2nd Critical Review: Buku Pengubah Sejarah



2nd Critical Review

Buku Pengubah Sejarah
(Oleh Fatimah)
          Buku merupakan salah satu sumber informasi dan atau pengetahuan yang kita butuhkan  selain dari media elektronik seperti televisi, radio, dan internet. Oleh sebab itu isi dari sebuah buku harus dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya karena isi dari suatu buku dapat mempengaruhi pola pikir pembacanya.
            Apalagi ketika berbicara mengenai buku sejarah. Sejarah merupakan peristiwa masa lampau, sejarah juga sebagai kisah tentang masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang masa lampau. Atau dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu ( Nugroho Notosusanto, 1984 : 10 ). Peristiwa  sejarah yang terjadi pada masa lampau akan sulit di kuak kebenarannya karena sejarah dapat di buat-buat oleh oknum tertentu berdasarkan kepentingan oknum tersebut, biasanya sejarah yang seperti ini adalah sejarah yang terkontaminasi oleh kepentingan politik.
Bukan hanya itu, literasi juga sangat berpengaruh terhadap sejarah. Ketika peristiwa atau sejarah terjadi tanpa di catat atau di bukukan maka sejarah tersebut tidak akan bertahan lama. Dalam artian sejarah tersebut akan hilang. Bayangkan jika literasi sangat rendah, sejarah tidak akan di catat dan hilang begitu saja atau di karang oleh oknum yang mengaku mengetahui sejarah tersebut.
Seperti Howard Zinn yang mencoba menguak kebenaran sejarah tentang Christopher Colombus melalui bukunya dengan judul  A People's History Of The United States [Actually, the History of Corporatist FILTH]”. Kebenaran sejarah mengenai Christopher Colombus harus di ketahui banyak orang pada umumnya dan orang Amerika pada kususnya. Karena orang Amerika hanya mengetahui Christopher Colombus adalah pahlawan, dia juga penemu benua Amerika. Ini merupakan salah satu kebohongan sejarah yang telah di lakukan oleh C. Colombus. Ketika banyak buku membicarakan tentang jasa – jasa C. Colombus dan di baca oleh jutaan ribu pasang mata ketika itu juga pola pikir pembaca terpengaruh oleh buku itu. Kita tidak bisa membuat kebohongan menjadi sebuah kebenaran. Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut seperti yang di lakukan ilmuan- ilmuan yang mencoba menjelaskan tentang kebenaran sejarah mengenai Christopher Colombus.
Zinn menghadapkan Columbus sebagai agen penaklukan dengan nafsu untuk emas dan sumber daya lainnya yang juga memiliki keinginan untuk menyiksa dan membunuh orang lain untuk mencapai tujuan tersebut. Ini adalah titik utama bahwa narasi Zinn dalam sejarah rakyat Amerika menyimpang dari banyak  buku yang telah mendahuluinya. Zinn melanjutkan dengan menyatakan bahwa banyak dari apa yang telah disampaikan kepada siswa sebagai " sejarah " di masa lalu itu pada kenyataannya adalah agenda siap terfokus pada menjaga kekuatan elit sosial . Columbus dan motivasinya merupakan bentrokan pertama nilai-nilai yang terjadi di Dunia Baru. Dalam tulisan-tulisannya, Columbus melihat bahwa penduduk Kepulauan Bahama damai , akomodatif dan tidak memiliki unsur-unsur yang terorganisir untuk membela diri . Dalam pikiran Columbus, faktor-faktor ini membuat orang-orang pribumi matang untuk ditaklukkan oleh Spanyol dan negara Eropa lainnya .

Dalam analisis Zinn itu, pandangan ini membentuk perilaku orang Eropa dan keturunan mereka selama berabad-abad . Ide eksploitasi - sumber daya , orang, perbedaan budaya - adalah faktor utama dalam masuknya dan penaklukan Dunia Baru . Para pemukim dan penakluk Eropa siap untuk menggunakan semua jalan kekerasan dan pemaksaan terhadap penduduk yang pandangan dunia , dalam banyak kasus , tidak termasuk cita-cita penaklukan , kerja paksa atau hukuman massa (Zinn,hal.5 , 1995) .

            Mengambil dari berbagai sumber, baik dari periode dulu dan modern, Zinn memperkirakan bahwa 3 juta orang tewas di Karibia sendiri dari serangan, kerja paksa dan penyakit ( Zinn, p . 7, 1995).
Dari pembahasan tersebut kita dapat mengetahui kekuatan buku yang dapat mengubah sejarah. Dimana kebenaran menjadi tertutup oleh kebohongan sang penulis sejarah itu sendiri (Christoper Colombus).
Howard Zinn dalam tulisannya yang berjudul “Speaking Truth to power with books” menjelaskan bagaimana beliau memperkenalkan isu-isu penting yang berkaitan dengan tulisan. Apa gunanya di dunia? Adakah efek yang di timbulkan dari tulisan dan apakah itu membantu mengubah dunia? Keputusan pertama penulis harus seperti keputusan pertama seorang guru yang harus dibuat: kenapa kita menulis? Dalam cara apa hal tersebut dapat menolong orang? Atau kita menulis hanya untuk meningkatkan keprofesionalan diri sendiri atau hanya ingin tulisan kita dapat di terbitkan dan di baca banyak oran?
Salah satu alasannya adalah bahwa sangat langka untuk menemukan langsung garis antara tulisan dari sebuah buku dan perubahan kebijakan. Tetapi sZinn berpkir bahwa kita dapat dapat menemukan garis langsung, dan Kita dapat menemukan era di mana tulisan-tulisan muncul dan kesadaran masyarakat dibesarkan dan kebijakan yang berubah, kadang-kadang setelah puluhan tahun berlalu. Lintasan panjang antara menulis dan mengubah kesadaran, antara menulis dan aktivisme dan kemudian mempengaruhi kebijakan publik, bisa berliku-liku rumit. Tapi ini tidak berarti kita harus berhenti dari menulis.  
Sebuah buku itu penting ketika kita menulisnya dengan pengalaman sendiri. Dimana latar belakang pendidikan, lingkungan sosial, keluarga juga mempengaruhi. Meskipun kita hidup di satu lingkungan namun kita harus memiliki pola pikir yang berbeda dengan yang lainnya atau tidak mlakukan hal yang sama dengan orang lain yang telah lakukan. Zinn dalam menulis dengan membaca buku-buku tertentu terlebih dahulu. Benar-benar. Ketika kita berusia 15,16 atau 17 tahun, kita  membaca membaca buku- bulu tertentu yang mempunyai efek yang sangat kuat pada diri kita . seperti yang di katakan Zinn bahwa buku yang mempengaruhinya adalah buku Dickens yang ia baca ketika berumur 14 tahun.
Buku dapat mengubah pola pikir seseorang. Dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubahkesadaran seseorang, itu akan memiliki efek pada dunia, dalam satu atau cara lain, cepat atau lambat, dengan cara yang  mungkin tidak bisa kita lacak. Buku beroperasi dengan banyak cara untuk mengubah kesadaran masyarakat.
Ada sejumlah cara dimana buku dapat mengubah kesadaran. Pertama, mereka dapat memperkenalkan sebuah ide yang tidak pernah terpikirkan oleh pembaca sebelumnya. Hal ini terjadi pada sebagian besar orang. Kita membaca Herman Melville, Billy Budd, dan kita dihadapkan dengan situasi dimana semua orang mematuhi hukum, semua orang patuh mengikuti aturan. Pendeta ini mengikuti apa yang dia pikir adalah firman Allah dan semua orang lain mengikuti kata beberapa otoritas, dan Billy Budd, seorang pria yang tidak bersalah, yang dihukum mati. Kita harus berpikir pada saat itu "Mungkin ada perbedaan antara hukum dan keadilan. "Mungkin aturan hukum harus diperiksa, dan mungkin otoritas tidak akan dihormati, atau orang yang tidak bersalah akan mati.
            Kita tumbuh diajarkan bahwa kita harus mematuhi aturan, taat kepada orang tua kita, guru , sampai ke Presiden. Namun di beberapa titik dalam hidup kita, terutama jika kita membaca secara luas, kita berhenti dan berkata, "Mengapa kita harus melakukan ini? Mengapa kita harus pergi bersama dengan ini dan mengapa kita tidak berpikir untuk diri kita sendiri? "Ini adalah wawasan yang bisa Kita dapatkan dari sebuah buku bahkan jika itu hanya isyarat. Ini hanya tersirat dalam cerita, namun memiliki efek yang kuat.
            Berikut ini adalah ide lain yang mungkin terjadi kepada orang-orang setelah membaca buku, terutama jika mereka membaca sejarah ortodoks. Ini bisa menyerang Kita bahwa tidak semua memiliki kepentingan yang sama. Ini bukan hal yang mudah karena kita semua dihadapkan dengan bahasa yang menganggap umum untuk semua orang di negara ini. Kita diberitahu bahwa beberapa kebijakan dalam "Kepentingan nasional," bahwa sesuatu harus dilakukan untuk "keamanan nasional," atau "pertahanan nasional." kepura-puraan adalah bahwa kepentingan "bangsa" meliputi kita semua. Zinn telah membaca Kurt Vonnegut Cat Cradle pada awal usianya mungkin mempertanyakan hal tersebut karena Vonnegut menciptakan istilah "granfalloon" untuk menggambarkan "hubungan bangga dan berarti manusia" dan ia menempatkan negara antara abstraksi alami tersebut. Tapi buku itu berbeda, ketika beliau masih muda, hal pertama yang membawanya untuk menganggap bahwa kita tidak satu keluarga besar di negeri ini, bahwa gagasan diri sebagai bangsa cerdik menyembunyikan perjuangan bentrok kepentingan karena mungkin kita takut kemudian perjuangan mengetahui dengan jelas siapa teman kita dan yang musuh-musuh kita.
            Charles Beard, membedah dan menganalisis 55 orang yang berkumpul di Philadelphia untuk menulis konstitusi. Dia memberitahu Kita siapa mereka, berapa banyak lahan yang mereka miliki, berapa banyak budak yang mereka miliki, berapa banyak obligasi yang mereka pegang, kelas apa yang mereka miliki. Mereka kaya, orang kulit putih dan mereka dibingkai Konstitusi yang akan melayani kepentingan mereka. "Profesor Beard, pemerintah Kita berarti tidak dapat melayani kepentingan kita?" Itu adalah ide yang berbahaya. Apakah ini berarti bahwa Marx benar?
Ada sebuah wawasan penting: masyarakat dibagi ke dalam kelas, dan pemerintah umumnya mengikuti perintah dari orang-orang dengan kekayaan yang tinggi dan yang paling berkuasa. Ini adalah masalah hidup dan mati. Jika Kita tidak tahu bahwa pemerintah mungkin sangat baik mewakili kepentingan yang berbeda dari Kita, Kita sangat patuh dengan apa yang pemerintah perintahkan kepada  Kita.
            Jadi Ada wawasan yang berasal dari buku-buku. Hal yang satu ini dari Charles Dickens. Pertama kali Zinn membaca Dickens Hard Times dia hanya seorang anak dengan tingkat pemahaman superfi sosial. Kemudian Dia baca ulang, dan terpana oleh karakter kepala sekolah Gradgrind yang menyarankan seorang guru muda, "Ingatlah, hanya memberi mereka fakta-fakta, tidak ada yang lain selain fakta. Zinn merenungkan nasihat ini tentang "fakta-fakta, tidak ada tapi fakta," dan datang ke wawasan bahwa tidak ada hal-hal seperti fakta murni tanpa hiasan oleh pengadilan.
            Howard Zinn  mengatakan tentang Christopher Columbus. Ketika bukunya,  Sejarah Rakyat Amerika Serikat keluar. Dia mulai mendapatkan surat dari seluruh negeri. Dia menemukan bahwa sebagian besar surat mempermasalahkan bab pertamnya pada  buku yang di tulis, yang tentu saja membuatnya sangat curiga. Zinn  menolak untuk menerima atau percaya bahwa orang hanya membaca bab pertama. Sebaliknya, dia menyimpulkan bahwa semua surat tentang bab pertama adalah karena isinya dari bab tersebut membuat ketidak puasan untuk mereka yang dibesarkan di Amerika Serikat yang telah menganggap bahwa Columbus adalah seorang pahlawan, Columbus penemu besar, Columbus pembaca Alkitab yang saleh. Untuk mepercaya bahwa Columbus adalah sebagai pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang dan mencincang orang-itu mengejutkan.
Seorang guru di California menegurnya melalui surat yang dikirimkan kepadanya. Surat tersebut berisi tentang orang tua siswa yang mengancam melaporkan isi buku tersebut kepada komite sekolah. Orang tua siswa tersebut hanya mengetahui colombus adalah pahlawan, seperti yang berkembang di amerika. Hanya untuk mempelajari fakta-fakta tentang Columbus dapat menyebabkan revolusi dalam pemikiran seseorang.
Mengapa hal seperti itu dapat terjadi? Hitler menulis dalam otobiografinya bahwa jika kebohongan diulangi secara terus-menerus, maka pikiran manusia akan mempercayainya. Kebohongan pun diterimanya sebagai kebenaran (Krishna, Anand. (2012). Neo Spiritual Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Karena sejarah selama ini mengukir bahwa colombus adalah seorang pahlawan dan kebohongan itu di ulangi secara terus menerus bahkan di bukukan sebagai materi ajar di sekolah maka mereka menganggap itu suatu kebenaran hal itu merubahlah pola pikir mereka.
            Apa yang sebenanya yang terjadi dengan sejarah tentang Christoper Colombus. Selama ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalkis Jerman Prof. Paul Kalhe yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi perangko Peta Piri Reis itu.
Berikut adalah sumber-sumber dari barat dan perspektif mereka. Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropolog yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bagian informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
jika Kita membaca buku Gino Strada itu, Green Parrots: A war Surgeon Diary, dan Kita mulai merasakan bagaimana rasanya mengamputasi kaki seorang anak yang baru saja terkena ranjau darat, atau telah mengambil bom klaster dalam sebuah lapangan, Kita tidak bisa hanya melanjutkan membaca.
            walaupun begitu, sejarah ternyata mampun menjadi landasan berpijak dan berpikir bagi generasi selanjutnya dalam memandang dan memformat kehidupan pada zamannya. Hal itu dimaksudkan agar kesalahan masa lalu tak terulang kembali dan bisa menempatkan langkah-langkah yang sudah positif. Sejarah yang dapat berpengaruh hebat ternyata tak pernah lepas dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Tindakan merekapun menyelewengkan data dan fakta, sehingga frame (kerangka) berpikirpun menjadi menyimpang dari kebenaran. Sperti sejarah yang di ukir oleh Christoper Colombus yang berpengaruh terhadap pola pikir masayarakat Amerika.






             

           
           
           

Referensi:
Krishna, Anand. (2012). Neo Spiritual Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zinn, Howard.2005. Anthrophology off the self: speaking truth to power of    book.
---------------- A People's History Of The United States[Actually, the History of       Corporatist FILTH]
http://nahimunkar.blogspot.com
http://daulahislam.blogspot.com





           

Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment