2nd Critical Review
HABILITAS SEORANG
HOWARD ZINN
(by.
Endah Jubaedah)
Kejeniusan Howard Zinn dalam mengungkapkan pemikirannya secara matang dan
berani menerangkan opini yang dibangun dengan komposisi nutrisi penuh, membuat
kekaguman tersendiri bagiku pribadi sebagai pembaca. Meskipun ke-absahan tulisannya mendapat
banyak protes juga kritikan tak membuat ia kehilangan kredibilitas sebagai
“penulis ulung”, justru semakin menarik pula-lah menelaah penulis yang
mempunyai ketajaman memindai sebuah kejadian atau fenomena berdasarkan
kecermatan membaca situasi “dengan cara lain”.
Salah satu karya tulisnya di bab 2 Speaking
Truth to Power with Books1 menuai banyak kecaman
karena pembahasannya tentang Christopher Columbus dianggap tak lazim,
penyampaiannya tertulis dalam selimut kemisteriusan sejarah yang tersembunyi.
Tahukah
siapa Christopher Columbus itu? Columbus yang bernama asli (Genoa) adalah
Christoffa Corombo yaitu seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa,
Italia. Meskipun dia bukanlah orang
pertama yang tiba di Amerika juga bukan Eropa pertama yang sampai di benua itu,
namun dia tetap popular sebagai penemu benua Amerika. Saat itu Colombus mengira bahwa pulau
tersebut masih terasing dan tak pernah ada yang menjamahnya, belum berpenghuni
sama sekali. Mereka berorientasi
menjadikan pulau tersebut sebagai perluasan wilayah Spanyol, tetapi setelah ia
tiba di benua tersebut disambut oleh suku Indian yang sudah lebih dulu
bermukim.
Colombus
yang hanya tak sengaja menemui benua Amerika dalam upaya mencari jalan dari
Eropa ke Timur, justru membuatnya lebih berpengaruh dalam sejarah dunia (diluar
dugaannya sendiri). Penemuannya
sekaligus merupakan mahkota eksplorasi dan kolonisasi dunia baru juga sekaligus
merupakan tonggak penting dalam sejarah.
Colombus seakan membuka pintu bagi bangsa Eropa dua benua untuk
menciptakan pemukiman baru, menyebar pendududuk dan menyediakan sumber kekayaan
mineral dan isi bumi yang pada gilirannya mengubah wajah Eropa. Menurut Zinn “perlakuan pahlawan (Columbus)
dan korban mereka (Arawaks) tentang penaklukan dan pembunuhan atas nama
kemajuan hanya satu aspek pendekatan tertentu untuk sejarah, dimana masa lalu
diceritakan dari sudut pandang pemerintah, penakluk, diplomat, pemimpin. Dengan kata lain bahwasannya sejarah yang
seyogyanya untuk mengetahui kehidupan sebelum kita dan sumber ilmu pengetahuan
terkesan tidak terbuka atau seperti tersembunyi atau bahkan mungkin
disembunyikan.
Tak sampai disitu pengungkapan yang
di kupas oleh Howard Zinn, ia kembali menimbang dengan matang apa yang
sesungguhnya dapat diwacanakan secara sesungguhnya dalam lingkup sejarah. Sejarah Sebuah Rakyat Amerika Serikat dimulai
dengan menceritakan kembali dari pertemuan pertama dari masyarakat adat di
Karibia dengan ekspedisi Christopher Columbus.
Pandangan Zinn tentang pertemuan pertama sangat berbeda dengan para
tokoh tradisional sejarah yang populer, dimana Columbus digambarkan sebagai
seorang penjelajah damai tercerahkan yang telah “menemukan” tanah baru dan
berteman dengan orang-orang pribumi.
Para tokoh tradisional ini menggambar dari jurnal Columbus sendiri serta
tulisan-tulisan lain yang sezaman, Zinn meyakini bahwa Columbus sebagai agen
penakluk dengan nafsu maksimal untuk mendapatkan emas dan sumber daya lainnya
yang juga memiliki keinginan untuk menyiksa dan membunuh orang orang lain.
Selain isi tulisannya yang mampu
menggali sejarah yang tak tertulis, karya tulisnya pun mengagumkan; mampu
memengaruhi pembaca dan bahkan merubah hidup pembacanya. Pengaruh kuat ini tak
akan mungkin dapat berpengaruh tanpa menambahkan bumbu yang “sedap” terhadap
tulisan yang ia bangun. Inilah bahwa aku
sebagai pembaca telah menyadari ternyata membaca bukan hanya refleksi mata
sesaat atau penambahan ilmu pengetahuan saja, terlihat bagaimana kualitas
sebuah bacaan dapat mengubah daya pikir ataupun karakter seseorang karena
membaca.
Howard Zinn terbukti “ampuh” memberi
pengaruh terhadap pembaca secara mengagetkan, mengubah hidup seseorang lewat
tulisan adalah suatu keajaiban yang mesti mendapat apresiasi atas hasil karya
cipta yang gemilang. Baru membaca
sebagian kecil tulisannya saja sudah mengundang ketertarikan yang nyata, rasa
ingin tahu yang sangat besar mendorong hati untuk mencari tahu siapa Howard
Zinn; terlahir dari keluarga kelas pekerja di Brooklyn, New York. Meskipun ia memiliki sedikit kesempatan untuk
mengenyang pendidikan formal namun tak membuat ia berkecil hati, ia justru
mengembangkan kesadaran dalam kehidupan sosial yang kuat saat bekerja sebagai shipfitter dan rajin membaca novel-novel
Charles Dickens. Setelah dinas militer
dia memperoleh gelar doktor dalam sejarah di Columbia University dan kemudian
mengaja di Spelman College di Georgia, dimana ia aktif dalam gerakan hak-hak
sipil. Pada tahun 1963 ia pindah ke
Boston University dan sukses menjadi seorang kritikus.
Kebenaran sejarah coba di ungkap
oleh Zinn, seolah ia tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Padahal ia hanya berpikir dari sisi yang
berbeda dari orang kebanyakan, namun ke-logisan dan insting yang kuat
membuatnya tumbuh menjadi seseorang yang peka terhadap sosial. Zinn aktif menjadi pendukung perdamaian kelas
bawah dan kritikus yang mengartikulasikan kekuasaan korporasi dan keserakahan
yang didukung oleh kolusi pemerintah.
Ini yang menjadi modal awal pembukaan dunia yang ia geluti terbuka,
hasil berpikirnya jauh berbeda dari ke-umumann, ia berpikir khusus dan teliti
dalam memutuskan hal apa yang seharusnya dituliskan dan tentu saja dengan
profesinya sebagai kritikus sangat membantu banyak.
“kita perlu cara berpikir yang baru”
kata Zinn. Kita perlu memikirkan kembali
posisi kita di dunia. Kita perlu untuk
menghentikan pengiriman senjata ke negara-negara yang menindas orang lain, juga
harusnya memutuskan bahwa tidak akan lagi ada perang di dunia ini apapun alasan
yang disulap oleh politisi atau media.
Perang dalam perspektif Zinn ialah perang yang dilakukan dengan
sembarangan, perang terhadap orang-orang yang tak berdosa, perang terhadap
anak-anak. “perang adalah suatu tindakan
terorisme yang diperbesar ratusan kali.”
“kita tidak bisa aman dengan
membatasi kebebasan kita, beberapa pemimpin politik kita banyak menuntut tetapi
untuk memperkaya diri mereka masing-masing.
Kita tak harus mengambil contoh perilaku dari para pemimpin militer dan
para pemimpin politik yang saling berteriak ingin balas dendam dan berperang,
tetapi contohlah perlakuan para dokter
atau perawat, petugas kebakaran, dan polisi yang telah menyelamatkan nyawa
seseorang atau bahkan orang-orang di tengah-tengah kekacauan. Bukan pemikiran dan logika ataupun kekerasan yang didahulukan,
tetapi penyembuhan; bukan balas dendam, tapi kasih sayang.”
Itu hanya beberapa ungkapan kata
yang sungguh membangun dan dibuat terbangun oleh pernyataan seorang kritikus
yang sangat berbakat, apalagi jika kita membaca semua karyanya; 180o
merubah dunia dan kehidupan tentunya. Ingin
rasanya merebut kepekaan hati dan kecerdasannya untuk menantang dunia dan
mengacungkan ibu jari seraya berkata, “dunia ini akan baik-baik saja sekalipun
kita tak sama.” Damai selalu indah,
indahlah dunia jika ada rasa damai. Perspektif
Zinn pun hampir “menyerempet” kearah perdamaian dan kerukunan antar sesama
manusia, perilakunya mencerminkan seseorang yang penuh karisma, bijak, dan tak
memikirkan kepentingan pribadinya.
Kehidupan sosial selain menjadi sorotan pengkritikannya juga sebagai rumah
kedua untuknya, berbagi dan saling mengasihi adalah kefokusannya sebagai
seorang yang peduli.
Kembali pada tulisannya pada bab 2 Speaking Truth to Power with Books1,
ketika aku membaca paragraf demi paragraf tak kudapat ketertarikan untuk
membaca buku tersebut; hanya berbagai informasi tentang menulis dan penulis
yang tetulis. Penting dan bernilai
sungguh tulisannya namun belum membuat ketertarikan untuk terus setia
membacanya, tapi ketika kritikan terhadap Columbus mulai dibahas dan
“didendangkan” dalam kata-kata yang berbeda dan menggairahkan mulailah
ketertarikan itu muncul mendorong kuat perasaan menjadi penasaran.
Setelah itu baru aku sadar dan
mengerti betapa pengetahuan menulis dan penulis yang ditulis olehnya memang
sangat krusial dan begitu penting, koneksi antara penulis dan pembaca merupakan
kunci keberhasilan hasil karya tulisan.
Baru sadar? Lalu kemana saja aku selama ini? Terlalu lama sudah aku
terduduk dan diam dalam posisi kenyamananaku, harusnya sebagai penulis aku
mampu mengajak dan mengikat kenyamanan pembaca agar tak bosan membaca tulisan
kita. Tak mudah membuat orang
terpengaruh dengan membaca sebuah tulisan. Ucapan atau obrolan biasa lebih manjur
dipahami, budaya yang tidak berliterasi lebih mudah membuming dan dipahami
masyarakat umum. Kenapa? Karena ya mengambil kemudahan dan tak ingin menjalani
tahap yang dianggap lebih sulit tak diminati dan apalagi digemari. Jangankan gemar menulis, membaca saja
malas. Namun jangankan berbicara,
mengobrol saja yang membutuhkan banyak waktu tak mampu di tolak.
Sebagai pembaca pun aku seperti lalai
dan hanya seperlunya; lalai tak memperhatikan apa yang di dapat dari kegiatan
membaca, seperlunya hanya ketika butuh untuk mencari informasi atau saat
tulisan dirasa dapat dijadikan hiburan.
Tanpa melekatkan tujuan apa yang seharusnya didapatkan dari kegiatan membaca bukan hanya sekedar
mengeja kata, maka tak heran jika buku hanya menjadi koleksi bukan kebutuhan pokok
yang harusnya dapat diefektifkan dan menjadi bahan kajian yang bermanfaat. Kesadaran yang kurang dari standar
peliterasi.
Ajaibnya,
semua keraguan itu seolah kandas ketika Haward Zinn dapat menciptakan sebuah
pola berpikir yang dapat memengaruhi seorang pembaca. Brilian ketika ia sukses membuat orang-orang
tertunduk untuk membaca bukunya dan mampu membuat banyak rangsangan dari
berbagai kalangan. Tulisannya begitu di
apresiasi oleh kaum pemerhati atau pun yang tak sengaja member perhatian, nampak
jelas cara pandang iayang tak sama menjadikan sebagai ciri khas seorang
Zinn. Rohaniku seolah mengisyaratkan
bahwa cara ia menuangkan pendapat sangat perlu dipelajari dan di generasikan
pada kita sendiri.
Kesulitan
selalu datang menghalangi jalan lurus kita, tak mudah memang menjadi seperti
yang seseorang tulis karena kita adalah diri kita sendiri bukan orang
lain. Namun berubah menjadi lebih baik
dan berpikiran terbuka karena terinspirasi oleh tulisan sesorang tentulah
sangar baik, itu ketika kita menjadi seorang pembaca. Ketika menjadi seorang penulis sebaliknya
kita dituntut menjadi seorang yang dapat menginspirasi, member pengaruh,
memberi suntikan yang membangun, mengubah cara pandang atau bahkan karakter pada
hal kebaikan.
Sebuah
pengaruh yang kuat dan dapat menguatkan tentu haruslah dibangun dengan
pembangunan kata yang mampu menghipnotis pembacanya, isi tulisan yang mampu
menegaskan dan melunturkan orang-orang yang berpikir radikal atau orang-orang
yang membangkang. Dalam kehidupan
demokrasi ini kita dikaruniai kebebasan mengeluarkan pendapat sesuai yang kita
ingin, namun tentu dengan konsep yang teratur dan masuk akal. Tapi kelogisan bukan satu-satunya penguat
pendapat, berbeda pemikiran boleh asal jangan “aneh” atau tak dapat dapat
diterima akal sehat.
Lalu mengapa
harus penulis yang memengaruhi? Kemagisan tulisan adalah mantra sakti yang
harus dipergunakan oleh para penulis sebagai jalan untuk melancarkan aksi yang
“gila” (dalam kebaikan), merupakan tntutan seorang. Selain keberhasilan membangun kata-kata yang
pembaca sukai, penulis pun akan sukses dalam pemikiran ia sendiri. Naluri jiwanya dibanjirikata-kata dan riukan
kalimat juga segudang paragraph yang dapat menentuka mas depan seseorang.
Dampak yang begitu meng-aroma dan “menjadi ingin” menyantap lepas semuanya.
Dampak
yang dimuculkan sangat baik, salah satunya dapat mengubah perilaku osisal yang
terjadi masyarakat; bagimana bergaul antarsesama masyarakat dalam ruang linkup
masyarakat secara luas. Apalagi dunia
semakin tua dan rapuh, kita harus menyiapkan penyangga-penyanga yang kokoh agar
tetap bertahan dalam dunia yaimidng pnuh gejolak, tapi tidak
mengintimidasi. Menghargai satu sama
lain adalah kunci kearifan dunia agar meraih sukses.
Dunia
tak hentinya memunculkan perubahan, semakin matang namun semakin tak
terkontrol. Tindakan anarkisme menjadi
tren yang dibanggakan oleh para pelakunya.
Tak sedikut pun rasa malu tersimpan dalam benak mereka masing-masing,
autism menjadi gaya hidup yang popular.
Tak pernah memikirkan orang lain karena rasa salin memilikinya sudah
luntur oleh pergolakan zaman. Disinilah
peran penting seorang penulis untuk membuat dunia membaik dengan
tulisan-tulisannya, memperbaiki hiruk-pikuk yang penuh kepenatan dan kepalsuan
yang menjermuskan. Menikam akhlak dan moral dengan keras, menumbuhkan
pribadi-pribadi yang individual tanpa kepedulian satu sama lain. Egoisme malah saling bersautan meneriakkan
dan membanggakan diri sendiri.
Jauh
dari masyarakat majemuk adalah kenyataan benar menimpa masyarakat era-modern, maka
orang-orang seperti Zinn harus dikloningkan cara berpikirnya. Hal ini pun tak terlepas dari dedikasinya
untuk sosial (penghuni bumi lain), penulisan informasi yang konkret bagaimana
dibutuhkan sebuah konektor untuk menghubungkan antara penulis dan pembaca agar
sinkronisasi menjadi poin penting untuk sebuah karya tulis yang secara penuh
dapat memenuhi ekspektasi dengan kualitas baik.
Kualitas
sebuah bacaan tergantung dari isi yang akan ditawarkan penulis apakah
mengundang ketertarikan atau hanya menerka informasi sebagai referensi saja,
atau juga dapat meraih tangan pembaca untuk jatuh dan merasakan apa yang
sesungguhnya penulis ingin sampaikan.
Berat memang jika kita memikirkan teknis menciptakan sebuah teks yang
mampu menjatuhkan hati para pembacanya, beban mental mungkin akan tertambak
dalam kail hati calon penulis. Namunitu
bukan alas an untuk kita berhenti menulis, tak smua hal di dunia ini dapat di
tempuh dengan jalur instant tanpa perjuangan, dedikasi dan kesungguhan.
Proses
dan likunya akan berubah manis kala kita konsisten menulis dan teguh pada
tujuan menulis, bukan hanya bergelut dengan dunia informasi yang banyak
menenggelamkan keramahan dunia. Dunia
porak poranda dilanda krisis manusia berakhlak, semakin dunia memajukan
langkahnya, langkah penghuni dunia pun semakin terdepan dengan cepat tak ingin
kalah dengan dunia. Sombong dan serakah menumbuhkan benih negatif dan Tuhan tak suka dengan sesuatu yang berlebihan, maka
atas kuasa-Nya manusia disadarkan melalui kejadian-kejadian
yangmengilhami. Manusia sering kali
melupakan keberadaannya di dunia, penghuni dunia bukan hanya sekedar kumpulan
manusia, ada hewan, tumbuhan, jua alam yang harus kita pikirkan juga
keberlangsungan hidupnya.
Manusia kadang menjadi angkuh dengan statusnya sebagai
khalifah di dunia karena ketentuan, memajukan kehidupan penuh bagi kaum
manusia. Namun keserakahan mengaliri
darah, hewan yang banyak diburu sehingga menimbulkan banyak kelangkaan,
pohon-pohon ditebang secar ilegal, laut dikotori dan berrbagai kenegatan
lainnyalantas membuat alam sendiri marah terhadap manusia. Bencana silih berganti mengamuk dan meminta
petanggungjawaban.
Inilah kesempatan kita sebagai generasi selanjutnya
memperbaiki tubuh dunia, berilmu pengetahuan dan berilmu hatinya. Menulis adalah salah satu sumbangsih yang
dapat kita lakukan untuk perbaikan terhadap perubahan dunia; tulislah sesuatu
yang meskipun bukan emas tapi mampu bersinar, tulislah sesuatu yang meskipun
bukan matahari tapi mampu menyinari, tulislah sesuatu yang sekalipun gelap
namun dapat membuat kekaguman cahaya bintang terus benderang. Menjadi penerang antar sesama manusia
bukanlah hal yang sulit jika didasari kesadaran dan kemauan yang tulus,
mengungkapkan kejelasan dan membuka tirai dunia yan telah lusuh dikotori
perilaku-perilaku yang menghinakan diri sebagai manusia berilmu. Membersihkan lukisan awan dengan kejernihan
yang tak terganti lewat kata yang tertulis.
Lalu rasa kagumku pada habilitas atau kepiawaian
seorang Howard Zinn semakin mengembung dan tak tertahankan, ingin rasanya
berterima kasih karena coretan tangannya mampu mengubah bukan hanya pemikiran
juga hati seorang aku. Entahlah semakin
tak terbendung hasrat ini menjadi sosok seorang ia, penuh kepercayadirian dan
memesona mata pembaca. Semua kata yang
ia singgahi terasa begitu mewangi dan merekah, benar adanya sebuah pengaruh
dapat memutar balikkan daya pikir dengan maksimal. Aku jatuh cinta pada tulisannya dan terjatuh
dalam kemurahan hatinya yang keren.
Kehebatan dan kemurahan hatinya meluluhkan jiwa yang
sangat termotivasi dan merasa mempunyai motivator baru, pesona yang
menghadirkan gelombang magnet antara ia sebagai penulis dan aku sebagai
pembaca. Kolerasi yang tak pernah
terpikirkan dan terbayangkan, aku menyukai beberapa penulis hebat seperti J.K
Rowling dan Stepheni Meyer. Namun mereka
adalah tokoh penulis fiksi yang memang aku menyukai dimensi tersebut, sedangkan
Zinn adalah tokoh penulis kritikus yang tak begitu aku sukai dimensinya. Luar biasa bukan? Bagaimana ia mampu mengubah
dari tidak menjadi ia, dari seperti tak mungkin menjadi tak ada yang tak
mungkin, dari berbeda bukan merupakan bagian menjadi berbeda adalah keindahan
jabatan tangan dengan hati, dan bagaimana dari tidak suka menjadi jatuh hati.
Bukan hanya aku, ada banyak orang diluaran sana yang
mampu ia ubah hidupnya menjadi sesorang yang jelas dan lebih peka. Kekuatannya bertumpu pada hati dan analisa
yang tak mampu digoyahkan, pengungkapan sejarah yang berusaha ia buka dengan fakta yang “benar-benar” tak
ditutupi atau dbuat versi cerita yang berbeda.
Kesunnguhannya menulis membuat ia menjadi “malaikat dunia” yang di utus
oleh Tuhan untuk menyadarkan manusia yang khilaf dan memotivasi.
Kebaikannya tak akan luntur hingga ia menutup usia,
dulu; dulu, saat itu, sekarang, dan nanti akan terus mewarnai dunia selagi
bukunya masih tetap ada di bulatan bumi ini.
Ingat dan percayalah bahwa tulisan kita dapat merubah dunia suatu saat
nanti, merayap dalam jalan yang “seharusnya” tak akan membuat kita
tertinggal. Menikmati proses yang tak
mudah akan memudahkan kita merangkul sesama dan merangkul dunia, dengan
menulis. Mimpi Zinn adalah mimpiku,
mimpi Zinn sudah terealisasi dengan bersinar dan mimpiku akan terealisasi
dengan gemilang, Zinn adalah sejarah yang tertulis dan aku adalah penulis
sejarah Zinn yang akan dunia tulis sebagai sejarah. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik,
penulis yang baik adalah seorang Howard Zinn dam pembaca yang baik adalah seorang
aku; pembaca dunia yang bermimpi menjadi penulis yang dunia tulis.