Clas Review 4

Ungkapan menggugah Jiwa
By :Anisa
            Hening hembusan angin malam, tak terasa waktu telah tenggelam dalam larut suasana kesunyian meninggalkan jejeak-jejak tangan mengukir sebuah tulisan. Merangkai kata menjadi kalimat, menyusukan kalimat menjadi paragraf dan sampai pada artikel atau bacaan. Saya tak tau apa yang membuat saya sulit dalam merangkai kata, yang saya tau ini adalah saya, yang akan menulis dari pikiran merasuk ke dalam jiwa hingga menjadi sebuah kata yang penuh makna. Tak terasa pagi telah menjelma, menjemput hati bangkit dari kesunyian, menyambut sang mentari terbit dengan senyuman. Kaki melangkah penuh harapan menuju kampus negeri IAI syekh Nurjati Cirebon.

            Diawal pembelajaran saya sudah di kejutkan dengan sebuah ungkapan yang mampu meriuk jiwa, yang haus akan kesunyian. Ungkapan yang sungguh membuat dada ini berkobar-kobar. Sebuah kata yang mampu membangunkan jiwa yang sudah lelap tertidur panjang, seperti desiran angin di pantai yang membuat sepoi suasana. Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu-lalang inspirasi yang tak di kita mengerti, atau tak dapat kita tanggapi ketika kita sibuk berjalan dalam hinggar yang pekak. Berkariblah dengan sepi sebab sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.
            Dipertemuan kali ini pak Lala menyuruh kami untuk memakan, makanan buatan kami sendiri. Klu kemudian kami menilai sendiri enak tidaknya makanan kami, dan ini cukup menarik bagi saya. Apa yang terjadi ternyata cita rasa dalam makanan saya masih belum kena, masih banyak bumbu yang harus saya masukan dalam makanan saya. Pertama, masih terlalu minim penggunaan bahannya hanya terbatas pada apa yang di berikan saja (condong ke classroom discourse saja). Kedua, masih terlihat tataan atau hiasan makanan yang tidak rapi (my idea not clear). Ketiga, lebih terfokus terhadap selera sendiri tanpa memikirkan selera orang lain (melihat permasalahan yang bersifat global). Keempat, menyediakan makanan hanya untuk satu porsi (lebih fokus terhapat pendidikan Indonesia). Dan terakhir tidak ada pelengkap atau pencuci mulut dalam makanan (tidak di sertai contoh yang mendetail, hanya garis besar saja).
Membahas masalah makanan (tulisan), saya ingin sedikit menyinggung tentang kutipan dari pak Chaedar yaitu, dengan kita mencari teks dari satu ke yang lain setiap hari itu sam saja dengan membuka pintu kesuksesan. Menjelajari dalam menguasai kelas tradisioal dan juga mengatur online secara menarik. Tentunya menjelajahi dengan cara yang berbeda untuk bertukar informasi, mempertahankan pengetahuan dan menganalisis ide-ide dalam beberapa bagian memunculkan invasi dan kreatifitasdalam mengajar. Kemudia di abad yang ke-21, standart dunia sekolah menuntut setiap orang untuk mengetahui huruf, berhitung, mencari informasi yang baik, mempunyai minta untuk belajar terus-menrerus, serta pervaya diri dan mampu memaikan peran mereka  untuk yang ditentut untuk harus kreatif dan tidak asal –alasan karena kita akan bersama-sama meraih gerbang kesuksesan bersama.
Pak Lala juga tak terlepas dalam memberikan pertanyaan pada kami, dalam pertanyaan Pak Lala yang mengejutkan dan tak berani membuat kami menegakkan kepala, yaitu lebih banyak menggunakan classroom discourse dari pada religions haremony atau dua-duanya? Tak ada satu pun yang mengiakan apa lagi mengajukan tangan, tak terkecuali. Sampai pak Lala menurunkan level pertanyaannya, classroom discourse? Dari sini mulai beberapa anak memberanikan diri mengacungkan tangan, suana kelas berubah menjadi santai setelah di selimuti dalam ketegangan. Setelah beberapa anak menjawab atas pertanyaan pak Lala. Kemudian beliau beranjak ke dalam elemen-elemen class room discourse dan religion haremony.
Classroom discourse ini sangat complicated, dimana banyak perpedaan dalam sini dan kemudian di jadikan satu. Dalam classroom discourse kita akan menjumpai dengan namanya introdustion, introduction itu tidak akan jauh-jauh dari namanya talk, serta dalam classroom discourse juga akan ditemui namanya meaning-making practice. Clasroom discourse meliputi beberapa elemen yaitu: (1) background, meliputi bahasa, pendidikan, komunikasi sosial, dan masih banyak lagi. (2) strategi komunikasi adalah cara untuk berbicara. (3) goals-driven yang meliputi psikomotorik, kognitif, afective dan lain-lain. (4) values atau ideologis, yang disini adalah kepercayaan. Dalam classroom discourse tidak hanya terbatas oleh ruang lingkup antara guru dan murid saja, makanya disebut complicated. Melainkan meliputi unsur-unsur di atas.
Beranjak dari classroom discourse kita tenggok sebentar tentang religions haremony, berbicara tentang agama tentu tak terlepas dari hubungan toleransi. Toleransi disini terbatas akan hal-hal berikut : 1. Rasa saling menghormati dan menghargai antar sesama umat manusia. 2. Sikap saling tolong menolong antar sesama umat , dan tidak mengenal agama , suku , ras ataupun budaya. 3. Memahami setiap perbedaan. Dalam agama Islam toleransi tidak termasuk dalam mengucapkan hari raya atau hari-hari besar lainnya pada umat agama lain, karena ini termasuk kedalam kasusu perusak aqidah. Karena kita kembali pada prinsip, “bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” Sama halnya ketika orang kristi mengucap dua kalimat syahadat, kepercayaan orang kristen akan berubah dan itu berarti orang tersebut sudah mauk islam.
Negara Indonesia terdiri dari berbagai kepercayaan, dan kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia adalah Islam. Kasus yang termasuk kedalam religions haremony ini telah menimpa artis cantik Asmiranda, yang menikahi seorang pria mualaf, ketika sudah menikah Jones suami Asmiranda mengaku dia belum masuk islam, sepontan keluarga Asmiranda merasa di bohongi dan Asmiranda langsung meminta kepada Kementrian Agama untuk meniadakan adanya pernikahan diantara Jones dan Amiranda. Jadi status mereka kembali pada awal, seperti tidak pernah ada sebuah pernikahan. Dimana majelis-majelis ulama ataupun kementrian agama tidak mempernasalahkan masalah tersebut, tapi dengan tegas FPI menglaim Jones sebagai “penista agama.” Ini membuktikan di Indonesia belum ada hukum yang menegakkan kasus terhadap pemaksaan agama.

Kesimpulan:

Classroom discourse sangat complicated, dimana ada background, yang terkait terhadap bahasa, pendidikan, komunikasi sosial, dan masih banyak lagi. Cara berbicara kita tentu setiap orang berbeda mempunyai intonasi yang berbeda-beda, dan disini juga dikaitkan ke dalam strategi komunikasi. Ada juga istilah goals-driven, ini mencangkup psikomotorik, kognitif, afective dan masih banyak lagi. Religion haremony dalam agama pasti ada toleransi, tapi tolerasi yang tidak merusak aqidah, karena Indonesia mayoritas Islam, dan di dalam agama Islam ada yang namanya aqidah.  Di Indonesia belum ada penegak hukum yang menangani kasus atas pemaksaan agama. 
Comments
0 Comments

0 comments :

Post a Comment