Prioritas Academic Writing bagi Seorang Penulis Hebat (Class Review-1)



Prioritas Academic Writing bagi Seorang Penulis Hebat
(By: Hanifatus Sholihah)
            Good Morning J.. Welcome back with Mr.Lala Bumela dalam mata kuliah yang berbeda dari semester sebelumnya yaitu Writing & Composition 4 di semester empat ini. Pada pertemuan pertama, tepatnya Senin, 03 Februari 2014 pukul 07.30 (walaupun jadwal sebenarnya jam 09.10) kita disambut dengan tangisan langit (gerimis) sehingga membuat matahari enggan untuk menampakkan diri. Tetapi alhamdulillah pagi ini saya berangkat ontime karena saat saya masuk kelas, Mr.Lala belum datang.
            Pagi ini, Mr. Lala terlihat sangat bersemangat seperti biasanya (saat di semester 3), membuat para mahasiswa PBI-A menjadi siap untuk melahap habis semua pengetahuan baru yang akan beliau berikan pada pagi hari ini.
            Pertemuan pertama di semester 4 ini Mr.Lala masih membahas mengenai Learning Contact mata kuliah Writing and Composition 4. Hanya saja, sebelum membahas Learning Contract, beliau memberitahukan posisi akhir kelas kita saat mata kuliah English Phonology. Kita menduduki posisi keempat, itu semua penyebabnya karena kekurangkompakan kita saat belajar dikelas bersama Mr.Lala. Penilaian beliau adalah secara non – individu, tetapi kekompakan sekelas, dan kita hanya mendapatkan score 69,05. Itu sangat mengecewakan, karena tertinggal walaupun dari posisi ketiga yaitu dengan score 82,87.
            Dengan kejadian itu, Mr.Lala bertanya, “Bisakah kita berubah minimal menjadi posisi ketiga?” Itu menjadi PR terberat untuk kita semua yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menjawabnya.
            Setelah membahas masalah yang sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, beliau membahas mengenai silabus dan learning contract. Pada Writing 4 ini, beliau memilih tema Academic Writing. Mengapa Academic Writing? Alasannya karena beliau mengingikan mahasiswanya menjadi seorang Best Writer, tidak hanya sekedar menjadi penulis yang ecek-ecek. Beliau berharap, mahasiswa semakin menggemari menulis dan tulisan kita dapat di publish dan dibaca oleh khalayak ramai. Academic Writing ini berbentuk (essay, paper, penulisan penelitian, term paper, argumentative essay, analysis paper, informative essay maupun position paper). Perbedaan dari semua tulisan itu mungkin terkait dengan jumlah tulisan dan isi dari tulisannya, tetapi sebenarnya semua jenis tugas tadi memilih tujuan dan prinsip yang sama.
            Sesungguhnya adalah bahwa Academic Paper adalah spesial di desain sebagai alat atau instrumen untuk menyiksa mahasiswanya. Mereka suka dan menerima karena pengajar tidak langsung terlibat dalam penyiksaan. Biasanya mahasiswa yang menyiksa diri mereka sendiri dengan menunggu sampai waktu deadline barulah mereka menulis tanpa mereka mengerti apa yang mereka lakukan (tulis).
            Menulis adalah bukan merupakan suatu siksaan. Serius, karena pemikiran bahwa menulis merupakan suatu siksaan, itu hanyalah sebuah lelucon. Academic Writing itu malah merupakan kesempatan kita untuk menjelajahi sesuatu yang menarik dari apa yang telah kita pelajari. Kita bebas untuk memilih topik yang ingin kita bahas. Beribu-ribu kata yang dapat mengekspesikan ide kreatif kita, dan kita harus membuat pembaca tertarik membaca ide yang telah kita tumpahkan pada suatu tulisan.
            Saat menulis Academic Writing, kita harus mulai dengan mengajukan suatu pertanyaan yang bagus, kemudian cari dan analisis jawabannya dan pilihlah jawaban terbaik kita sendiri untuk didiskusikan pada paper kita. Pada paper kita mengenalkan gagasan kita dan penemuan kita serta pembenaran jawaban kita secara logis / akal dan terbukti. Oleh karena itu, tujuan dari Academic Writing untuk menunjukkan bahwa kita paham dan dapat berfikir krisis tentang topik yang kita bahas. Selain itu, kita akan mengembangkan kemampuan pada penelitian ulang, evaluasi suatu informasi, mengorganisir, berpendapat, menanggapi argumen orang lain, menganalisa serta mengekspresikan diri kita sendiri secara jelas dan transparan dalam menulis.
            Hyllan (2003) berargumen bahwa menulis adalah bagaimana cara kita menulis dengan menggunakan second language karena itu merupakan salah satu aspek yang paling menantang dari belajar menulis karena menggunakan bahasa kedua (second language).
            Beda sekali apabila dibandingkan dengan seseorang yang berbicara saja menerapkan bahasa inggris sebagai bahasa pertama (bahasa pokok) apalagi saat seseorang menulis, pastilah hasilnya akan jauh berbeda.
            Kecakapan dalam menulis dengan hasil baik atau efektif adalah sesuatu yang membutuhkan exensive & specialised instruction. Exensive adalah dimana seseorang yang banyak melakukan latihan, terutama dalam menulis. Otomatis orang-orang seperti ini akan memiliki jam terbang lebih banyak pula. Sedangkan specialised instruction adalah bagaimana macam bentuk perintah ataupun instruksi yang khusus atau tertentu saja (Hyland 2003, 2004)
            Lalu apa sajakah tantangan arus yang harus dihadapi para writer?
Tantangannya adalah :
·         Memeriksa bagaimana teori-teori writing dan cara mengajar writing agar lama-kelamaan tulisan kita semakin berkembang.
·         Keaslian dari sebuah tulisan yang baik
Itu adalah tugas seorang penulis yang baik adalah menjaga keaslian/keorisinilan apa yang kita tulis (bukan hasil plagiasi)
·         Sifat dari suatu text dan gaya sastera (genres) dan bagaimana menggambarkan atau mencerminkan penggunaan fakta-fakta tulisan dalam komunitas mereka
·         Hubungan antara menulis dengan first & second language
Seseorang yang ingin terjun di dunia writing otomatis atau secara tidak langsung harus menguasai model menulis, apakah itu menggunakan first language (bahasa ibu maupun bahasa indonesia) ataupun second language (bahasa inggris ataupun bahasa asing lainnya).
·         Bagaimana media pengembangan kurikulum untuk mata kuliah writing
·         Suatu perkembangan-perkembangan materi pelajaran yang muncul untuk writing class
·         Memakai media seperti komputer (lab.bahasa) untuk menunjang praktek dalam writing
·         Mendekati pengaruh arus (feedback) dan penafsiran/penilaian (assessmen)
(Hyland 2002) yaitu menuliskan My Expectation is to be honest yaitu ia berharap atau harapan ia adalah menjadi seseorang yang jujur, dimana yang kita tahu sangat sulit sekali berbuat jujur setiap saat. Jika kita ingin menjadi penulis yang baik, tentu saja kita harus belajar jujur, yaitu dimulai dari apa yang kita tulis adalah hasil pemikiran dan ide hebat dari dalam otak kita, serta imajinasi yang tercipta untuk mempercantik karya atau tulisan kita. Bukan malah hasil menjiplak atau plagiat karya orang lain. Jika itu sampai terjadi, kita belum yakin akan kemampuan yang kita miliki dan kita belum siap untuk menjadi penulis yang baik.
Harapan yang ingin bapak Hyland capai adalah “To help teachers of language become teachers of writing”. Mengapa demikian? Sesungguhnya teachers of language dengan teachers of writing itu berbeda-beda. Lalu apa perbedaannya?
Sebenarnya, essensialnya hampir sama, guru bahasa harus bisa writing, dan guru writing pun awalnya harus mengenali bahasa. Jika ingin menjadi guru writing, kita harus banyak menulis. Tetapi jelas sekali perbedaan antara dosen dengan seorang guru. Seorang dosen tugas utamanya itu adalah melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sedangkan seorang guru prioritas mereka adalah mengajar. Mungkin intinya adalah teachers of language belum tentu bisa menulis sedangkan teachers of writing sudah pasti bisa bahasa.
Guru yang mengesankan adalah seseorang yang dapat memberitahu suatu pilihan tentang methods, materials and procedures yang digunakan dalam ruang kelas berdasarkan pengertian jelas dari suatu sikap dan kebiasaan sesuai dengan profesinya.
Seorang guru yang kuat adalah pencerminan guru dan diperlukan pencerminan pengetahuan untuk menghubungkan aktifitas dalam ruang kelas agar relevan dengan penelitian dan teori.
Harus diingat oleh kita bahwa writing involves composing skills and knowledge about texts, context and readers.
Analyzes of text
1.      Analyze the text as a material object
a.      Analyze the text as argument à tujuan author dalam menulis teks.
b.      Analyze the structure of the text
à Teksnya itu apakah merupakan travelogue atau khayalan atau novel sejarah atau non-fiksi atau mungkin puisi atau apa?
Lalu how are the chapters and sections devided, apa gaya (nada) dari bahasa yang digunakan (high, medium or low?)
c.       Analyze the text as the product of the author’s mind
à Siapakah authornya? Lalu kapan dan dimana dia tinggal? Dan what is the author’s personality, attitude and outlook on life and how does it show-up in the text.
d.      Analyze the text as a product on the market
à Seberapa panjang atau pendek isi text, dan mengenai apa isi text tersebut (social, economical, political, historical, commercial, or intellectual) dan siapakah yang menjadi konsumen?
e.       Analyze the text as a communication
à How effective is the text in communicating the main idea, How true are the facts in the text or is it purely made-up fiction or fantasy?
f.        Analyze the text in a social context
à Whom does this text serve best? Who in society does it put down, ignore, pretend not to notice or shove aside?
g.      Analyze the text from a psychological viewpoint
à Apakah kemungkinan motivasi-motivasi fisik dari author dalam menulis buku ini dan apa sugesti tentang pemikiran author? Lalu bagaimana juga dengan motivasi-motivasi fisik dari karakter text tersebut?
h.      Analyze some certain specific point of view or belief
à How does the text treat women – does it honor raise them up or disrespect and put them down? How would you analyze this text from a faith – based prespective?
            Lalu dimanakah posisi readers? Saya berfikir bahwa posisi reader adalah terletak setelah penulis (writer) karena tujuan seseorang menulis adalah agar hasil pemikiran dia yang luar biasa, yang terealisasi pada sebuah tulisan, bertujuan supaya dibaca oleh orang lain.
            Seperti kebanyakan macam dan bentuk kerajinan (craft), writing juga meningkat dengan adanya praktek. Selain itu,  first language kita (bahasa indonesia atau bahasa ibu) merupakan sebuah fondasi untuk the second language (bahasa inggris dan lain-lain).
            Writing teaching in second language includes :
1.      Language Structure
Yaitu struktur bahasa apakah ceritanya mengenai legenda, fantasi atau non-fiksi dan apa gaya (nada) dari bahasa yang digunakan.
2.      Text Function
Mengenai fungsi dari teks yang kita tulis, apakah untuk menghibur, memberitahu suatu cara dan lain-lain.
3.      Themes or Topics
Apakah topik yang kita gunakan (apakah positive issues atau bisa jadi negative issues).
4.      Creative Expression
Saat menulis, kita harus menunjukkan ekspresi atau emosi (marah, sedih, senang,  kecewa  dan lain-lain).
5.      Composing Processes
Bagaimana proses menysun sebuah tulisan agar menjadi terstruktur dan sedap untuk dinikmati (dibaca).
6.      Content
Menjelaskan mengenai sesuatu yang kita tulis (apakah essay, paper, argument, procedural dan lain-lain).
7.      Genre and Context of Writing
Aliran serta hubungan kata-kata dalam tulisan dijelaskan pula secara terperinci.
Kesimpulannya, untuk sekarang ini kita ingin diajarkan dan dibiasakan dengan Academic Writing. Alasannya karena dosen yang baik sebenarnya menginginkan mahasiswanya menulis dengan baik dan dengan bahasa ilmiah dan apa yang kita tulis dapat menjadi bahan bacaan orang lain, sangat bersyukur sekali jika apa yang kita tulis bisa menjadi referensi untuk orang lain. Oleh sebab itu, kita diajarkan Academic Writing supaya tulisan kita tidaklah hanya sekedar tulisan ecek-ecek atau bentuk karya yang tiada artinya, tetapi karya yang dapat disuguhkan dan dinikmati oleh orang lain.
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment