MEMAHAMI MAKNA LITERAT
(By:Dian Eka Indriyani)
Pada zaman sekarang banyak sekali orang yang berpandangan
mengenai literasi, namun apa literasi itu? Literasi dalam perbincangan
metodologi pengajaran dikalangan guru bahasa saat ini yang menjadi buah bibir
adalah genre, wacana literasi, teks, dan konteks. Definisi literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis, dalam konteks persekolahan indonesia, istilah
literasi jarang dipakai adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa.
Dalam hal ini para ahli juga mengelompokan periodisasi
metode dan pendekatan khususnya terhadap bahasa asing kedalam beberapa kelompok
seperti:
1.
Pendekatan struktural dengan grammar translation methode yang meletakan
fokus pembelajarannya pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa.
Pada pendekatan ini seserang dituntut untuk mampu mengidentifikasi suatu kata,
disini seorang siswa juga dapat dilatih untuk mampu mengenali kesalahan dalam
bahasa namun tidak mampu menganalisis suatu persoalan sosial.
2.
Pendekatan audiolingual, dalam pendekatan ini siswa justru banyak dituntut
untuk medengarkan seperti dialog dan sebagainya, namun dalam hal ini siswa
memiliki ruang lingkup yang sempit atau bahkan dalam pendekatan ini siswa
cenderung mengabaikan budaya baca dan tulis, karena itu budaya ini dirasa saya
kurang efektif jika digunakan.
3.
Pendekatan kognitif dan transformatif sebagai implikasi dari teori-teori
syntactic structure. Pada pendekata ini siswa lebih fokus pembelajarannya pada
pembangkitan potensi bahasa yang dibutuhkan dalam lingkungannya, materinya pun
menuju pada sintaksis namun apa dalam hal ini bahasa tidak hanya mencangkup
dalam sintaksis saja melainkan dengan sosiolinguistiknya juga diterapkan.
4.
Pendekatan communicative competence, pendekatan ini menjadi tren pengajaran
pada tahun 1980-1990. Tujuan pendekatan ini adalah menjadikan masiswa mampu
berkomunikasi dalam bahasa target. dimulai dari bahasa yang terbatas sampai
bahasa yang alami. Pada komunikasi disini dalam keseharian komunikasi sangatlah
diperlukan namun komunikasi juga harus memiliki nalar dan tidak hanya sekedar
komunikasi semata yang tidak memiliki arti. Dari sinilah peranya sangat
diperlukan dan melahirkan sebuah tata bahasa.
5.
Pendekatan literasi atau pendekatan genre-based sebagai implikasi dari
studi wacana. Pada pendekatan ini memiliki 4 metode seperti: membangun
pengetahuan, menyusun metode-metode teks, menyusun teks secara bersama dan
menciptakan teks sendiri. Dalam pendekatan ini seorang mahasiswa dikenalkan
pada genre wacana lisan maupun tulisan agar mampu dikuasi oleh masing-masing
mahasiswa. Disini pula seorang mahasiswa dapat menuangkan wacana sesuai dengan kemampuannya.
Dari definisi-definisi diatas pengertiannya mulai lebih
luas dan lebih kompleks lagi, disini banyak sekali makna-makna dan
tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa akademik yang membuat kita sedikit
berputar-putar mencari makna dari tulisan tersebut dan disini literasi tetap
berurusan dengan menggunakan bahasa dan kini merpakan kajian lintas disiplin
yang memiliki tujuh dimensi yang saling terkait yakni:
A.
Dimensi geografis, yaitu literasi seseorang dapat dikatakan dimensi
geografis bergantung pada jenjang pendidikan dan jejaring sosialnya dan
vokasionalnya
B.
Dimensi bidang yaitu literasi bangsa tanpak pada tingkat efisiensi layanan
pablik dan militernya. Misalkan bergantung pada kecanggihan teknologi
komunikasi dan persenjataan yang digunakannya.
C.
Dimensi keterampilan yaitu literasi seseorang akan tampak kualitas
tulisannya, bergantung pada bacaan yang dia baca atau gizi yang ada dalam
bacaannya dan itu akan tampak pula pada saat dia berbicara.
D.
Dimensi fungsi yaitu orang yang literat dia tidak sulit bila dihadapkanpada
suatu asalah dia tidak sulit untuk mendapat pekerjaan karena memiliki potensi
untuk mencapai tujuaannya.
E.
Dimensi media yaitu untuk menjadi orang yang literat dijaman sekarang,
pastinya tidak cukup hanya membaca dan menulis alfabetis, dizaman yang canggih
ini ita juga harus mampu beradap tasi dengan lingkungan, maka kita juga harus
mengolah dan mengandalkan teknologi yang ada sekarang.
F.
Dimensi jumlah, dalam jumlah ini dapat merujuk banyak hal semisal pada
bahasa, fariasi bahasa, peristiwa tutur, bidang ilmu dan media dan sebagainya.
Disini orang yang multilaterat akan mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.
G.
Dimensi bahasa, dalam hal ini diri sendiri yang mampu mengukur kemampuan
yang ada dalam diri kita, sebab dalam dimensi bahasa ini menyangkut pada diri
sendiri. Contonya bila kita orang sunda atau jawa dan berada dalam jurusan
bahassa inggris, maka kita adalah orang yang multilingual dalam bahasa, sebab
kita menggunakan bahasa sunda atau jawa namun disini berbahasa indonesia
sebagai pengantar dan bahasa inggris sebagai pembelajaran.
Dari
gagasan diatas ada 11 gagasan kunci sebagai literasi yang ,enunjukan perubahan
:
v Ketertiban lembaga-lembaga sosial
v Tingkat kefasihan relatif
v Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
v Standar dunia
v Warga masyarakat demokratis
v Keragaman lokal
v Hubungan global
v Kewarganegaraan yang efektif
v Bahasa inggris ragam dunia
v Kemampuan berfikir kriis
v Masyarakat semiotik
Disini pula kita
mulai menuju pada tingkat yang mungkin mulai terasa sulit untuk dapat kita
pahami, disini kita harus jeli mengolah katauntuk menggunakan bahasa akademik,
harus bisa mengartikan dan memahami setiap katanya agar mampu tercapai sebuah
rangkaian kata yang dapat dengan mudah kita artikan, seperti pada uraian yang
terakhir yaitu kata simiotik, yang mungkin masih asing bagi kita tapi setelah
ditelaah lebih lanjut simiotik adalah ilmu tentang tanda, termasuk pada ikon,
tipologi tanda, struktur dan komunikasi.
Begitulah ketika
kita membaca dan menulis, harus bisa mengimbangi sekuat dan sepandainkemampuan
kita, seperti yang dikatantadi seorang yang literat memang bergantung pada gizi
yang dibacanya. Ketika menulispun demikian, begitupula ketika seseorang
berbicara dia akan terlihat seberapa jauh pengetahuan yang dia miliki dalam
dirinya, dan itu sudah jelas artinya tidak pandang siapa orang yang berbicara
bagaimana penampilannya yang dituju hanya isi dari aapa yang dia sampaikan.
Kemudian sejak
tahun 1999 Indonesia mengikuti proyek penelitian dunia untuk mengukur literasi
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam, pada bab ini membincangkan
tentang prestasi membaca siswa kelas IV di Indonesia serta memposisikannya dibanding
dengan siswa dinegara peserta lain. Pada hasilnya rata-rata siswa dinegara kita
memang masih kurang dibanding dengan negara peserta lainnya.
Pada negara yang
prestasi membacanya di atas rata-rata 500 ditandai oleh pendapatan kapitanya
dan indeksnya yang leih tinggi dari pada negara yang prestasinya dibawah 500,
dari situ saja kita sudah tahu sejauh mana kemampuan kita dalam membaca, bukan
bagaimana juga, selama ini memang benar dinegara kita minat untuk belajar
membacanya masih begitu kurang, apalagi bila kita juga dituntut untuk mampu
menulis sedang untuk membaca saja kita masih merasa sukar. Dari situ juga di
Indonesia tercatat hanya 2% siswa yang prestasinya sangat tinggi, 19% masuk
kedalam kategori menengah dan 55% masuk kategari rendah. Artinya 45% siswa
indonesia tidak dapat mencapai skor 400, dan kita dapat menilai sendiri
bagaimana negara kita dalam membaca.
Dari semua itu juga kita dapat menarik sejumlah pelajaran:
·
Tingkat literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa dinegara-negara
lain. Itu artinya negara kita belum bisa menciptakan warga negara yang literat,
disini kita harus mulai belajar agar yang literat. Disini kita harus mulai
belajar agar tidak taertinggal terus menerus oleh negara lain.
·
Kemudian kita tidak menemukan skor prestasi menulis, sehingga dalam hal ini
kita tidak mengetahui sejauh mana kemampuan menulis kita, namun dapat
diprediksi kemampuan menulis bergantung pada kemampuan membacanya.
·
Indonesia adalah potret literasi indonesia dalam skala internasional. Dalam
laporan ini sudah tentu tidak ditemukan data yang lebih spesifik mengenai ini
semua. Disini adalah tugas kita agar bagaimana kita memahaminya, mungkinpula
kita dapat melakukan penelitian pada sekolah yang ditujukan untuk guru tentang
pentingnya seseorang dalam membaca dan
menulis. Dari penelitian itu mungkin kita dapat mengerti bagaimana keadaan yang
sebenarnya, misalkan:
ü Dalam pembelajaran membaca dan menulis guru lebih
cenderung mendahulukan kurikulum nasional dan buku praktek, sehingga siswa
hanya memiliki pemahaman sebatas itu saja.
ü Metode dalam kegiatan membaca dan menulis yang tidak
lazim dilakukan guru.
ü Walaupun kualifikasi akademik guru memadai namun mereka
tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam mengelola kelas.
Dari ketiga itu
saja dapat mengakibatkan suatu hal yang fatal bila dibiarkan begitu saja, sebab
biasanya seorang siswa hanya akan mengikuti apa yang disampaikan gurunya saja. Apalagi
jika siswa itu memang memiliki kecenderungan kurang dalam minal membaca dan
menulisnya dapat dipastikan kemampuan kurang memadai dibanding yang lain.
Begitu pula untuk
seorang mahasiswa yang tuntutannya lebih besar daripada seorang siswa. Masiswa
lebih dituntut untuk aktif dan memiliki wawasan yang luas, maka itu budaya
membaca dan meulis sangat diperlukan untuk dia dan disitu pula seorang
mahasiswa mampu menularkan dengan baik bila dia telah mampu mencapai menjadi
seorang yang mampu membaca dan menulis.
Dari pembicaraan
inilah jika kita lihat bahwa orang yang literat adalah orang yang terdidik dan
berbudaya secara tidak langsung orang yang literat adalah orang yang memiliki
pendidikan dan wawasan yang luas sehingga dia mampu untuk menyesuaikan dirinya
pada keadaan atau situasi tertentu.
Dari uraian diatas
atau dari penuturan yang telah disampaikan pada dasarnya yang berliterat itu
bukan hanya sebatas seseorang yang mampu membaca dan menulis saja, seorang yang
membaca saja disini harus memiliki sifat kritis pada setiap bacaannya dan yang
menulis sudah tentu dia harus memiliki wawasan yang luas agar nantinya tidak
menjadi sebatas tulisan yang tidak memiliki arti. Seperti yang sudah disebutkan
diatas bahwa yang berliterat adalah mereka yang terdidik dan berbudaya maka itu
dalam hal ini pendidikan juga menjadi acuan tentang literat orang tersebut.
Sebab dalam literat bahasa sudah disampaikan kemampuan literat orang tersebut
dapat juga dilihat saat orang itu berbicara. Dalam hal ini kita sudah tahu
bagaimana yang seharusnya kita lakukan agar kita tidak tertinggal.