Critical Review 1
Golden Way for Education
Pendidikan dalam garis besarnya adalah suatu
pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang di
transfer dari satu generasi ke generasi selanjutnya, melalui pengajaran,
pelatihan atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang
lain tetapi juga memungkin secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki
efek formatif pada cara orang berfikir, merasa, atau tindakan dapat dikatakan
dengan pendidikan. Pendidikan umumnya dapat dibagi dalam pendidikan dari
tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas, dan sampai ke sekolah perguruan tinggi.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh
beberapa pemerintah pada tingkat global pasal 13 PPB 1966 kovenan internasional
tentang hak ekonomi, sosial dan budaya mengakui hak setiap orang dalam
pendidikan. Adapun filosofi pendidikan
yaitu, pendidikan sudah dilakukan ketika seorang bayi yang masih didalam
kandungannya, yang dimana seorang ibu melakukan membaca al-quran atau
mendengarkan murotal al-quran, yang dimana seorang ibu menginginkan calon
anaknya ketika lahir di dunia mampu menjadi anak yang di inginkan oleh seorang
ibu tersebut. Fungsi-fungsi pendidikan dari lembaga pendidikan yaitu,
mengurangi pengendalian orang tua melalui pendidikan, sekolah, orang tua
melimpahkan tugas dan wewenangnya terhadap pihak sekolah, mempertahankan sistem
kelas sosial dan lain sebagainya.
Lalu adakah pendidikan liberal dalam system pendidikan
di indonesia? Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional tidak
ditemukan kosakata liberal. Dengan demikian pada Pasal 3 Undang Undang tersebut
hingga batas tertentu menggambarkan fungsi pendidikan liberal. Yang maksudnya
adalah pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta tanggung jawab.
menurut Oxford Learner’s Dictionory (1989:
717) adjective. Liberal berarti tolerant and open minded free from prejudice,
yakni toleran (Arab : tasamuh) berpikiran terbuka tidak picik dan tidak
berburuk sangka. Sinonimnya adalah broad atau general, yakni luas atau umum.
Verba turunanya, to liberate atau liberalize, berarti membebaskan. Pikiran yang
luas berisi pengetahuan yang luas. Pendidikan liberal adalah pendidikan yang
diniati untuk memperluas wawasan mahasiswa, tidak sekedar pelatihan teknis dan
profesional. The great books adalah teks klasik yang memiliki nilai sejarah dan
kebenaran yang tinggi yang harus tetap dipelajari, dan dijadikan sumber
inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini. Cara yang paling
mudah untuk mengajarkan pendidikan liberal adalah dengan menjadikan buku-buku
klasik sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa. (A. Chaedar Alwasilah: hlm.195 dan
200).
Pendidikan liberal adalah dimana ketika para
peserta didik yang mengambil jurusan dalam bidang sastra, tidak harus mereka
belajar tentang sastra, tetapi mereka juga dapat materi-materi yang di ajarkan
oleh pendidik atau guru mengenai pelajaran yang lain, misalnya pelajaran agama,
etika dan lain sebagainya. Sehingga para peserta didik mampu mendapatkan hal-hal
baru dalam setiap pembelajarannya. Seperti halnya yang ada di indonesia bahwa di
Indonesia terdapat konsep language art, akan tetapi konsep language art
tersebut kurang dikenal oleh para guru atau para pendidik, dan para pendidikpun
lebih mengenalnya dengan konsep atau bisa disebut dengan bahasa dan sastra.
Sehingga wajar saja ketika pendidik terdapat menjadi dua kelompok yaitu
kelompok pendidik bahasa dan kelompok pendidik sastra. (A. Chaedar Alwasilah:hlm.
209-210).
Om A. Chaedar mengatakan bahwa jika melihat
suatu bangsa dari sistem pendidikan dan prakteknya saja, maka hampir semua
negara maju dan menyadarinya sehingga membentuk sistem pendidikan yang baik.
Dimana semua orang harus mempunyai kependidikan, dan pendidikan tersebut
bermula dari sekolah dasar. Salah satu tujuan sekolah dasar adalah untuk
memberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka
sebagai individu, anggota, masyarakat, dan warga negara yang baik. Keterampilan
dasar ini juga merupakan dasar untuk pendidikan lebih lanjut.
Konflik sosial dan ketidakharmonisan agama
khususnya merupakan tantangan bagi para guru dalam melakukan yang terbaik untuk
mempersiapkan generasi berikutnya, sebagai warga negara yang baik dan taat
terhadap undang undang yang ada di negara tersebut, yang sebagaimana telah diatur dalam undang undang
Sikdiknas. Tiap-tiap sekolah harus memiliki program-program sekolah yang di dalamnya
harus memfasilitasi interaksi rekan untuk mengembangkan wacana sipil positif.
Di dalam wacana sipil terdapat beberapa indikator yaitu seperti mendengarkan
penuh perhatian, menyumbangkan ide-ide atau pendapat, mengajukan pertanyaan,
menyatakan kesepakatan dan ketidakkesepakatan, dan mencapai kompromi dengan
cara yang hormat. Wacana tersebut akan berlaku untuk semua mata pelajaran yang
ada disekolah.
Pada penyelesaian pendidikan formal, siswa
mampu memasuki dunia di mana kemampuan mereka untuk bisa menjaga hubungan baik
yang sangat penting untuk keberhasilan individu, dan begitupun sebaliknya
ketidakmampuan untuk menjaga hubungan baik dapat merugikan individu dan dapat
menyebabkan tingkat tertentu konflik sosial dalam masyarakat tertentu juga.
Laporan penelitian dari Apriliaswati (2011) menyimpulkan bahwa interaksi teman
sebaya dalam dukungan kelas wacana sipil yang positif dikalangan siswa.
Interaksi rekan dalam studi sosial kelas indonesia dan pancasila tidak perilaku
mengganggu jika guru mengelola secara efektif. Menjadi berisik tidak selalu
negatif. Ini dapat menjadi bukti interaksi interaktif dan mencerahkan.
Studi Aprilliaswati mengajarkan kepada kita
bahwa pendidikan harus mengembangkan tidak hanya penalaran ilmiah, tetapi juga
wacana sipil positif. Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan
warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting untuk
menciptakan warga negara yang beradab. Tidak hanya materi dan materi saja yang
harus diajarkan di sekolah, tetapi juga diajarkan tentang budaya, agama,
politik dan lain sebagainya. Filsuf Amerika pendidikan Emerson (1837) pernah
mengatakan bahwa, “ seorang pria harus menjadi seorang pria sebelum ia bisa
jadi petani yang baik, pedagang yang baik atau insinyur yang baik.”
Dalam artian dia menunjukkan pentingnya pendidikan
liberal untuk membuat para pria sejati atau lengkap. Pria sejati memiliki
pengetahuan untuk menghindari pemahaman provinsi. Dalam konteks indonesia,
pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama dan minoritas bahasa
dan budaya. Dengan demikian dapat di definisikan pendidikan liberal bertujuan
membebaskan siswa dari sikap rabun dan provinsi terhadap orang lain. Yang pada
dasarnya itu adalah penempatan kamil insani, maksudnya adalah orang yang ideal
yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukkan
sebagai warga negara yang demokratis.
Menanggapi opini dari Om A. Chaedar Alwasilah
“kelas wacana untuk memupuk kerukunan beragama” sebagian besar setuju dengan
apa yang di katakana oleh Om A. Chaedar bahwa dimana pendidikan itu adalah
sangat penting, dan pendidikan harus di mulai dari semenjak anak pada tingkat
sekolah dasar,karena dengan berpendidikan kita dapat mengerti cara membaca dan
menulis yang benar dan bahkan dengan berpendidikan kita bisa manklukkan dunia.
Pendidikan liberal adalah dimana tiap-tiap sekolah mampu memberikan materi-materi
yang dimana sudah di berlakukan di sekolah-sekolah tersebut. Akan tetapi sedikit
ada keganjalan dalam opini yang di ungkapkan oleh Om A. Chaedar Alwasilah yang
memberikan ketika pada tingkat sekolah dasar mampu memberikan apresiasi yang
baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang baik dalam mengolah
pembelajaran, misalnya ketika ada seorang anak yang di depan dan mereka
menghargainya.
Akan tetapi tidak banyak para peserta didik
khususnya pada tingkat sekolah dasar mampu menunjukka hal-hal yang demikian.
Karena di era sekarang ini banyak sekali para peserta didik yang tidak tau
bagaimana cara memberikan komentar yang baik, ketika ada seorang guru yang
memberikan sebuah pertanyaan untuk mereka khususnya di sekolah dasar. Sedikit
para peserta didik yang mampu memberikan komentar yang baik dan nyambung dengan
pertanyaan apa yang di ajukan oleh guru tersebut. Sangat jarang sekali jika
para siswa yang ketika gurunya tidak masuk kelas lalu mereka berdiskusi dengan
materi-materi pada hari itu, hanya sebagian kecil yang memanfaatkan waktu luang
tersebut dengan mengisi mengerjakan pelajaran-pelajaran, membaca atau mungkin
hanya sekedar menulis atau menggambar, karena di indonesia hanya sebagian kecil
yang mengajarkan betapa berharganya waktu dan betapa pentingnya belajar.
Seperti yang sering kita lihat pada sekolah
sekolah dasar yang ada di daerah kita dan sekitarnya, masih banyak para guru mengajarkan
hanya sekedar memberikan siswa-siswi tugas kemudian guru tersebut meninggalkan
kelas, di dalam kelas tersebut sedikit anak yang mengerjakan tugas itu, dan
ketika guru itu kembali ke dalam kelas, lalu kemudian guru itu menanyakan hasil
tugas yang di berikan, dengan tidak sadar atau sadar siswa-siswi mengatakan
kalau tugasnya belum selesai. Dari kejadian itu guru tidak memarahi atau
menasehati hanya saja guru langsung membahas tugas tersebut. Dari kejadian
seperti itu dapat kita lihat bahwa cara pengajaran yang ada di indonesia sangat
memprihatinkan. Karena kurangnya ketegasan dan kurangnya rasa semangat baik
dari guru maupun dari siswa siswinya. Jangankan anak sekolah dasar, mahasiswa
mahasiswi pun ketika dosennya tidak masuk sedikit anak yang belajar sendiri
atau belajar dengan teman-teman yang lain.
Walau demikian pendidikan sejak dini itu
sangat penting, misalnya pada tingkat Taman Kanak-kanak yang dimana di dalam
sistem pendidikannya adalah benar-benar
harus di latih dan di beri asupan yang baik dan benar, karena daya tangkap pada
usia dini adalah sangat kuat dan akan terus teringat dalam memorinya. Ketika
anak tersebut di ajarkan menari atau menyanyi maka siswa-siswi TK tersebut
mampu mengingatnya ketika guru menanyakannya di lain hari. Pada tingkat Taman
Kanak-kanak juga sosialisasinya sangat berperan penting, karena ketika anak
masih di usia dini di ajarkan untuk besosialisasi dan berperilaku yang baik
maka akan cepat masuk ke dalam otak mereka.
Banyak siswa-siswi yang ketika baru duduk di
bangku Taman Kanak-kanak atau sekolah dasar, akan menirukan gaya atau ucapan
yang di ucapkan oleh gurunya, oleh karenanya guru adalah orang yang harus di
gugu dan ditiru, dalam artian orang yang memiliki charisma atau wibawa hingga
perlu untuk di tiru dan di teladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan
Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is Theacing (hlm. 10) “ teacher is
professional person who conducts clsses.” “ guru adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas.” Oleh karena itu para
pendidik atau guru harus mampu memberikan dan bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing para peserta didik.
Usaha-usaha yang di lakukan oleh para peneliti
atau cerdik cendikiawan tentang apa yang terjadi di berbagai negara yaitu,
dimana hampir semua negara maju dan memiliki berbagai bentuk apresiasi dari
masyarakatnya. Kerukunan dalam setiap negara pasti dirasakan oleh setiap
masing-masing orang dan begitupun dalam dunia pendidikan di setiap negara yang
pastinya hampir semua negara mempunyai kependidikan yang maju dan terealisir
dari pendidikan tingakat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas
bahkan bisa sampai ketingkat Perguruan Tinggi.
Kenapa harus pendidikan yang lebih di
utamakan? Karena pendidikan adalah salah satu tujuan untuk memupukkan potensi-potensi
para penerus bangsa yang dimana akan dilatih dari dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai
individu, anggota masyarakat, dan warga negara dengan menggali potensi potensi
yang intelektual, yang tak lebih di dalamnya juga terdapat potensi-potensi yang
dinamik dan progresivitas agama, karena dengan di masukkannya pendidikan agama
untuk membangun rasa cinta dan hormat terhadap diri sendiri, cinta terhadap
teman atau orang lain dan cinta terhadap tanah air.
Dengan demikian para pendidikpun harus bisa memberikan asupan-asupan yang
baik dan benar terhadap para peserta didik, sehingga mereka merasakan adanya
rasa tanggung jawab atas apa yang diperintahkan oleh gurunya. Sehingga tidak
ada konflik-konflik yang akan bermunculan. Konflik ini banyak sekali macamnya,
yang lebih sering terjadi adalah konflik sosial yang dimana sering sekali
terjadi konflik sosial para pelajar seperti tawuran, saling pukul dalam bus,
dan masih banyak lagi konfilk-konflik sosial lainnya. Konflik tersebut terjadi
karena tidak adanya rasa cinta terhadap diri sendiri dan tidak ada rasa cinta
terhadapa orang lain.
Era sekarangpun tidak hanya dari tingkat
Sekolah Dasar saja yang pemula dari pembelajaran dalam kependidikan tetapi pada
umumnya di Indonesia tingkat pendidikan di Taman Kanak-kanakpun sudah diterapkan
dan di beri asupan kegamaan keagamaannya. Sehingga generasi Indonesia memiliki
generasi-generasi emas yang kuat akan pendidikan agamanya. sehingga ketika usia
masih kanak kanak akan lebih cepat tangkap dari apa yang di berikan oleh gurunya.
Dan tidak heran ketika anak-anak yang di sekolahkan akan berbeda sikapnya
dengan anak-anak yang tidak disekolahkan. Seperti halnya pada bidang pendidikan
yang sekarang sedang melambung tinggi adalah pendidikan Taman Kanak-kanak, tak
heran jika banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya semenjak umur kurang
lebih tiga tahun. Karena para orang tua menginginkan pendidikan anaknya lebih
tinggi dan berkualitas, tidak hanya itu saja para orang tua juga mengharapkan
supaya anaknya menjadi anak yang pandai dan cerdas. Sehingga dapat menjadikan
sorotan masyarakat luas ketika anaknya sukses. Pada pendidikan tingkat Taman
Kanak-kanak juga diajarkan bagaimana cara menghormati teman dan mengormati guru
serta kedua orang tua. Tidak hanya itu saja di dalam pendidikan tersebut juga
di ajarkan bagaimana cara membaca al-quran yang baik dan lain sebagainya.
Guru juga harus mampu memberikan dorongan atau
motivasi-motivasi kepada para peserta didik untuk dapat menumbuhkan rasa percaya
diri berbicara di depan teman temannya dan mampu mendorong siswa untuk
mengeluarkan pendapat-pendapat mereka. Sehingga siswa dapat berdiskusi dari
adanya pendapat-pendapat dari yang lain, sehingga dapat terlihat generasi-generasi
emas itu dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya dikelas. Tugas seorang
pendidikpun harus dapat mengawasi bagaimana cara bermain siswa satu dengan
siswa yang lain, cara berucap dari siswa satu ke siswa yang lain. Karena itulah
tanggung jawab seorang guru adalah sangat besar.
Jika tidak demikian di takutkan adanya konflik
yang terjadi diantara mereka. Seperti yang sering terjadi di negara negara yang
dimana sering terjadinya bentrok antar sekolah, bentrok antar desa bahkan
perkelahian antar sodara. Seperti yang pernah terjadi di daerah jawa timur yang
dimana perkelahian antar sodara yang begitu tragis. Kejadian seperti itu di akibat
karena adanya konflik sosial, dan akibat dari konflik tersebut, orang yang
tidak tahu menau ikut terkena imbasnya. Hal seperti itu sangat merugikan bukan?
Merugikan bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Merugikan diri sendiri karena
menjadi buronan polisi dan merugikan orang lain karena menyebabkan orang yang
tidak ikut campur terbunuh dengan sadis.
Sebagaimana halnya bahwa manusia adalah
makhluk sosial ciptaan Tuhan yang diberikan keutamaan di banding dengan
makhluk-makhluk ciptaanNya yang lain. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan
sebagai makhluk yang memiliki tampilan fisik yang terbaik yakni fi ahsani
taqwim (QS at-Tin: 4). Manusia memiliki keutamaan yang terletak pada akal
dan pikirannya. Dengan kemampuannya manusia dapat mengembangkan diri untuk
menjadi yang lebih baik dari sebelumnya terutama dalam dunia pendidikan. Dunia
pendidikan adalah kunci emas untuk menuju kesuksesan, seperti halnya di dalam
pendidikan umum dan liberal adalah pendidikan yang merupakan salah satu rahasia
kesuksesan menuju puncak keemasan pendidikan islam pada saat itu terletak pada
kebebasan mimbar akademik, demokratisasi serta berpegang teguh pada etika
akademik atau akhlak yang sangat di junjung tinggi dengan menjadikan al-quran
dan hadist sebagai motivator pengembangan ilmu ( Jusuf A Faesal, 1995 hlm 198).
Rosovsky (1990) mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk dimensional yang dimana Om Rosovsky ini menyebutkan lima indikator
standar pendidikan liberal, yang mesti dimiliki oleh jebolan S1 di AS yaitu,
mampu berfikir dan menulis secara jelas dan efektif atau mampu berfikir kritis,
mampu mengapresiasi secara kritis cara kita memperoleh pengetahuan dan memahami
alam semesta yakni menguasai dasar-dasar metode matematika dan eksperimen dalam
pengetahuan fisika dan biologi, tidak buta ihwal budaya-budaya asing, memiliki
pengetahuan dan pengalaman memikirkan persoalan-persoalan moral dan etika serta
memiliki kemampuan pengetahuan mendalam pada bidang tertentu, yakni apa yang di
istilahkan major atau konsentrasi pada bidang keahlian. (pokoknya rekayasa
literasi:hal 206)
Pada bagian terdahulu pendidikan liberal
dimaksudkan untuk menjadikan manusia seutuhnya. Para ahli menyebutkan beberapa
dimensi dari perspektif pendidikan yaitu, dimensi intelektual, dalam al-quran
banyak ayat yang memerintahkan agar manusia bertafakur, berakal, berfikir,
melakukan tafsir, analisis, sintesis, argument, kompromi, evaluasi serta
kontras. Dimensi fisik, manusia tercipta dari tanah hidup diatas kemakmuran
dunia dengan segala macam profesi yang dimiliki dan di kembalikan lagi kedalam
tanah (QS al Araf:10-12). Dimensi emosional, dimensi moral dan spiritual yaitu,
sesuai dengan fitrahnya manusia cenderung mempercayai hal ihwal yang ada di
luar kuasa dirinya. Dimensi keterampilan yaitu dalam kehidupan sehari hari,
manusia melakukan hal-hal praktis dan untuk mempertahankan kehidupannya ia
harus melakukan hal-hal praktis seperti halnya menyalakan kompor, mencuci
pakaian, dan lain sebagainya.
Tantangan terbesar bagi pendidikan liberal
adalah sejauh mana pendidikan liberal mampu menanamkan prinsip-prinsip
pendidikan agar lulusan siap menghadapi perubahan dunia. Sedangkan pendidikan
umum adalah dalam wacana pendidikan istilah pendidikan umum atau general
education yaitu sering dipertukarkan dengan pendidikan liberal karena fungsinya
hampir sama, yaitu menyiapkan individu sebagai pribadi utuh bukan menyiapkan
tenaga vokasionalnya. Perbedaanya adalah pendidikan liberal terfokus pada mata
pelajaran sebagai warisan tradisi (klasik) dan lebih mengembangkan aspek
intelektual. Sedangkan pendidikan umum lebih berfokus pada pengembangan pribadi
dalam skala yang lebih luas tidak sekedar aspek intelektual tetapi semua aspek
yaitu, intelektual, emosi, sosial dan moral para peserta didik.
Jadi, Pendidikan dalam garis besarnya adalah
suatu pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
yang di transfer dari satu generasi ke generasi selanjutnya, melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan adalah pada hakekatnya sangat
penting dalam diri manusia, karena dengan pendidikan kita dapat meraih mimpi
kita, mampu menaklukan dunia. Pendidikan juga kunci emas untuk menuju sukses.
Tidak heran jika semua orang tua menginginkan anaknya untuk sekolah tinggi demi
kesuksesan yang akan di raihnya. Walaupun pendidikan di indonesia tidak seelit
yang ada di negara-negara lain tetapi indonesia mampu menjadikan orang-orang
yang pandai dalam segala hal. Dunia pendidikan tidak semuanya harus mengarungi
atau menyelami dalam bentuk teori atau materi yang di ajarkan, tetapi di dalam
pendidikan juga diterapkan atau diarungi dalam hal belajar tentang agama,
budaya, politik, memasak dan lain sebagainya.
Pendidikan ada dua macam, yaitu pendidikan
umum dan pendidikan liberal. Pendidikan umum adalah dalam wacana pendidikan
istilah pendidikan umum atau general education yaitu sering dipertukarkan
dengan pendidikan liberal karena fungsinya hampir sama, yaitu menyiapkan
individu sebagai pribadi utuh bukan menyiapkan tenaga vokasionalnya.
Perbedaanya adalah pendidikan liberal terfokus pada mata pelajaran sebagai
warisan tradisi (klasik) dan lebih mengembangkan aspek intelektual. Sedangkan
pendidikan umum lebih berfokus pada pengembangan pribadi dalam skala yang lebih
luas tidak sekedar aspek intelektual tetapi semua aspek yaitu, intelektual,
emosi, social dan moral para peserta didik.
References
Alwasilah, A.C. Pokoknya Rekayasa Literasi, Bandung: Kiblat Buku Utama
dan Sekolah Pascasarjanah UPI Bandung: 2012