Ungkapan
menggugah Jiwa
By
:Anisa
Hening hembusan angin malam, tak
terasa waktu telah tenggelam dalam larut suasana kesunyian meninggalkan
jejeak-jejak tangan mengukir sebuah tulisan. Merangkai kata menjadi kalimat,
menyusukan kalimat menjadi paragraf dan sampai pada artikel atau bacaan. Saya
tak tau apa yang membuat saya sulit dalam merangkai kata, yang saya tau ini
adalah saya, yang akan menulis dari pikiran merasuk ke dalam jiwa hingga
menjadi sebuah kata yang penuh makna. Tak terasa pagi telah menjelma, menjemput
hati bangkit dari kesunyian, menyambut sang mentari terbit dengan senyuman.
Kaki melangkah penuh harapan menuju kampus negeri IAI syekh Nurjati Cirebon.
Diawal pembelajaran saya sudah di
kejutkan dengan sebuah ungkapan yang mampu meriuk jiwa, yang haus akan
kesunyian. Ungkapan yang sungguh membuat dada ini berkobar-kobar. Sebuah kata
yang mampu membangunkan jiwa yang sudah lelap tertidur panjang, seperti desiran
angin di pantai yang membuat sepoi suasana. Berkariblah dengan sepi karena
dalam sepi berlalu-lalang inspirasi yang tak di kita mengerti, atau tak dapat
kita tanggapi ketika kita sibuk berjalan dalam hinggar yang pekak. Berkariblah
dengan sepi sebab sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.
Dipertemuan kali ini pak Lala
menyuruh kami untuk memakan, makanan buatan kami sendiri. Klu kemudian kami
menilai sendiri enak tidaknya makanan kami, dan ini cukup menarik bagi saya. Apa
yang terjadi ternyata cita rasa dalam makanan saya masih belum kena, masih
banyak bumbu yang harus saya masukan dalam makanan saya. Pertama, masih terlalu
minim penggunaan bahannya hanya terbatas pada apa yang di berikan saja (condong
ke classroom discourse saja). Kedua, masih terlihat tataan atau hiasan makanan
yang tidak rapi (my idea not clear). Ketiga, lebih terfokus terhadap selera
sendiri tanpa memikirkan selera orang lain (melihat permasalahan yang bersifat
global). Keempat, menyediakan makanan hanya untuk satu porsi (lebih fokus
terhapat pendidikan Indonesia). Dan terakhir tidak ada pelengkap atau pencuci
mulut dalam makanan (tidak di sertai contoh yang mendetail, hanya garis besar
saja).
Membahas
masalah makanan (tulisan), saya ingin sedikit menyinggung tentang kutipan dari
pak Chaedar yaitu, dengan kita mencari teks dari satu ke yang lain setiap hari
itu sam saja dengan membuka pintu kesuksesan. Menjelajari dalam menguasai kelas
tradisioal dan juga mengatur online secara menarik. Tentunya menjelajahi dengan
cara yang berbeda untuk bertukar informasi, mempertahankan pengetahuan dan
menganalisis ide-ide dalam beberapa bagian memunculkan invasi dan
kreatifitasdalam mengajar. Kemudia di abad yang ke-21, standart dunia sekolah
menuntut setiap orang untuk mengetahui huruf, berhitung, mencari informasi yang
baik, mempunyai minta untuk belajar terus-menrerus, serta pervaya diri dan
mampu memaikan peran mereka untuk yang
ditentut untuk harus kreatif dan tidak asal –alasan karena kita akan
bersama-sama meraih gerbang kesuksesan bersama.
Pak
Lala juga tak terlepas dalam memberikan pertanyaan pada kami, dalam pertanyaan
Pak Lala yang mengejutkan dan tak berani membuat kami menegakkan kepala, yaitu
lebih banyak menggunakan classroom discourse dari pada religions haremony atau
dua-duanya? Tak ada satu pun yang mengiakan apa lagi mengajukan tangan, tak
terkecuali. Sampai pak Lala menurunkan level pertanyaannya, classroom
discourse? Dari sini mulai beberapa anak memberanikan diri mengacungkan tangan,
suana kelas berubah menjadi santai setelah di selimuti dalam ketegangan.
Setelah beberapa anak menjawab atas pertanyaan pak Lala. Kemudian beliau
beranjak ke dalam elemen-elemen class room discourse dan religion haremony.
Classroom
discourse ini sangat complicated, dimana banyak perpedaan dalam sini dan
kemudian di jadikan satu. Dalam classroom discourse kita akan menjumpai dengan
namanya introdustion, introduction itu tidak akan jauh-jauh dari namanya talk,
serta dalam classroom discourse juga akan ditemui namanya meaning-making
practice. Clasroom discourse meliputi beberapa elemen yaitu: (1) background,
meliputi bahasa, pendidikan, komunikasi sosial, dan masih banyak lagi. (2)
strategi komunikasi adalah cara untuk berbicara. (3) goals-driven yang meliputi
psikomotorik, kognitif, afective dan lain-lain. (4) values atau ideologis, yang
disini adalah kepercayaan. Dalam classroom discourse tidak hanya terbatas oleh ruang
lingkup antara guru dan murid saja, makanya disebut complicated. Melainkan
meliputi unsur-unsur di atas.
Beranjak
dari classroom discourse kita tenggok sebentar tentang religions haremony,
berbicara tentang agama tentu tak terlepas dari hubungan toleransi. Toleransi
disini terbatas akan hal-hal berikut : 1. Rasa saling menghormati dan
menghargai antar sesama umat manusia. 2. Sikap saling tolong menolong antar
sesama umat , dan tidak mengenal agama , suku , ras ataupun budaya. 3. Memahami
setiap perbedaan. Dalam agama Islam toleransi tidak termasuk dalam mengucapkan
hari raya atau hari-hari besar lainnya pada umat agama lain, karena ini
termasuk kedalam kasusu perusak aqidah. Karena kita kembali pada prinsip,
“bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” Sama halnya ketika orang kristi mengucap
dua kalimat syahadat, kepercayaan orang kristen akan berubah dan itu berarti
orang tersebut sudah mauk islam.
Negara
Indonesia terdiri dari berbagai kepercayaan, dan kepercayaan mayoritas rakyat
Indonesia adalah Islam. Kasus yang termasuk kedalam religions haremony ini
telah menimpa artis cantik Asmiranda, yang menikahi seorang pria mualaf, ketika
sudah menikah Jones suami Asmiranda mengaku dia belum masuk islam, sepontan
keluarga Asmiranda merasa di bohongi dan Asmiranda langsung meminta kepada
Kementrian Agama untuk meniadakan adanya pernikahan diantara Jones dan
Amiranda. Jadi status mereka kembali pada awal, seperti tidak pernah ada sebuah
pernikahan. Dimana majelis-majelis ulama ataupun kementrian agama tidak mempernasalahkan
masalah tersebut, tapi dengan tegas FPI menglaim Jones sebagai “penista agama.”
Ini membuktikan di Indonesia belum ada hukum yang menegakkan kasus terhadap
pemaksaan agama.
Kesimpulan:
Classroom
discourse sangat complicated, dimana ada background, yang terkait terhadap
bahasa, pendidikan, komunikasi sosial, dan masih banyak lagi. Cara berbicara
kita tentu setiap orang berbeda mempunyai intonasi yang berbeda-beda, dan
disini juga dikaitkan ke dalam strategi komunikasi. Ada juga istilah goals-driven,
ini mencangkup psikomotorik, kognitif, afective dan masih banyak lagi. Religion
haremony dalam agama pasti ada toleransi, tapi tolerasi yang tidak merusak
aqidah, karena Indonesia mayoritas Islam, dan di dalam agama Islam ada yang
namanya aqidah. Di Indonesia belum ada
penegak hukum yang menangani kasus atas pemaksaan agama.