Class Review 3: Menumbuh-kembangkan Literasi



Class Review 3

Menumbuh-kembangkan Literasi
(By : Evi Alfiah)
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa yang diajarkan di semua jenjang pendidikan.  Namun ironisnya, kemampuan menulis justru menempati keberhasilan paling bawah dari keterampilan berbahasa yang lainnya.  Hal ini bisa dilihat lewat pernyataan Dirjen Pendidikan Tinggi.  Menurut dirjen pada saat sekarang ini jumlah karya ilmiah sangat rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, yakni hanya sekitar sepertujuh. (Pokoknya Rekayasa Literasi, 186 : 2012).  Pasti ada factor yang mengakibatkan hal ini bisa terjadi.
Rabu, 19 Februari 2014, Mata Kuliah Writing and Comprehention 4 kembali menunjukan keaktifannya dengan dimentori oleh Mr. Lala Bumela di kelas TBI.A.  Pada pertemuan kali ini, Mr. Lala mereview tentang materi pada pembahasan writing khususnya di area academic writing.  Para sarjana di Indonesia masih dalam kondisi literasi yang rendah.  Tentunya ada faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.  Penyebabnya bermacam-macam, antara lain karena lemahnya kesadaran pentingnya menulis, terbatasnya mengakses informasi sehingga tidak tahu apa yang harus ditulis, lemahnya penguasaan metode menulis atau kurangnya dorongan untuk menulis.
Hal di atas merupakan faktor-faktor yang menyebabkan literasi di negara ini cukup rendah.  Mr. Lalapun menyatakan dalam Mata Kuliah Writing tentang rendahnya literasi di negara ini.  Menurut beliau mengapa India memiliki Bollywood dan Amerika memiliki Hollywood? Itu adalah hasil dari literasi.  Banyaknya penulis-penulis sehingga jadilah sekenario yang dibuat film-film yang ditayangkan.  Sedangkan Indonesia punya apa? Indonesia sebenarnya negara yang sangat kaya.  Namun sayangnya, Indonesia tidak bisa mengelola kekayaan itu.  Apalagi mengenai menulis.  Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara maju lainnya.
Untuk itu perlu dilakukan upaya pemberdayaan secara sistemik dan sistematik yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan menulis bagi siswa, mahasiswa, guru demi terbangunnya masyarakat yang berliterate.  Sehingga Indonesia bisa menyeimbangkan kedudukanya seperti negara-negara maju lainnya.
Salah satu contoh litersi yaitu banyaknya sarjana di Indonesia yang bisa menulis akademik writing.  Elemen-elemen pada academic writing tersebut antara lain, (1) cohesion yang berarti perpindahan halus antara kalimat dan paragrap, bisa diatikan juga kesinambungan antara kalimat-kalimatnya. (2) Clarity yang berarti maksud dari apa fokuskan untuk memberikan komunikasi yang perfek dan jelas. (3)  logical order yang berarti logic. (4) consistency yang berarti konsisten pada refers to uniformily of writing style. (5) unity is at simplest, unity refers to the exclusion of information that does not directly relate to the topic being discussed in a given paragraph. (6) concisenseness (7) completeness (8) Variety (9) Formality.
Elemen-elemen di atas merupakan elemen yang diterapkan dalam menulis academic writing.  Academic writing tentulah bukan sebuah writing biasa, tapi di dalamnya terdapat aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan.  Hal ini juga yang membuat sarjana di negara ini tidak bisa menulis, karena memang academic writing bukanlah hal yang mudah.  Tetapi jika saja budaya membaca di negara ini tinggi maka peluang untuk bisa menulispun menjadi sangat mungkin, karena menulis memang butuh pengetahuan yang cukup dan memadai.
Masalah literasi ini dibahas pada sebuah buku yang berjudul “pokoknya rekayasa literasi yang ditulis oleh seorang professor dari UPI Bandung yaitu Prof. Chaedar Alwasilah.  Dalam bukunya terdapat poin-poin penting yang bisa diambil dan dipahami diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø  Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik
Ø  Definisi baru literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak bisa dihindari
Ø  Model literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using texts functionally; critically analysing and transforming texts.
Ø  Prof. Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
Ø  Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan linguistik relatif konstan.
Ø  Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas.
Ø  Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.
Ø  Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
Ø  Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi
Ø  Masyrakat yang tidak literat tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa
Ø  Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis
Ø  Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
Ø  Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
Ø  Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan
Ø  Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut    
Ø  Kern (2003): literacy refers to “general learnedness and familiarity with literature”.
Ø  Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan mengenal sastra.
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulakan bahwa rendahnya tingkat litersi akan menyebabkan daya saing yang rendah dalam persaingan global karena sumber daya manusia kita menjadi tidak kompetitis disebabkan kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Itulah mengapa pemberdayaan kemampuan bangsa khususnya menulis harus ditingkatkan, bahkan menjadi suatu kewajiban.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment