2nd Critical Review
Buku Pengubah Sejarah
(Oleh Fatimah)
Buku
merupakan salah satu sumber informasi dan atau pengetahuan yang kita butuhkan selain dari media elektronik seperti televisi,
radio, dan internet. Oleh sebab itu isi dari sebuah buku harus dapat di
pertanggung jawabkan kebenarannya karena isi dari suatu buku dapat mempengaruhi
pola pikir pembacanya.
Apalagi ketika berbicara mengenai
buku sejarah. Sejarah merupakan peristiwa
masa lampau, sejarah juga sebagai kisah tentang masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang
masa lampau. Atau
dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai peristiwa,
sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu (
Nugroho Notosusanto, 1984 : 10 ). Peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau akan
sulit di kuak kebenarannya karena sejarah dapat di buat-buat oleh oknum
tertentu berdasarkan kepentingan oknum tersebut, biasanya sejarah yang seperti
ini adalah sejarah yang terkontaminasi oleh kepentingan politik.
Bukan
hanya itu, literasi juga sangat berpengaruh terhadap sejarah. Ketika peristiwa
atau sejarah terjadi tanpa di catat atau di bukukan maka sejarah tersebut tidak
akan bertahan lama. Dalam artian sejarah tersebut akan hilang. Bayangkan jika
literasi sangat rendah, sejarah tidak akan di catat dan hilang begitu saja atau
di karang oleh oknum yang mengaku mengetahui sejarah tersebut.
Seperti Howard Zinn yang mencoba menguak kebenaran
sejarah tentang Christopher Colombus
melalui
bukunya dengan judul
“A People's History Of The United States [Actually, the History of
Corporatist FILTH]”. Kebenaran sejarah mengenai Christopher Colombus harus di
ketahui banyak orang pada umumnya dan orang Amerika pada kususnya. Karena orang
Amerika hanya mengetahui Christopher Colombus adalah pahlawan, dia juga penemu
benua Amerika. Ini merupakan salah satu kebohongan sejarah yang telah di
lakukan oleh C. Colombus. Ketika banyak buku membicarakan tentang jasa – jasa
C. Colombus dan di baca oleh jutaan ribu pasang mata ketika itu juga pola pikir
pembaca terpengaruh oleh buku itu. Kita tidak bisa membuat kebohongan menjadi
sebuah kebenaran. Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut seperti yang di
lakukan ilmuan- ilmuan yang mencoba menjelaskan tentang kebenaran sejarah
mengenai Christopher Colombus.
Zinn menghadapkan Columbus sebagai agen penaklukan
dengan nafsu untuk emas dan sumber daya lainnya yang juga memiliki keinginan
untuk menyiksa dan membunuh orang lain untuk mencapai tujuan tersebut. Ini
adalah titik utama bahwa narasi Zinn dalam sejarah rakyat Amerika menyimpang
dari banyak buku yang telah
mendahuluinya. Zinn melanjutkan dengan menyatakan bahwa banyak dari apa yang telah
disampaikan kepada siswa sebagai " sejarah " di masa lalu itu pada
kenyataannya adalah agenda siap terfokus pada menjaga kekuatan elit sosial .
Columbus dan motivasinya merupakan bentrokan pertama nilai-nilai yang terjadi
di Dunia Baru. Dalam tulisan-tulisannya, Columbus melihat bahwa penduduk
Kepulauan Bahama damai , akomodatif dan tidak memiliki unsur-unsur yang
terorganisir untuk membela diri . Dalam pikiran Columbus, faktor-faktor ini
membuat orang-orang pribumi matang untuk ditaklukkan oleh Spanyol dan negara
Eropa lainnya .
Dalam analisis Zinn itu, pandangan ini membentuk perilaku
orang Eropa dan keturunan mereka selama berabad-abad . Ide eksploitasi - sumber
daya , orang, perbedaan budaya - adalah faktor utama dalam masuknya dan
penaklukan Dunia Baru . Para pemukim dan penakluk Eropa siap untuk menggunakan
semua jalan kekerasan dan pemaksaan terhadap penduduk yang pandangan dunia ,
dalam banyak kasus , tidak termasuk cita-cita penaklukan , kerja paksa atau
hukuman massa (Zinn,hal.5 , 1995) .
Mengambil dari berbagai sumber, baik dari periode dulu dan modern, Zinn memperkirakan bahwa 3 juta orang tewas di Karibia sendiri dari serangan, kerja paksa dan penyakit ( Zinn, p . 7, 1995).
Mengambil dari berbagai sumber, baik dari periode dulu dan modern, Zinn memperkirakan bahwa 3 juta orang tewas di Karibia sendiri dari serangan, kerja paksa dan penyakit ( Zinn, p . 7, 1995).
Dari pembahasan tersebut
kita dapat mengetahui kekuatan buku yang dapat mengubah sejarah. Dimana
kebenaran menjadi tertutup oleh kebohongan sang penulis sejarah itu sendiri
(Christoper Colombus).
Howard Zinn dalam
tulisannya yang berjudul “Speaking Truth to power with books” menjelaskan
bagaimana beliau memperkenalkan isu-isu penting yang berkaitan dengan tulisan.
Apa gunanya di dunia? Adakah efek yang di timbulkan dari tulisan dan apakah itu
membantu mengubah dunia? Keputusan pertama penulis harus seperti keputusan
pertama seorang guru yang harus dibuat: kenapa kita menulis? Dalam cara apa hal
tersebut dapat menolong orang? Atau kita menulis hanya untuk meningkatkan
keprofesionalan diri sendiri atau hanya ingin tulisan kita dapat di terbitkan
dan di baca banyak oran?
Salah satu alasannya
adalah bahwa sangat langka untuk menemukan langsung garis antara tulisan dari
sebuah buku dan perubahan kebijakan. Tetapi sZinn berpkir bahwa kita dapat
dapat menemukan garis langsung, dan Kita dapat menemukan era di mana
tulisan-tulisan muncul dan kesadaran masyarakat dibesarkan dan kebijakan yang
berubah, kadang-kadang setelah puluhan tahun berlalu. Lintasan panjang antara
menulis dan mengubah kesadaran, antara menulis dan aktivisme dan kemudian
mempengaruhi kebijakan publik, bisa berliku-liku rumit. Tapi ini tidak berarti
kita harus berhenti dari menulis.
Sebuah buku itu penting
ketika kita menulisnya dengan pengalaman sendiri. Dimana latar belakang
pendidikan, lingkungan sosial, keluarga juga mempengaruhi. Meskipun kita hidup
di satu lingkungan namun kita harus memiliki pola pikir yang berbeda dengan
yang lainnya atau tidak mlakukan hal yang sama dengan orang lain yang telah
lakukan. Zinn dalam menulis dengan membaca buku-buku tertentu terlebih dahulu.
Benar-benar. Ketika kita berusia 15,16 atau 17 tahun, kita membaca membaca buku- bulu tertentu yang
mempunyai efek yang sangat kuat pada diri kita . seperti yang di katakan Zinn
bahwa buku yang mempengaruhinya adalah buku Dickens yang ia baca ketika berumur
14 tahun.
Buku dapat mengubah
pola pikir seseorang. Dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubahkesadaran
seseorang, itu akan memiliki efek pada dunia, dalam satu atau cara lain, cepat
atau lambat, dengan cara yang mungkin
tidak bisa kita lacak. Buku beroperasi dengan banyak cara untuk mengubah
kesadaran masyarakat.
Ada sejumlah cara dimana buku dapat
mengubah kesadaran. Pertama, mereka dapat memperkenalkan sebuah ide yang tidak
pernah terpikirkan oleh pembaca sebelumnya. Hal ini terjadi pada sebagian besar
orang. Kita membaca Herman Melville, Billy Budd, dan kita dihadapkan dengan
situasi dimana semua orang mematuhi hukum, semua orang patuh mengikuti aturan.
Pendeta ini mengikuti apa yang dia pikir adalah firman Allah dan semua orang
lain mengikuti kata beberapa otoritas, dan Billy Budd, seorang pria yang tidak
bersalah, yang dihukum mati. Kita harus berpikir pada saat itu "Mungkin
ada perbedaan
antara hukum dan keadilan. "Mungkin aturan hukum harus diperiksa, dan
mungkin otoritas tidak akan dihormati, atau orang yang tidak bersalah akan
mati.
Kita
tumbuh diajarkan bahwa kita harus mematuhi aturan, taat kepada orang tua kita,
guru , sampai ke Presiden. Namun di beberapa titik dalam hidup kita, terutama
jika kita membaca secara luas, kita berhenti dan berkata, "Mengapa kita
harus melakukan ini? Mengapa kita harus pergi bersama dengan ini dan mengapa
kita tidak berpikir untuk diri kita sendiri? "Ini adalah wawasan yang bisa
Kita dapatkan dari sebuah buku bahkan jika itu hanya isyarat. Ini hanya
tersirat dalam cerita, namun memiliki efek yang kuat.
Berikut
ini adalah ide lain yang mungkin terjadi kepada orang-orang setelah membaca
buku, terutama jika mereka membaca sejarah ortodoks. Ini bisa menyerang Kita bahwa
tidak semua memiliki kepentingan yang sama. Ini bukan hal yang mudah karena
kita semua dihadapkan dengan bahasa yang menganggap umum untuk semua orang di
negara ini. Kita diberitahu bahwa beberapa kebijakan dalam "Kepentingan
nasional," bahwa sesuatu harus dilakukan untuk "keamanan
nasional," atau "pertahanan nasional." kepura-puraan adalah
bahwa kepentingan "bangsa" meliputi kita semua. Zinn telah membaca
Kurt Vonnegut Cat Cradle pada awal usianya mungkin mempertanyakan hal tersebut
karena Vonnegut menciptakan istilah "granfalloon" untuk menggambarkan
"hubungan bangga dan berarti manusia" dan ia menempatkan negara
antara abstraksi alami tersebut. Tapi buku itu berbeda, ketika beliau masih
muda, hal pertama yang membawanya untuk menganggap bahwa kita tidak satu
keluarga besar di negeri ini, bahwa gagasan diri sebagai bangsa cerdik
menyembunyikan perjuangan bentrok kepentingan karena mungkin kita takut kemudian
perjuangan mengetahui dengan jelas siapa teman kita dan yang musuh-musuh kita.
Charles
Beard, membedah dan menganalisis 55 orang yang berkumpul di Philadelphia untuk
menulis konstitusi. Dia memberitahu Kita siapa mereka, berapa
banyak lahan yang mereka miliki, berapa banyak budak yang mereka miliki, berapa
banyak obligasi yang mereka pegang, kelas apa yang mereka miliki. Mereka kaya,
orang kulit putih dan mereka dibingkai Konstitusi yang akan melayani
kepentingan mereka. "Profesor Beard, pemerintah Kita berarti tidak dapat
melayani kepentingan kita?" Itu adalah ide yang berbahaya. Apakah ini
berarti bahwa Marx benar?
Ada sebuah wawasan
penting: masyarakat dibagi ke dalam kelas, dan pemerintah umumnya mengikuti
perintah dari orang-orang dengan kekayaan yang tinggi dan yang paling berkuasa.
Ini adalah masalah hidup dan mati. Jika Kita tidak tahu bahwa pemerintah
mungkin sangat baik mewakili kepentingan yang berbeda dari Kita, Kita sangat patuh
dengan apa yang pemerintah perintahkan kepada Kita.
Jadi
Ada wawasan yang berasal dari buku-buku. Hal yang satu ini dari Charles
Dickens. Pertama kali Zinn membaca Dickens Hard Times dia hanya seorang anak
dengan tingkat pemahaman superfi sosial. Kemudian Dia baca ulang, dan terpana
oleh karakter kepala sekolah Gradgrind yang menyarankan seorang guru muda,
"Ingatlah, hanya memberi mereka fakta-fakta, tidak ada yang lain selain
fakta. Zinn merenungkan nasihat ini tentang "fakta-fakta, tidak ada tapi
fakta," dan datang ke wawasan bahwa tidak ada hal-hal seperti fakta murni
tanpa hiasan oleh pengadilan.
Howard
Zinn mengatakan tentang Christopher
Columbus. Ketika bukunya, Sejarah Rakyat
Amerika Serikat keluar. Dia mulai mendapatkan surat dari seluruh negeri. Dia
menemukan bahwa sebagian besar surat mempermasalahkan bab pertamnya pada buku yang di tulis, yang tentu saja membuatnya
sangat curiga. Zinn menolak untuk
menerima atau percaya bahwa orang hanya membaca bab pertama. Sebaliknya, dia menyimpulkan
bahwa semua surat tentang bab pertama adalah karena isinya dari bab tersebut
membuat ketidak puasan untuk mereka yang dibesarkan di Amerika Serikat yang
telah menganggap bahwa Columbus adalah seorang pahlawan, Columbus penemu besar,
Columbus pembaca Alkitab yang saleh. Untuk mepercaya bahwa Columbus adalah sebagai
pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi, munafik, orang yang
tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang dan mencincang orang-itu
mengejutkan.
Seorang guru di
California menegurnya melalui surat yang dikirimkan kepadanya. Surat tersebut
berisi tentang orang tua siswa yang mengancam melaporkan isi buku tersebut
kepada komite sekolah. Orang tua siswa tersebut hanya mengetahui colombus
adalah pahlawan, seperti yang berkembang di amerika. Hanya untuk mempelajari
fakta-fakta tentang Columbus dapat menyebabkan revolusi dalam pemikiran
seseorang.
Mengapa hal seperti itu
dapat terjadi? Hitler menulis dalam
otobiografinya bahwa jika kebohongan diulangi secara terus-menerus, maka
pikiran manusia akan mempercayainya. Kebohongan pun diterimanya sebagai
kebenaran (Krishna, Anand. (2012). Neo Spiritual
Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Karena sejarah selama ini
mengukir bahwa colombus adalah seorang pahlawan dan kebohongan itu di ulangi
secara terus menerus bahkan di bukukan sebagai materi ajar di sekolah maka mereka
menganggap itu suatu kebenaran hal itu merubahlah pola pikir mereka.
Apa
yang sebenanya yang terjadi dengan sejarah tentang Christoper Colombus. Selama
ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika
pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di
semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut
versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau
penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim,
ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah
Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa
penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar
sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M).
Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and
Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah
menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari
Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Al-masudi menjelaskan, semasa
pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas
berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik
hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari
benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang
diduga berasal dari benua baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus
Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan
berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim.
Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory
Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims
Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in
America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta
bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika
sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada
masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M),
kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos)
di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang
beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak
dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal
bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama
yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh,
berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada
masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari
Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari
999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary)
dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat,
melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke
Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166),
pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi
Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis,
sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang
gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini,
dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?,
berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang
penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera
Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin
Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko
pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam
Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut
Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini
banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di
Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga
mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl
al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu
ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari
Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang
merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar
I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di
Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi,
dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di
benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab
dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua
Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini
dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki.
Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika
Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama
seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang
berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520)
sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis”
(berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan),
diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut
melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M
itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji
ulang oleh seorang orientalkis Jerman Prof. Paul Kalhe yang membentangkannya
dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. Untuk mengenang jasa-jasanya,
pemerintah Turki mengabadikannya menjadi perangko Peta Piri Reis itu.
Berikut adalah sumber-sumber dari
barat dan perspektif mereka. Pertama, dalam bukunya Saga America
(New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan
Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa
berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara
dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan
Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara
bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang
ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang
artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran
Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan.
Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia
Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan,
sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan
untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini
merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi
laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Penemuan
sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of
Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas
(Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe
(Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800
M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul
Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam
bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard
University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga
mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara,
Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin
menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk
berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku
Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara
dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan
indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John
Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950,
menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober
1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia
menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian
penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan
reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat,
Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang
diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para
antropolog yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab
di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim
pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan
Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus,
menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum
Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early
America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum
kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli
sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang
Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di
Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa
ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan
dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan
diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah
satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil
penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun
1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang
sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun
sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian
diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford
dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang
menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di
Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari
penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus
ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan
Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng
terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu
orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya,
dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh
kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran
bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bagian informasi yang sengaja
tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni kapal Pinta
dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso
Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina.
Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan
Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan Marinid
(1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya John Boyd
Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
jika Kita
membaca buku Gino Strada itu, Green Parrots: A war Surgeon Diary, dan Kita
mulai merasakan bagaimana rasanya mengamputasi kaki seorang anak yang baru saja
terkena ranjau darat, atau telah mengambil bom klaster dalam sebuah lapangan, Kita
tidak bisa hanya melanjutkan membaca.
walaupun begitu, sejarah ternyata mampun menjadi landasan
berpijak dan berpikir bagi generasi selanjutnya dalam memandang dan memformat
kehidupan pada zamannya. Hal itu dimaksudkan agar kesalahan masa lalu tak
terulang kembali dan bisa menempatkan langkah-langkah yang sudah positif.
Sejarah yang dapat berpengaruh hebat ternyata tak pernah lepas dari pihak-pihak
yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Tindakan merekapun menyelewengkan data
dan fakta, sehingga frame (kerangka) berpikirpun menjadi menyimpang dari
kebenaran. Sperti sejarah yang di ukir oleh Christoper Colombus yang
berpengaruh terhadap pola pikir masayarakat Amerika.
Referensi:
Krishna, Anand. (2012). Neo Spiritual Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Zinn, Howard.2005. Anthrophology off the
self: speaking truth to power of book.
----------------
A People's History Of The United States[Actually,
the History of Corporatist FILTH]
http://nahimunkar.blogspot.com
http://daulahislam.blogspot.com