidkan karakter harus diberikan sedini mungkin, sejak tingkat sekolah dasar. Perlu kita tahu karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa usia kritis bagi pemebentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis.
Pendidikan karakter menurut Dr. Chaedar bisa melaui interaksi antar teman sebaya. Mereka bisa saling berdiskusi, saling bertukar argument dan sebagainya. Dari situ mereka bisa belajar bagaimana menghargai dan menghormati orang lain, bersikap sopan kepada orang lain, serta bertoleransi satu sama lain. Hal itu bahkan bisa dilakukan dengan teman yang berbeda ras, etnis maupun agamanya.
Ada sebuah pepatah yang dikemukakan oleh Thomas Lickona: “Walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan”. Oleh karena itu, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Pengertian pendidikan karakter tingkat dasar harusah menitikberatkan kepada sikap maupun keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu pondasi yang kuat demi keutuhan rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan didapatkannya pun semakin besar jika tanpa ada landasan pengertian pendidikan karakter yang terapkan sejak usia dini. Sebagai contoh perbuatan yang merusak moral dan karakter adalah tawuran antar penduduk desa, dahulu saya kira tidaklah pernah kita mendengar yang namanya tawuran, akan tetapi sekarang sudah lazim terngiang di gendang telinga kita, bukan anak SMA, bukan anak SMP tetapi penduduk desa, antar warga kampung.
Beberapa data dan fakta dari Litbang Kompas menunjukkan beberapa kasus koruspsi, yakni:
·         158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
·         42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
·         30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
·        Kasus korupsi terjadi di berbagai lembaga seperti KPU, KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI dan BKPM.
Kasus-kasus tersebut jelas membuat kita tersontak melihat kelakuan para pejabat negeri ini. Salah satu penyebab dari kasus-kasus tersebut ialah mereka (para pelaku kejahatan) tidak memiliki moral. Jelas, karena mereka tidak mendapatkan pendidikan karakter saat mereka kecil, baik dari sekolah, keluarga maupun lingkungannya.
Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama di mana seorang anak dididik dan dibesarkan. Segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga pasti banyak berpengaruh dalam pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak (Schikendanz, 1995). Keluarga yang harmonis di mana ayah dan ibu saling berinteraksi dengan kasih sayang dan selalu ada kebersamaan keluarga, akan memeberikan suatu lingkungan yang kondusif baik pembentukan karakter anak. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali lembaga-lembaga lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.
Ada 10 ide baik yan menurut Thomas Lickona dalam membentuk karakter dalam keluarga, yakni:
1.      Moralitas penghormatan
2.      Perkembangan moralitas
3.      Mengajarkan prinsip saling menghormati
4.      Mengajajarkan dengan contoh
5.      Mengajarkan dengan kata-kata yang baik
6.      Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya
7.      Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab
8.      Keseimbangan antara kebebasan dan control
9.      Cintai anak
10.  Mengajarkan moral dan menciptakan keluarga bahagia secara bersamaan
Peran Sekolah dalam Pembentukan Karakter.
Setelah keluarga, sekolah adalah juga sebagai tempat di mana karakter seorang anak dibentuk. Sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter, karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu, anak-anak banyak manghabiskan sebagian besar  waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya.
Sebuah pendidikan yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah bangsa yang terhormat dan maju. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, maka sudah selayaknya kita mempertanyakan “Apa yang salah dari system pemndidikan nasional kita?”, banyaknya kasus keterlibatan anak sekolah dalam tawuran, penggunaan narkoba serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya, adalah jauh dari gambaran remaja terdidik yang berbudi luhur dan bertanggung jawab.
Menurut Dr. Sheldon Berman, iklim sekolah yang yang kondusif dan keterlibatan kepala sekolah dan para guru adalah factor penentu dari ukuran keberhasilan intervensi pendidikan karakter di sekolah. Dukungan sarana dan prasarana sekolah, hubungan anatr siswa, serta tingkat kesadaran kepala sekolah dan para guru juga turut menyumbang bagi keberhasilan pendidikan karakter ini, di samping kemampuan guru itu sendiri (melalui motivasi, kreatifitas dan kepemimpinannya) yang mampu menyampaikan konsep karakter pada anak didiknya dengan baik.
Peran Lingkungan Masyarakat dalam Pendidikan Karakter.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa intstitusi sekolah berada di lingkungan masyarakat (terutama tingkat dasar dan menengah pertama), adalah tempat yang efektif untuk pendidkan karakter. Berhubung sekolah berada dalam sebuah komunitas, maka masyarakat setempat harus peduli dengan peran sekolah dalam membangun karakter murid-muridnya.
Peran komunitas bisnis dirasakan sangat penting terutama pada jenis-jenis tertentu. Peruasahaan-peruasahaan tersebut menyiapkan masyarakat setempat untuk dapat mempunyai karakter yang kondusif bagi masyarakatnya untuk mandiri dan produktif dan mempunyai daya saing tinggi.
Pendidikan agama di tempat-tempat ibadah dapat menjadi wahana yang efektif untuk membangun karakter anak. Setiap agama mengajarkan pengikutnya untuk saling menghormati, berlaku jujur dan amanah, disiplin, bertanggung jawab dan lain sebagainya.
Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter. Tentunya ini memerlukan usaha yang menyeluruh yang dilakukan oleh semua pihak; keluarga, sekolah, dan seluruh komponen yang terdapat dalam masyarakat, karena membangun masyarakat yang bermoral adalah tanggung jawab semua pihak. 
Dari semua pemaparan di atas, dapat saya simpulkan bahwa salah satu penyebab utama konflik-konflik social yang terjadi di negeri ini adalah kurang baiknya moral yang dimiliki setiap individu masyarakat. Para pelajar dan para politisi negeri ini termasuk di dalamnya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pendidikan karakter sejak usia dini, sehingga ketika dewasa mereka melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Oleh karena itu pendidikan karakter manusia perlu dilakukan sejak dini, sejak tingkat sekolah dasar. Agar mereka dilatih dan dididik sedari kecil bagaimana caranya berperilaku dan bersikap sesuai aturan/hukum/norma masyarakat, pemerintah maupun agama, sehingga ketika dewasa mereka akan mengingat dan berpegang teguh pada apa yang mereka pelajari sejak kecil.
Peran serta keluarga dalam pendidikan karakter seorang anak adalah sangat penting. Bagaimana kedua orang tua mendidik mereka. Orang tua juga sebagai contoh bagi anak-anaknya dalam berkata, bersikap maupun bertindak. Ada sebuah pepatah menagatakan “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”, artinya anak akan mewarisi sifat dan karakter yang dimiliki dan diajarkan oleh kedua orang tuanya.
Peran serta sekolah juga sangat penting dalam pendidikan karakter. Setelah rumah, anak sering menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Hampir sepanjang hari anak berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, guru dan semua orang yang terlibat dengan sekolah harus memdidik anak  dengan baik, karena di situlah proses pembentukan karakter terwujud.
Selain keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Terlebih lingkungan masyarakat sekitar rumah dan sekolah mereka. Selain hidup dengan keluarga dan sekolah, mereka juga hidup bermasyarakat. Untuk itu, masyarakat seyogianya dapat memberikan contoh yang baik demi terwujudnya pembentukan karakter yang baik pula.
Untuk membangun Masyarakat Madani kita bisa menempuh jalan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini ditujukan untuk menciptakan manusia-manusia yang terdidik, berbudaya serta memiliki nilai-nilai moral yang baik dalam dirinya. Tidak mungkin terwujud adanya Masyarakat Madani jika masyarakatnya tidak memiliki nilai-nilai moral yang baik dalam dirinya.
Masyarakat Madani adalah sebagai salah satu ciri maju atau tidaknya suatu bangsa. Bangsa yang maju akan sangat memperhatikan kualitas masyarakatnya, baik secara intelektual maupun secara moril. Jika kita ingin mewujudkan Masyarakat Madani, kita bisa memulainya dengan pengadaan pendidikan karakter sejak dini. Pemerintah bisa memulainya dengan wacana kelas mengenai pentingnya pendidikan karakter sejak didni, karena pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat untuk membangun bangsa.

Referensi
A.Chaedar Alwasilah, The Jakarta Post, October 22, 2011
Megawangi Ratna. 2007. Pendidikan Karakter. Depok: Indonesia Heritage Foundation
http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment