Thesis Statment sebagai Umbul-umbul
Semakin seseorang hebat semakin hebat pula tantangan yang harus
dihadapi, itulah yang saat ini saya dan teman-teman rasakan. Setelah dua pekan
menulis critical review dengan bahasa Indonesia, kini kami ditantang untuk menulis
critical review dengan bahasa Inggris. Meskipun standar kata yang diberikan
untuk kriteria critical review minggu ini diturunkan, rasanya itu sama saja
buat saya. Menulis critcal tetap harus berfikir mengenai hal apa yang tidak ada
dalam subjek yang dikritisi. Bagi saya, dalam membaca rasanya saya masih
kategori helpless reader yang terkadang membenarkan teks yang saya baca.
Padahal untuk menulis sebuah teks critik tentu saja akan membutuhkan thesis
statment.
Menurut Mr. Lala, dalam teks critical review ditemukan banyak
sekali teks yang tidak memiliki thesis statment. Thesis statment adalah
pandangan penulis atas pemaparan singkat yang telah ditulis sebelumnya, juga
merupakan cara untuk meyakinkan pembaca agar tertarik pada tulisan yang dibuat.
Thesis statment yang terletak pada kalimat terahir paragraf satu setelah
pemaparan singkat tersebut, fungsinya sebagai rangkuman dari argumen yang
dibuat pada keseluruhan teks tersebut. Thesis statment juga mendeskripsikan
main idea teks, dan mempermudah sang pembaca mengetahui topik serta opini sang
penulis.
Sebagai penemu
teori yang tercurahkan oleh ‘suara-suara penuh kuasa’ seharusnya kita bisa
menciptakan sesauatu yang baru dengan dasar-dasar yang tidak boleh dihilangkan
dalam tulisan yang kita ciptakan. Thesis statment merupakan salah satu cara
agar teks yang dibuat bisa diketahui maksudnya. Seperti halnya umbul-umbul yang
digunakan untuk menarik perhatian, thesis statmen juga ada untuk meyakinkan
pembaca dengan berbagai argumen atas tulisan yang kita buat, juga menunjukkan
arah tujuan penulis membuat teks khususnya untuk teks critical. Dalam membuat
kritik setiap orang tentu berbeda pandangan terhadap suatu yang dikritisi
tersebut, sama halnya dengan clasroom discourse.
Classroom discourse analysis is one way to take this
anthropological perspective because it provides the tools needed to step outside our
own position in interactions in classrooms and see multiple sides of any discussion, conversation, lesson,
or reprimand. Interactions by definition have (at least) two perspectives involved. Our
goal is to understand those multiple voices and the people behind them (Rymes, B:2008.Classroom Discourse Analysis:21). Siswa belajar untuk satu subjek dari
berbagai latarbelakang budaya dan norma-norma yang berbeda, dengan melakukan
interaksi dalam kelas.
Sebuah
thesis statement muncul di dekat awal paragraf
utama, dan menawarkan solusi
ringkas untuk masalah yang sedang dihadapi. Ini menyatakan klaim dari argumen
yang disajikan dalam makalah, dan kadang-kadang ringkasan singkat dari
semua alasan yang dijelaskan di koran. Thesis statement biasanya satu kalimat, meskipun
mungkin terjadi sebagai lebih
dari satu. Thesis statement juga merupakan pernyataan
singkat yang merangkum titik utama atau klaim dari
sebuah esai, makalah penelitian, dan lain-lain yang dikembangkan, didukung,
dan dijelaskan dalam teks dengan cara memberikan contoh-contoh dan bukti yang akurat.
Dalam pembuatan
critical review yang semakin spesifik pada sang penggebrak sejarah yaitu Howard
Zinn, tingkat relevance kepada clasroom discourse dan literasi harus semakin
ditingkatkan. Untuk menghindari respon “so what?” dari pembaca, maka sangat
perlu adanya thesis statement yang tidak terlalu spesifik juga tidak terlalu
general. Jadi dalam pembuatan critical kali ini, harus benar-benar sudah oke
ketika disajikan kepada pembaca utama, yaitu Mr. Lala.
Pesan Mr. Lala
yang tercurahkan melalui slide yang dibacakan oleh mahasiswa kala itu, bahwa
sebagai kaum literat (mahasiswa) yang baru pada tahap peniru, tidak boleh
sombong dan dengan pongahnya mengatakan ‘itu salah ini tak benar’ tanpa adanya
dasar yang kuat kepada sesama yang masih dalam tahapan peniru. Harusnya, dengan
ilmu-ilmu yang didapatkan kita (mahasiswa) yang katanya kaum lierat harus dapat
menggali hal-hal baru dengan dasar yang kuat dan tidak boleh saling menyalahkan
namun harus saling berbagi pengetahuan dengan sesamanya.
Inilah salah
satu keuntungan dalam clasroom discourse, selain mendapatkan lebih banyak
pengetahuan dari berbagai perbedaan kita juga dapat melihat betapa banyaknya
pengetahuan yang tercipta dari berbagai perbedaan yang saling melengkapi
tersebut. Masih banyak yang harus dipelajarii dari pada menjadi sombong atas
ilmu yang baru sedikit dikuasai, maka untuk menjadi kaum ‘literat’ memaknai dan
memahami lebih baik dari sekedar menyalahkan satu sama lain.
Ada orang bijak bilang, ilmu pengetahuan lebih penting
dari harta. Ilmu pengetahuan tak kan bisa habis, sedangkan harta itu bisa habis. Menjadikan ilmu pengetahuan sebagai warisan untuk generasi kita kelak,
karena dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari kita bisa mencapai kesuksesan. Dengan ilmu pengetahuan juga, akan mempermudah kita dalam menjalani
kehidupan.