Haruskah Mahasiswa Bisa Menulis?
(By: Fitriatuddiniyah)
Mahasiswa
merupakan siswanya siswa, dimana mereka lebih dari hanya sekedar siswa. Jika siswa menimba ilmu di sekolah, maka
mahasiswa menyelami ilmu di perguruan tinggi. Dimana perguruan tinggi itu semestinya
merupakan sumber segala ilmu dan sumber berbagi inspirasi bagi lingkungannya. Oleh karena itu, mahasiswa berevolusi dengan
lebih aktif, kreatif dani novatif.
Bahkan pengetahuan mereka pun lebih luas dan terbaharui sesuai dengan
perkembangan zaman. Seperti halnya ilmu
sosial, politik, ekonomi, science, budaya, psikologi, dan berbagai macam ilmu pendidikan
lainnya yang ada dalam kehidupan, yang setidaknya mereka itu telah mengenal
hal-hal tersebut. Berbagai macam masalah
pun telah mereka hadapi dan mencoba menyelesaikannya sesuai dengan cara mereka
masing-masing.
Masalah
memang datang pada siapa pun, dimana pun dan tak mengenal waktu. Namun, sebagai
mahasiswa seharusnya mampu mengatasinya dengan lebih bijaksana. Namun, hal itu
tergantung dengan kemampuan mahasiswa itu sendiri sesuai dengan pengetahuan dan
pendidikan yang ia terima dan miliki.
Pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat penting dan luas. Mahasiswa melakukan kegiatan membaca,
menulis, berbicara, menghitung, bereksperimen, penelitian, dan lain sebagainya
yang membuat mereka berevolusi. Oleh karena itu, mereka memiliki kemampuan
berfikir secara kritis, mampu mengembangkan potensi dirinya dan pengetahuannya,
mampu menyelesaikan permasalahannya, dan tentunya menjadi jiwa yang lebih
produktif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakatnya.
Lalu
dengan cara apakah mereka memberikan atau mengaplikasikan kemampuan, pengetahuan,
potensi, dan pengalaman, dan berbagai macam hal lainnya kepada masyarakat luas?
Dengan
semua yang telah dijelaskan di atas, pada intinya mahasiswa itu telah
berliterasi, yang artinya memiliki kemampuan membaca dan menulis. Oleh karena
itu, mahasiswa bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan berliterasi, dan salah
satunya adalah dengan menulis.
(A.
Rahmat Rosyadi, 2008:6) Menulis merupakan salah satu cara seseorang
menyampaikan ide atau gagasan sesuai dengan kemampuan, keperluan, dan
kepentingannya dalam waktu bersamaan. Menulis juga membuat kita para mahasiswa
memperhatikan bagaimana memilih kata yang tepat, susunan kalimat yang benar.
Banyak
hal yang memang mesti diperhatikan oleh mahasiswa dalam menulis. Seseorang bisa saja mengatakan bahwa ika
ingin menulis, menulislah bagaikan air mengalir tanpa harus banyak teori yang
membuat kita pusing dan kebingungan sendiri.
Namun, bisakah kita menulis tanpa teori?
Jawabannya pasti bisa. Akan
tetapi, tulisannya mungkin sulit dipahami dan dinilai oleh orang lain, baik
dari sisi penulisan (jurnalistik) atau akademik. Oleh karena itu, mereka harus memahami
teori-teori menulis itu sendiri, dan yang pastinya adalah lebih banyak berlatih
menulis.
Namun,
bukan berarti mahasiswa yang baru memulai menulis harus menulis dengan
benar-benar ilmiah secara langsung tanpa tahap.
Sebagai penulis pemula yang berarti masih amatiran, menulislah dengan
apa yang dirasa atau apa yang ada dalam fikirannya, yang berarti masih bebas
mengarang dengan aturan yang mudah dipahami tanpa memikirkan aturan-aturan
menulis yang baku. Contohnya seperti puisi,
cerpen, novel, dan karya sastra lainnya.
Hal ini merupakan tahap penulisan dari sastra ke penulisan yang lebih
akademik dan produktif.
Menulis
itu merupakan kegiatan mengembangkan potensi diri seseorang. Dimana kita mengaplikasikan potensi yang
sudah ada pada diri kita, kita juga akan mengembangkan potensi lainnya dalam
proses menulis itu sendiri. Kita akan
melakukan hal-hal lain seperti penelitian, pengumpulan bahan dan infomasi untuk
menjadi isi dalam tulisan tersebu. Sebab
itu, selain bisa menulis, kita akan memiliki kemampuan lainnya seperti membaca,
mengoleksi informasi dan pengetahuan, memecahkan suatu masalah, mengambil
kesimpulan dan keputusan, dan melakukan hal-hal positif lainnya.
Dimana
ada penulis, disitu ada pembaca. Dimana
ada penulis dan pembaca, disitu pasti ada tulisan atau yang dibaca (teks). Tulisan bagi mahasiswa yang baru memulai
menulis, tidak meski langsung karya ilmiah, melainkan dengan karya sastra
terlebih dahulu yang harus mereka cintai dan ciptakan. Mengapa?
Karena seperti yang A. Chaedar Alwasilah ungkapkan dalam artikelnya yang
dimuat pada Pikiran Rakyat, 28 Februari 2012, bahwa akan lebih realistis
bila mereka untuk kelulusannya diwajibkan menulis cerita pendek atau bahkan
novel daripada menulis artikel jurnal.
Untuk menyiapkan ilmuan dan peneliti yang produktif menulis, para siswa
harus ‘dipaksa’ jatuh cinta pada karya sastra.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa bisa menulis dan memang harus menulis. Karena mereka yang nantinya berstatus sarjana
harus memiliki karya sebagai bentuk pengabdiannya terhadap masyarakat. Kenapa salah satunya dengan menulis? Karena
mereka itu dianggap ada atau tiadanya dengan adanya karya yang ia
produksi. Hal tersebut juga untuk dapat
mengejar ketertinggalan kita dengan negara-negara lainnya dalam hal
berliterasi, khususnya produktif menulis.