If You Don’t Like Writing, Get Out! (Class Review-1)



If You Don’t Like Writing, Get Out!
(By: Enok Siti Jaenah)
Judul diatas memang sangat profokatif. Sengaja saya sematkan judul tersebut di awal untuk menjawab aral melintang yang akan kita hadapi di challenging rides, exactly in Writing 4. No-one can enter this class without love writing truly. Seperti yang dikatakan oleh Mr. Lala Bumela pada pertemuan pertama tepatnya hari Senin, 03 Februari 2014, bahwa “ Writing 4 means sleepless night, sore eyes, back pain, strained fingers, book scattered all over the room, a lengthly talk with collegues, and of course, a handful of chocolate and cups of coffee. But above all, writing makes you a better student, a better individual, and of course a better citizen. Enjoy!” That is really full of challenging, right? So, write or get out!
Ada banyak hal baru yang akan bergerilya di tangan dan otak kita. Lahan kita kali bukan lagi writing-writing seperti di semester yang lalu, melainkan Writing for Academic Purposes. Pada dasarnya, academic writing adalah writing yang harus dipelajari di tingkat mahasiswa, seperti essay, paper, research paper, term paper, argumentative essay, informative essay, atau position paper. Tapi kesemuanya memiliki prinsip dan tujuan yang sama.
Academic writing tentu berbeda dengan sastra. Sastra seperti cerpen, novel, puisi dan lain sebagainya bersifat personal. Mereka selalu melibatkan pribadi penulisnya, baik perasaannya, penglihatannya, ataupun pengalamannya. Sedangkan academic writing, penulis dan tulisannya terbentang jarak yang jauh. Sepeti yang kita ketahui misalnya tentang opinion essay. Opini-opini yang kita sajikan di sana tentu harus ditunjang dengan bukti-bukti yang menguatkan. Jangan sekali-kali melibatkan subjektifitas si penulis di sini.
Kita kan memulai dengan sebuah pertanyaan, kemudian temukan dan analisis jawabannya, dan selanjutnya pilihlah jawaban yang terbaik untuk di diskusikan di dalam paper yang akan kita buat. Perlu digaris bawahi, academic writing bukan ajang untuk memamerkan sesuatu yang kita ketahui tentang sebuah topic, melainkan unuk menampilkan bahwa kita mengerti dan bisa berfikir kritis tentang suatu permasalahan.
Dengan itu kita bisa membangun kemampuan kita dalam meneliti, mengevaluasi informasi, berargumen, merespon, menganalisis, dan mengekspresikan diri secara jelas dalam sebuah tulisan. Dan kemampuan itulah yang akan dihargai oleh para employers.
Itulah sentuhan-sentuhan pertama kita di academic writing. Selain itu juga Mr. Lala memberikan tiga simple reminder untuk kita. Pertama, writing involves composing skills and knowledge about text, context, and readers. Ketiganya memiliki hubungan triandik, artinya keberadaannya tidak bisa digantikan ataupun dihilangkan salah satunya. Tidak aka nada pembaca jika tidak ada text, dan tidak aka nada text tanpa adanya contex, dan seterusnya.
Kedua, like any craft, writing improves with practice. Writing selalu menuntut siapa saja yang mempelajarinya untuk senantiasa mempraktekkannya. Writing akan melekat dengan kita jika terjadi praktek yang sering.
Ketiga, your first language is the foundation for your second language. Mr. Lala mengatakan bahasa Indonesia itu layaknya posisi kuda-kuda. Jika kemampuan kuda-kudanya sudah mantap, maka pukulan dalam bentuk bahsa keduanya lebih mantap lagi. Ii berlaku dalam perihal writing.
Kita beralih ke silabus. Silabus kali ini nyaris sama dengan semester lalu, hanya ada beberapa yang ditambahkan misalnya, setiap kelas diwajibkan untuk membuat blog, dan setiap essay yang kita produksi selama pembelajran writing harus di posting di blog tersebut. Ini berlaku untuk semua mahasiswa di jkelas writing 4 tanpa kecuali.
Dilihat weekly schedule-nya, kita akan banyak menggunakan tangan kita untuk terus bermain ballpoint, dan toots keyboard. Akan ada belasan atau mungkin puluhan text yang kita produksi di semester ini. It’s amazing! Dengan itu, sedikit demi sedikit budaya literasi sudah mulai melekat pada mahasiswa bahasa inggris IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Rasa tidak suka terhadap writing untuk kalangan mahasiswa rasanya sungguh tidak tepat, sebab akan menyebabkan penyesalan di akhir. Sudah saatnya kita bersiap siaga mengaktifkan sinyal-sinyal menuju segunung ide brilian. Setting waktu sedini mungkin untuk mulai mencintai writing, karena mahasiswa adalah para ilmuan muda yang harus siap menggerakkan penanya untuk menyuara lantangkan keberadaan mereka yang kiprahnya selalu dinanti-natikan bangsa. So, write or get out!
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment