Haruskah Mahasiswa Bisa Menulis? (Appetizer Essay-1)



Haruskah Mahasiswa Bisa Menulis?
(By: Fitriatuddiniyah)
            Mahasiswa merupakan siswanya siswa, dimana mereka lebih dari hanya sekedar siswa.  Jika siswa menimba ilmu di sekolah, maka mahasiswa menyelami ilmu di perguruan tinggi.  Dimana perguruan tinggi itu semestinya merupakan sumber segala ilmu dan sumber berbagi inspirasi bagi lingkungannya.  Oleh karena itu, mahasiswa berevolusi dengan lebih aktif, kreatif dani novatif.  Bahkan pengetahuan mereka pun lebih luas dan terbaharui sesuai dengan perkembangan zaman.  Seperti halnya ilmu sosial, politik, ekonomi, science, budaya, psikologi, dan berbagai macam ilmu pendidikan lainnya yang ada dalam kehidupan, yang setidaknya mereka itu telah mengenal hal-hal tersebut.  Berbagai macam masalah pun telah mereka hadapi dan mencoba menyelesaikannya sesuai dengan cara mereka masing-masing.
            Masalah memang datang pada siapa pun, dimana pun dan tak mengenal waktu. Namun, sebagai mahasiswa seharusnya mampu mengatasinya dengan lebih bijaksana. Namun, hal itu tergantung dengan kemampuan mahasiswa itu sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pendidikan yang ia terima dan miliki.
            Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan luas.  Mahasiswa melakukan kegiatan membaca, menulis, berbicara, menghitung, bereksperimen, penelitian, dan lain sebagainya yang membuat mereka berevolusi. Oleh karena itu, mereka memiliki kemampuan berfikir secara kritis, mampu mengembangkan potensi dirinya dan pengetahuannya, mampu menyelesaikan permasalahannya, dan tentunya menjadi jiwa yang lebih produktif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakatnya.
            Lalu dengan cara apakah mereka memberikan atau mengaplikasikan kemampuan, pengetahuan, potensi, dan pengalaman, dan berbagai macam hal lainnya kepada masyarakat luas?
            Dengan semua yang telah dijelaskan di atas, pada intinya mahasiswa itu telah berliterasi, yang artinya memiliki kemampuan membaca dan menulis. Oleh karena itu, mahasiswa bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan berliterasi, dan salah satunya adalah dengan menulis.
            (A. Rahmat Rosyadi, 2008:6) Menulis merupakan salah satu cara seseorang menyampaikan ide atau gagasan sesuai dengan kemampuan, keperluan, dan kepentingannya dalam waktu bersamaan. Menulis juga membuat kita para mahasiswa memperhatikan bagaimana memilih kata yang tepat, susunan kalimat yang benar.
            Banyak hal yang memang mesti diperhatikan oleh mahasiswa dalam menulis.  Seseorang bisa saja mengatakan bahwa ika ingin menulis, menulislah bagaikan air mengalir tanpa harus banyak teori yang membuat kita pusing dan kebingungan sendiri.  Namun, bisakah kita menulis tanpa teori?  Jawabannya pasti bisa.  Akan tetapi, tulisannya mungkin sulit dipahami dan dinilai oleh orang lain, baik dari sisi penulisan (jurnalistik) atau akademik.  Oleh karena itu, mereka harus memahami teori-teori menulis itu sendiri, dan yang pastinya adalah lebih banyak berlatih menulis.
            Namun, bukan berarti mahasiswa yang baru memulai menulis harus menulis dengan benar-benar ilmiah secara langsung tanpa tahap.  Sebagai penulis pemula yang berarti masih amatiran, menulislah dengan apa yang dirasa atau apa yang ada dalam fikirannya, yang berarti masih bebas mengarang dengan aturan yang mudah dipahami tanpa memikirkan aturan-aturan menulis yang baku.  Contohnya seperti puisi, cerpen, novel, dan karya sastra lainnya.  Hal ini merupakan tahap penulisan dari sastra ke penulisan yang lebih akademik dan produktif.
            Menulis itu merupakan kegiatan mengembangkan potensi diri seseorang.  Dimana kita mengaplikasikan potensi yang sudah ada pada diri kita, kita juga akan mengembangkan potensi lainnya dalam proses menulis itu sendiri.  Kita akan melakukan hal-hal lain seperti penelitian, pengumpulan bahan dan infomasi untuk menjadi isi dalam tulisan tersebu.  Sebab itu, selain bisa menulis, kita akan memiliki kemampuan lainnya seperti membaca, mengoleksi informasi dan pengetahuan, memecahkan suatu masalah, mengambil kesimpulan dan keputusan, dan melakukan hal-hal positif lainnya.
            Dimana ada penulis, disitu ada pembaca.  Dimana ada penulis dan pembaca, disitu pasti ada tulisan atau yang dibaca (teks).  Tulisan bagi mahasiswa yang baru memulai menulis, tidak meski langsung karya ilmiah, melainkan dengan karya sastra terlebih dahulu yang harus mereka cintai dan ciptakan.  Mengapa?  Karena seperti yang A. Chaedar Alwasilah ungkapkan dalam artikelnya yang dimuat pada Pikiran Rakyat, 28 Februari 2012, bahwa akan lebih realistis bila mereka untuk kelulusannya diwajibkan menulis cerita pendek atau bahkan novel daripada menulis artikel jurnal.  Untuk menyiapkan ilmuan dan peneliti yang produktif menulis, para siswa harus ‘dipaksa’ jatuh cinta pada karya sastra.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa bisa menulis dan memang harus menulis.  Karena mereka yang nantinya berstatus sarjana harus memiliki karya sebagai bentuk pengabdiannya terhadap masyarakat.  Kenapa salah satunya dengan menulis?  Karena  mereka itu dianggap ada atau tiadanya dengan adanya karya yang ia produksi.  Hal tersebut juga untuk dapat mengejar ketertinggalan kita dengan negara-negara lainnya dalam hal berliterasi, khususnya produktif menulis.

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment